Sang raja sinar mulai menampakkan diri di cakrawala timur, sinarnya menghangatkan semua makhluk yang ada di Kota Jombang, Jawa Timur. Suara kicauan burung yang saling bersahutan mulai terdengar di Pondok pesantren Al-Khadijah.
Semua santriwati sudah siap dengan beberapa barang yang akan di bawa pulang selama satu minggu, menikmati masa liburan sekolah bersama keluarga. Rona bahagia terpancar dari wajah para Santriwati yang akan bertemu dengan keluarganya.
Tata duduk di depan kamar sambil mengamati suasana Pondok yang di penuhi gelak tawa dari teman-temannya. Tata tersenyum tipis melihat pemandangan yang ada di depannya, tetapi tatapan matanya mengatakan perasaan lain, pancaran kesedihan tersorot dari kedua bola mata yang bulat itu.
Rasa rindu kepada kedua orangtuanya semakin lama semakin menyesakkan dada, gemuruh yang menyuarakan rasa rindu tengah menjerit dalam hatinya, rindu kepada kedua orangtuanya yang ada di sisi Tuhan.
"Ayah, Ibu ... Tata kangen," gumam Tata dalam hatinya. Bulir air mata pun mulai membasahi pipinya apalagi setelah mengingat kembali bagaimana saat ayahnya meninggal karena kecelakaan tunggal.
Dua tahun yang lalu, saat bulan Ramadhan adalah hari terberat untuk Tata, Ayahnya meninggal dunia ketika berangkat bekerja ke pabrik. Tata benar-benar terpukul saat itu karena sang Ayah telah pergi, menyusul Ibunya yang sudah terlebih dahulu berada di Surga atau lebih tepatnya ketika Tata masih duduk di bangku SD.
Saat itu Tata sempat berhenti sekolah karena tidak ada yang membiayai. Orangtuanya bukanlah dari keluarga kaya raya, rumah pun masih kontrak. Ayahnya memiliki satu adik perempuan, tapi beliau pun tidak bisa menanggung biaya pendidikan dan biaya pondok pesantren Tata karena beliau seorang janda empat anak.
Berita kemalangan yang sedang di alami Tata telah sampai ke Kyai Yusuf dan Ummi Sarah. Setelah berunding dengan anak-anaknya akhirnya Ummi Sarah di temani Aji langsung menjemput Tata di rumahnya agar melanjutkan pendidikannya.
"Nak, ayo ikut Ummi kembali ke pondok, jangan khawatirkan tentang biaya pondok dan sekolah. Abah yang membebaskan semua biayanya. Kamu tidak boleh terus-terusan menangisi kepergian orangtuamu, bukankah mempunyai anak sholeha adalah impian terbesar kedua orangtuamu?"
Ya, kalimat itu lah yang pernah di ucapkan Ummi Sarah saat menjemput Tata. Setelah pamit kepada bibi nya Tata, akhirnya Ummi Sarah dan Aji membawa Tata kembali ke pondok.
Mulai saat itu, Tata mulai ngawulo di pondok pesantren. Ia membantu kegiatan di pondok dan dan di rumah Kyai Yusuf saat ada waktu luang ketika pulang sekolah. Hari-hari bahagia kembali di rasakan Tata karena kesibukan di pondok pesantren. Keluarga besar Kyai Yusuf pun memperlakukan Tata dengan baik, sering kali Ning Ninis (Kakak perempuannya Aji) membelikan Tata baju dan keperluan lainnya.
"Belajarlah yang rajin, terapkan ilmu yang kamu miliki agar bermanfaat. Jangan sombong dan jangan pernah putus asa dalam menjalani hidupmu, Nak." Tata mengingat betul nasihat dari Kyai Yusuf saat pertama kali ia kembali ke pondok pesantren.
Tata terhenyak ketika merasakan ada telapak tangan yang menepuk pundaknya. Hilang sudah kenangan di masa lalu yang sempat hadir dalam pikirannya. Ia mengalihkan pandangan ke samping untuk melihat siapa yang baru saja menepuk pundaknya.
"Eh Safa! ada apa, Fa?" tanya Tata kepada teman satu kamarnya yang bernama Safa.
"Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari Ning Ninis, kalau sudah selesai membersihkan kamar, kamu di suruh menemui Ning Ninis di rumahnya Abah," ucap Safa yang kini duduk di samping Tata, "Eh Ta, tadi aku lihat Gus Aji memasukkan dua koper ke dalam mobil, kira-kira mau kemana, ya?" lanjut Safa.
