Hujan deras tengah mengguyur kota Tangerang selatan, angin dan petir pun berlomba-lomba mengiringi hujan yang tak kunjung reda. Alam seakan menjadi wujud dari rasa yang menerpa hati Intan. Sedih, bahagia dan gugup sedang bercampur aduk dalam hatinya.
Intan terus menundukkan kepalanya selama perjalanan pulang ke kontrakannya, sesekali ia menegakkan kepalanya untuk menunjukkan jalan ke kontrakannya. Keheningan terasa di dalam mobil putih itu, keduanya sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Setelah pertigaan nanti, gus lurus saja sampai ada gang ke kiri," ucap Intan ketika mobil yang di kendarai Aji semakin dekat dengan kontrakannya.
"Apa mobil bisa masuk?" tanya Aji tanpa berani menatap Intan.
"Bisa, Gus," jawab Intan.
Sebenarnya, Aji masih syok setelah melihat perubahan gadis pilihannya itu. Ia takut untuk melihat Tata-nya yang dulu dalam kemasan yang baru. Rasa rindu yang selama ini terpendam, kini telah terobati meskipun ada perasaan kecewa di dalamnya.
Keduanya tak banyak bicara hingga mobil putih itu sampai di depan rumah kontrakan kecil di ujung gang. Suasana kampung itu sangat sepi dan kontrakan Intan agak jauh dari rumah tetangga.
"Kamu tinggal di sini sendirian?" tanya Aji setelah mengamati situasi yang ada di sekitar kontrakan Intan.
"Iya, Gus." sekilas Intan mengalihkan pandangannya ke samping. Namun, semua itu tak berlangsung lama karena ia tak kuasa untuk menatap Aji yang sedang menatapnya dengan intens.
"Terima kasih, Gus," ucap Intan setelah merasakan keheningan lagi di dalam mobil. Ia harus segera pergi dari mobil ini jika ingin menetralkan degup jantungnya, "emm ... Gus Aji tidak mampir?" Intan memberanikan diri untuk menatap Aji.
Aji masih terdiam, terlihat jelas dari raut wajahnya jika saat ini Aji sedang berpikir karena tawaran Intan, "Lain kali saja, Ta. Ini sudah terlalu malam jika bertamu di rumah seorang gadis," ucap Aji yang membuat Intan tertegun.
Setelah berpamitan, Intan segera keluar dari mobil. Ia berlari menuju teras kontrakannya meskipun hujan masih turun dengan deras, hal itu berhasil membuat tubuhnya basah. Intan berdiri di depan pintu kontrakannya sambil menatap mobil Aji putar balik, ia tak menghiraukan lagi meskipun rasa dingin sedang menyerang tubuhnya yang sedikit terbuka.
"Hati-hati, Gus!" ucap Intan dengan suara yang lirih ketika mobil putih itu perlahan menghilang dari pandangannya.
Intan menyandarkan tubuhnya yang basah di dinding teras. Tubuhnya luruh ke lantai karena kehilangan tenaga, ia masih belum percaya jika bertemu Aji di kota ini.
"Aku sudah menjauh, tapi Gus menemukan aku lagi dalam keadaan yang berantakan," gumam Intan dengan kepala yang menengadah.
Beberapa menit di luar rumah membuat tubuhnya terasa dingin, akhirnya Intan berdiri sekuat tenaga untuk masuk ke dalam rumah. Ia berjalan ke kamar mandi dengan langkah kaki yang berat.
Dua puluh menit telah berlalu begitu saja, akhirnya Intan keluar dari kamar mandi. Ia berhenti di dapur sambil mencari wine yang tersimpan di dapur. Pikirannya kacau saat ini setelah bertemu dengan Aji.
Gue sudah dirumah. Malam ini gue ingin sendiri. Please, jangan ganggu gue malam ini,
Intan meletakkan ponselnya di atas meja setelah membalas pesan dari Kinar. Ia menyulut sebatang rokok sebelum duduk di atas karpet yang ada di sisi ranjangnya.
Kepulan asap mulai mengudara di kamar yang tak seberapa luas itu. Intan membiarkan jendela kamarnya tetap terbuka agar hawa dingin malam ini masuk ke dalam kamarnya.
"Ck, gue sepertinya di permainkan oleh takdir." Intan berdecak setelah beberapa saat melamun.
