Adzan magrib telah berkumandang, waktunya untuk melaksanakan kewajiban tiga rakaat. Masjid yang ada di dekat jalan raya mulai di penuhi warga. Sosok pria tampan yang memiliki mata teduh itu pun ada di sana, pria itu tak lain adalah Aji.
Aji buru-buru pulang setelah selesai membaca dzikir dan doa. Malam ini ia harus pergi bersama Farhan untuk menemui salah satu teman Farhan yang memiliki cafe. Persiapan cafe yang ia kelola bersama Farhan pun sudah selesai sembilan puluh lima persen. Pembukaan cafe itu tinggal menunggu hari baik yang sudah di tentukan Kyai Yusuf.
Selama satu bulan ini Aji menfokuskan pikirannya ke cafe, untuk saat ini ia berhenti mencari Tata di Tangerang. Setelah melewati hari yang berat karena Tata, akhirnya Aji menyerahkan semua kerisauan hatinya kepada Sang Pencipta.
"Sebentar lagi saya akan berangkat, nanti saya jemput, Pak," ucap Aji setelah menekan icon hijau di layar ponselnya ketika nama Farhan tertulis di sana.
Setelah beberapa menit bersiap, akhirnya Aji sudah siap berangkat menjemput Farhan. Malam ini ia terlihat lebih tampan dengan penampilan casualnya, sneakers putih pun semakin menambah nilai tersendiri untuk penampilannya malam ini.
***
Mobil Avanza putih yang di tumpangi Aji dan Farhan akhirnya sampai di halaman luas Cafe D'lilac. Halaman luas cafe itu sudah di penuhi kendaraan bermotor.
Aji segera masuk bersama Farhan untuk membahas masalah seputar cafe. Mereka berdua masuk begitu saja dan mencari ruang VIP yang sudah di siapkan sang pemilik cafe.
Sekilas Aji melihat ke arah panggung, di mana ada penyanyi cafe berambut sebahu yang sedang berdiri membelakangi pengunjung cafe. Mungkin penyanyi itu sedang membahas lagu bersama gitaris yang ada di hadapannya, begitulah pemikiran Aji.
"Selamat datang, bro ...." ucap pemilik cafe itu ketika Farhan dan Aji masuk ke dalam ruang VIP.
"Apa kabar, bro?" tanya Farhan, "kenalkan, ini Aji, partner bisnis sekaligus rekan dosen gue," ucap Farhan sambil menepuk bahu Aji.
Aji mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan pria bernama Ferdi itu, sekilas ia mengembangkan senyumnya ketika Ferdi memperkenalkan diri
"Silahkan duduk," ucap Ferdi.
Mereka bertiga akhirnya mulai ngobrol, banyak hal yang mereka bahas seputar cafe, mulai dari marketing, harga jual, laba dan lain-lain. Namun, ada hal yang membuat pikiran Aji mulai tidak fokus. Suara penyanyi cafe itu hampir sama dengan Tata.
"Kenapa Pak Aji terlihat resah?" tanya Farhan ketika melihat ekspresi Aji yang berbeda.
"Tidak ada apa-apa, Pak." Aji mencoba menetralkan perasaan yang ada di dalam hatinya. Ia memupus hatinya yang mengatakan bahwa penyanyi itu adalah Tata.
Suara itu semakin mengusik ketenangan hati Aji, apalagi ketika penyanyi itu menyanyikan sebuah lagu melow yang membuatnya merinding. Kali ini ia benar-benar yakin bahwa pemilik suara lembut itu adalah Tata.
"Pak Aji, nanti saya mau keluar sama bro Ferdi. Pak Aji pulang sendiri tidak masalah 'kan?" suara Farhan berhasil membuat Aji tersadar dalam lamunannya.
"Iya Pak, tidak masalah," ucap Aji, "kalau begitu saya pulang sekarang saja, Pak." Aji pamit pulang karena ia sudah penasaran dengan penyanyi cafe itu.
Setelah berpamitan kepada Farhan dan Ferdi, akhirnya Aji keluar dari ruang VIP itu. Saat ini, Aji berdiri di depan pintu ruangan VIP sambil menatap dua wanita yang sedang turun dari panggung. Aji menfokuskan pandangannya ke salah satu wanita yang hampir sama dengan Tata.