Tata hampir lupa kalau pagi ini Aji akan berangkat ke Mesir, ia segera berdiri dari tempatnya karena ingin melihat keberangkatan Aji walaupun dari jarak yang agak jauh, "Fa, aku tinggal sebentar ya, aku mau menemui neng Ninis dulu," pamit Tata sebelum berlalu dari samping Safa.
Beberapa hari ini perasaan Tata menjadi tak karuan setelah Aji mengungkapkan perasaannya. Bukan sebuah ungkapan romantis seperti layaknya pasangan remaja yang sedang di mabuk cinta, tapi ungkapan keseriusan dari seorang anak Kyai.
Tata tidak tahu sejak kapan Aji menyimpan perasaan lebih kepadanya, yang Tata tau Aji adalah sosok ustad muda yang tak banyak bicara, penuh wibawa meski penampilannya bukan seperti anak-anak Kyai pada umumnya. Wajahnya yang putih bersih dibiarkan tanpa kumis ataupun jenggot, Gaya berpakaian Aji ketika di luar rumah pun terlihat keren tanpa sarung dan baju koko. Diam-diam banyak santriwati yang mengidolakan sosok Aji.
Semua itu juga di rasakan oleh Tata, berawal dari kagum hingga berakhir dengan perasaan berdebar tak karuan ketika tak sengaja bertatapan dengan Aji. Entah sejak kapan rasa itu ada, yang pasti sudah lama Tata merasakan debaran di dalam jiwanya.
Tak terasa kini Tata telah sampai di samping rumah Kyai Yusuf, ia terus mengayun langkah untuk menemui Ninis yang sedang berdiri di halaman rumah untuk mengantar kepergian adiknya.
Tata menghentikan langkahnya agak jauh dari keluarga Kyai Yusuf, ia memberanikan diri untuk menatap Aji yang sudah berada di dalam mobil. Ada rasa tidak rela ketika mobil yang di tumpangi Aji mulai berjalan. Tata kembali menundukkan kepala ketika mobil Aji lewat di depannya, ia tahu bahwa saat itu Aji sedang menatapnya.
"Semoga Gus bisa belajar dengan baik Di Mesir dan tidak lupa dengan ucapan Gus beberapa hari yang lalu," gumam Tata sambil menatap ke arah mobil yang hampir tak terlihat lagi.
"Ta ...." Tata segera mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara Ninis di balik tubuhnya.
"Em ... iya Ning, maaf ada apa Ning Ninis memanggil saya?" Tata terlihat salah tingkah ketika Ninis menatapnya dengan senyum yang mengembang.
"Sudah, jangan bersedih! Aji pasti pulang kok." Ninis rupanya sedang menggoda Tata, "Sekarang ayo ikut aku ke toko jilbab," ucap Ninis dengan wajah yang menahan senyum karena melihat hidung Tata yang kembang kempis, rona merah pun tergambar jelas di pipinya.
Setelah mendengar ucapan Ninis, Tata menjadi salah tingkah. Ia tidak menyangka kalau Ninis sudah tau jika dirinya dan Aji mempunyai perasaan yang sama.
"Loh kok malah bengong! ayo, Ta!" seruan Ninis berhasil membuat Tata kembali dari lamunannya, ia segera mengikuti langkah Ninis menuju garasi untuk mengambil motor.
Sementara itu, di dalam mobil Kijang Innova berwarna hitam, Aji terus memikirkan tentang Tata. Ia membuka dompetnya dimana ada foto berukuran 4x6 yang tersimpan di sana, entah dari mana Aji mendapatkan foto Tata yang memakai seragam putih abu-abu itu. Senyumnya mengembang begitu saja ketika melihat senyum manis dari gadis yang selama ini menjadi incarannya.
"Aku tidak tau kenapa aku bisa memiliki perasaan lebih kepadamu, yang pasti perasaan itu berawal dari rasa simpati ketika melihatmu terpuruk karena tidak memiliki orang tua lagi. Perasaan itu semakin bertambah besar seiring dengan berjalannya waktu, semoga Tuhan menjadikanmu jodoh ku di masa depan." Aji semakin mengembangkan senyumnya ketika mengingat betapa pemalunya sosok Tata selama ini. Gadis berparas imut dengan kedua mata belo-nya yang indah berhasil meluluhkan hati seorang anak Kyai Yusuf yang terkenal di kota Jombang karena keilmuannya.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka😘❤️
_
_
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Hum@yRa Nasution
mata Belo itu apa kak??
2022-03-04
1
Erni Sari
cie cie, nyimpan foto cewek.
2022-02-22
1
Sis Fauzi
Dosa Lo Gus, nyimpen foto cewe 😀😀
2022-02-21
1