Satu batang rokok telah habis, kini waktunya Intan menuang wine ke dalam gelasnya. Ia terus mengulang kegiatan itu sampai botol wine itu hampir kosong. Rasa pusing dan mata yang kabur mulai di rasakan Intan saat ini, racauan tak jelas mulai terdengar di dalam kamar itu.
"Aku kotor, aku butuh detergen, syalalalala ...."
"Ingin ku teriak, ihhh!! Ta ... tata ... tata!!"
"Gue gadis bertato yang punya mimpi jadi istrinya ustadz! A-n-j-i-r 'kan gue!"
"Ajisaka Pangestu ... aku mencintaimu lebih dari apapun, aku mencintaimu!!"
Intan benar-benar mabuk parah malam ini, ia tertatih-tatih menuju dapur untuk mencari minuman beralkohol yang beda jenis dengan Wine, yang ada di rak penyimpanan. Keadaannya begitu kacau dengan racauan yang semakin tak jelas.
Intan kembali ke kamar dengan tubuh sempoyongan. Ia menghempaskan diri di atas kasur setelah menghabiskan dua botol minuman berakohol.
***
Matahari mulai menampakkan diri setelah hujan mengguyur selama semalam suntuk. Daun-daun masih basah karena tetesan air hujan, langit biru pun mulai menampakkan keindahannya.
Penunjuk waktu sudah berada di angka delapan pagi. Intan mulai mengerjapkan matanya karena kilau mentari yang menerobos lewat jendela yang dibiarkan terbuka sejak tadi malam. Intan enggan untuk beranjak dari ranjang yang sangat nyaman itu, kepalanya masih terasa berat karena pengaruh alkohol tadi malam.
Suara kucing yang mengeong di teras rumah membuat Intan mau tak mau harus bangun. Kucing hitam kesayangannya sudah datang minta jatah makan seperti biasanya.
Intan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia harus mengguyur kepalanya agar rasa pusingnya segera hilang. Dua puluh menit waktu yang cukup untuk Intan membersihkan diri.
Pagi ini Intan terlihat lebih segar dengan rambut basah yang tergerai di atas bahunya. Intan memakai Kaos oversize berwarna merah yang di padukan dengan hotpant di atas lutut, hal itu membuatnya semakin terlihat cantik walau tak ada polesan make up di wajahnya.
"Blacky ... blacky ...." teriak Intan setelah membuka pintu kontrakan dengan membawa makanan untuk kucing kesayangannya.
Intan duduk di kursi kayu yang ada di teras kontrakan. Tak lupa ia menyulut sebatang rokok untuk menemani kopinya pagi ini. Sesekali Intan tersenyum ketika melihat blacky makan dengan rakus.
Kepulan asap rokok mengudara di sana, berbaur dengan aroma kopi yang menyeruak ke dalam indera penciuman Intan. Kali ini Ia mengangkat blacky untuk di letakkan di atas pangkuannya.
"Hey blacky! dia sudah menemukan aku, katakan padaku, apa yang harus aku lakukan?" gumam Intan dengan tangan yang terus mengusap bulu halus kucingnya itu.
Terkadang Intan menjadikan blacky tempat curhatnya walau kucing itu hanya mengeong saja. Meskipun ada Kinar dan Tommy yang selalu siap mendengarkan keluh kesahnya, tapi ada sesuatu hal yang tidak bisa Intan ceritakan kepada mereka.
"Pergi sono! pacarmu sudah datang noh!" Intan melepaskan blacky ketika melihat seekor kucing betina datang di pinggir jalan.
"An-jay! kucing aja pacaran, kalah gue!" kelakar Intan ketika melihat kucingnya sedang mengendus kucing betina.
Intan memicingkan matanya ketika ada motor matic hitam berhenti di halaman kontrakannya. Intan tak mengenali wajah seorang pria yang tertutup helm teropong itu.
"Gus!!" Intan terhenyak dari tempatnya ketika tahu bahwa pria yang baru saja membuka helm itu adalah Aji.
Intan reflek lari ke dalam kontrakan tanpa menyuruh Aji masuk ataupun duduk. Entah apa yang sedang ia lakukan di dalam sana hingga membuat Aji menunggu beberapa menit di luar.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍♥️
_
_
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Ciee, ciee, Intan seneng dong si Doi udah nyamperin pagi2...🤭🤭🤭
2022-01-15
1
Yeni Eka
Pasti intan masuk krn mau ganti baju pke yg syari
2021-12-28
1
pat_pat
mampir lagi ❤️
2021-12-21
1