Suasana sepi terasa di ruang tunggu yang ada di samping ruang ICU. Intan duduk bangku panjang yang ada di sudut ruangan dengan kepala yang tertunduk, kedua tangannya tertekuk ke atas untuk menopang kepalanya.
Kinar belum sadar hingga tengah malam, dua kantong darah pun sudah di transfusikan ke dalam tubuh gadis berambut pirang itu karena HB nya sangat rendah. Luka Kinar cukup dalam hingga membuatnya harus kehilangan banyak darah.
"Tan, makanlah dulu!" Intan menengadahkan kepalanya, ia menatap Pak Gatot yang sedang berdiri di hadapannya dengan membawa kantong berisi nasi padang.
"Nanti saja Pah, Intan belum lapar," jawab Intan setelah tubuhnya bersandar di tembok.
"Jangan bohong, Papah tahu kamu pasti lapar, energi mu terkuras banyak setelah bentrok tadi," ucap Pak Gatot seraya duduk di samping Intan.
Akhirnya Intan menerima nasi padang yang di berikan Pak Gatot. Mau tidak mau ia harus makan saat ini juga karena tidak enak hati kepada Pak Gatot.
Senyum tulus dari Pak Gatot akhirnya mengembang di wajahnya yang mulai keriput. Beliau bangga kepada Intan, karena putri angkatnya itu tak pernah kenal rasa takut. Berkali-kali Pak Gatot sudah melarang Intan dan Kinar agar tidak ikut campur jika ada bentrok ataupun tawuran, nyatanya dua gadis itu tak menghiraukan larangan itu.
"Pulanglah, Tan! biar Papah yang menunggu Kinar di sini," ucap Pak Gatot setelah Intan mengabiskan makanannya.
"Tidak Pah, Intan di sini saja. Papah saja yang pulang, kasian Mamah sendirian di rumah," ucap Intan sambil menatap wajah Pak Gatot.
"Mamah mu belum tau jika Kinar di rawat di sini, besok saja Papah akan memberitahu Mamah mu," ucap Pak Gatot dengan pandangan lurus ke depan.
Keheningan kembali terasa di ruang tunggu yang sepi itu, Intan belum merasakan kantuk sedikitpun hingga jarum jam berada di angka dua dini hari. Hatinya begitu resah ketika melihat Kinar di balik kaca besar yang ada di depan ruang ICU. Sahabatnya itu belum memberikan tanda jika keadaannya berubah menjadi lebih baik.
"Piranha, gue harap lo baik-baik aja, jangan tinggalin gue, please!" gumam Intan dengan pandangan yang tak beralih dari tempat Kinar berada.
Malam ini Intan benar-benar kalut, ada rasa sesal yang begitu dalam karena tak bisa melindungi sahabatnya itu. Baru kali ini mereka terpisah saat terlibat tawuran atau apapun itu.
***
"Ya Allah, panas ...." rintih Renata ketika merasakan rasa sakit, perih dan panas di lengannya. Luka jahitan itu pun mulai terasa karena pengaruh bius mulai hilang dari lengannya.
Renata harus rawat inap agar tubuhnya kembali sehat, dokter menyarankan agar Renata di rawat minimal dua hari. Tommy lah yang bertanggung jawab mengurus semua administrasi Renata dan Kinar.
"Apa yang kamu rasakan?" tanya Tommy yang baru saja masuk ke ruangan Renata.
"Emmm perih, Bang ...." sejujurnya saja Renata masih canggung jika ngobrol bersama Tommy.
"Apa perlu aku panggilkan suster?" Tommy bersedekap sambil menatap Renata.
"Ti-tidak usah, Bang!" Renata menjadi gugup ketika tatapan matanya bertemu dengan Tommy, "emm Bang, sebaiknya Abang pulang saja, ini hampir pagi. Saya tidak masalah kok di sini sendirian," ucap Renata.
"Sudahlah, istirahat saja!" ucap Tommy seraya menarik kursi yang ada di samping bed Renata.
Tommy tidak tega jika meninggalkan Renata sendirian di rumah sakit, apalagi setelah Tommy tahu bahwa Renata tinggal seorang diri di kota ini. Dia merantau di Tangerang karena merasa tak nyaman di kota kelahirannya yang ada di Jawa timur.
Renata tak pernah menyangka jika dirinya menjadi penyebab terjadinya bentrok antar dua kubu itu. Ia pun merasa bersalah kepada Kinar karena saat terjadi bentrok tadi, Kinar lah yang menyelamatkan dirinya dari seseorang preman yang membawa senjata tajam.
Saat terjadi bentrokan tadi, Renata sengaja di incar oleh salah satu preman, ia di anggap sebagai sumber masalah yang membuat dua kubu menjadi bentrok. Hal itu membuat hati dan jiwa Renata merasa resah, ia benar-benar takut jika setelah ini ia masih di incar oleh pria yang sempat kurang ajar kepadanya.
"Bang, bagaimana nasib saya setelah ini?" tiba-tiba Renata bertanya kepada Tommy.
"Maksudnya bagaimana?" Tommy masih bingung kemana arah pembicaraan Renata.
"Saya takut jika setelah ini mereka akan mencari saya lagi," ucap Renata dengan wajah sendunya.
Tommy mulai paham kemana arah pembicaraan Renata. Ia pun menjadi berpikir, bagaimana nasib gadis itu setelah keluar dari rumah sakir. Ia tidak mungkin membiarkan gadis berjilbab itu sendirian di rumah. Tommy sangat yakin jika gerombolan preman itu akan kembali lagi.
"Bagaimana jika setelah ini kamu tinggal di kontrakan adikku saja," ucap Tommy tanpa menatap mata bulat Renata.
Renata diam sejenak, memikirkan saran dari Tommy karena keselamatannya di pertaruhkan setelah ini. Tapi di sisi lain ia merasa tak nyaman karena harus tinggal sementara dengan orang yang belum pernah ia kenal.
"Bang, terima kasih atas bantuannya. Terima kasih Abang sudah menolong saya." Renata memberanikan diri untuk menatap wajah Tommy.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍♥️
Maaf ya eps kali ini gak terlalu banyak karena othornya lagi galau,
_
_
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Ghiie-nae
Renata...tata
2022-03-07
0
Apa jadinya ketika perempuan alim tinggal satu atap sama 2 perempuan bar² ...🤭🤭🤭
2022-01-15
1
Yeni Eka
Galau kenapa mak.
Oh, Pak Gatot papahnya intan ya
2021-12-20
1