Aji memutuskan untuk duduk di salah satu kursi kosong yang tak jauh dari wanita itu berada bersama teman-temannya. Ia harus memastikan bahwa itu adalah Tata.
"Wanita itu sangat mirip dengan Tata, mungkin kah itu Tata? tapi kenapa penampilannya seperti itu? kenapa banyak tato di tubuhnya?" Gumam Aji dalam hatinya.
Hati dan pikiran Aji menjadi tak karuan ketika sekali lagi wanita itu tersenyum manis. Sebuah senyuman yang tidak pernah bisa Aji lupakan walau sedetik saja. Aji terus memperhatikan sosok wanita itu ketika beranjak dari tempat duduknya. Wanita bertato itu hanya lewat di samping Aji, tanpa menoleh sedikitpun. Aji semakin yakin jika wanita itu adalah Tata yang ia cari setelah melihat ada tato tulisan 'Saka' di punggung atas wanita itu.
"Aku harus mengejarnya!" gumam Aji ketika melihat sosok itu keluar dari cafe.
Aji melangkahkan kakinya cepat agar tidak kehilangan jejak wanita itu. Ia menghentikan langkahnya ketika melihat wanita itu masih ada di halaman cafe.
"Tata!!" wanita itu membalikkan tubuhnya sesaat setelah mendengar sebuah nama keramat di sebut oleh Aji.
Tatapan mata keduanya bertemu, Aji merasakan getaran yang begitu hebat dalam hatinya ketika melihat tatapan mata gadis yang selama ini ia cari. Begitu pun dengan sosok itu, ada perasaan membuncah dalam hatinya ketika menatap mata teduh yang setiap hari ia rindukan selama ini.
Intan Rahma Ayunda, begitulah nama lengkap gadis bertato itu. Tata adalah nama panggilan dari orangtuanya ketika masih kecil dan di kota ini ia memperkenalkan diri dengan nama Intan karena ada alasan tertentu.
"Tan!" Kinar menepuk bahu sahabatnya itu ketika melihat Intan termangu sambil menatap seorang pria.
"Kalian pergi lah dulu, ada hal yang harus aku selesaikan sendiri," ucap Intan sambil menatap Kinar penuh arti.
"Jaga dirimu baik-baik!" ucap Kinar sebelum pergi bersama Jon dan teman-temannya.
Aji mendekatkan diri kepada Intan, kini ia berdiri tepat di hadapan Intan yang sedang menundukkan kepalanya.
"Apakah kamu Tata ku yang dulu?" akhirnya Aji mengeluarkan suaranya setelah beberapa menit terdiam sambil mengamati tubuh bertato itu.
"Apa Gus tidak bisa melihat Tata yang dulu dalam cover yang berbeda?" tanya Intan dengan kepala yang masih tertunduk. Ia benar-benar malu berhadapan dengan Aji saat ini.
Intan tidak pernah membayangkan jika bertemu Aji di sini dengan pakaian yang terbuka dan tato yang ada di beberapa tubuhnya. Rasanya, Intan ingin menangis sejadi-jadinya karena bertemu dengan pria pujaannya, Ajisaka Pangestu-- putra bungsu Kyai Yusuf.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Ta? kenapa kamu seperti ini?" tanya Aji tanpa mengalihkan pandangannya dari Intan.
Suara guntur tiba-tiba terdengar menggelegar, rintik hujan pun mulai turun. Intan menegakkan kepalanya sambil menatap Aji.
"Maaf Gue ... aku ... emm sa-saya harus segera pulang, Gus. Permisi ...." Intan terbata karena di landa rasa gugup. Intan membalikkan tubuhnya, bersiap untuk melangkah pergi sebelum hujan semakin deras. Namun, belum sempat Intan melangkah, suara Aji berhasil membuat tubuhnya menjadi kaku.
"Jangan pulang sendirian! aku yang akan mengantarmu pulang!"
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka ♥️😍
_
_
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Nyimas Raudloh
ku kira tata kmna??
sampe bingung KNPA jd banyak orang,nyatanya intan itu adalah tata
oooh ya tuhaaannn 🤩🤩🤩
2022-02-22
1
Sabar,Aji jangan terburu²...Intan juga perlu waktu menjelaskan kenapa dia bisa berubah,pasti ada sebab...
2022-01-15
1
Cucu Suliani
mangats, Mak.
2022-01-04
1