Empat tahun kemudian ...
"Minggu depan jangan lupa siapkan materi untuk presentasi tentang pelajaran hari ini," ucap seorang dosen tampan, sang pemilik mata teduh.
Dosen muda itu tak lain adalah Aji, setelah menyelesaikan pendidikan S2 di Mesir, kini ia memilih untuk menjadi dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang ada di daerah Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Sudah satu tahun ini Aji menjadi salah satu bagian dari kampus yang lumayan terkenal ini.
Aji sempat bekerja di kantor MUI Jawa Timur setelah pulang dari Mesir, tapi ia mengundurkan diri karena jiwanya bukan di situ, ia lebih suka menjadi tenaga pendidik agar ilmu yang ia dapatkan di Mesir lebih bermanfaat.
Awalnya, Ummi Sarah melarang Aji untuk pergi Ke Tangerang, beliau belum puas melepas rindu kepada Aji setelah dua tahun lebih dua bulan berjauhan dengan putra bungsunya itu. Tapi setelah Kyai Yusuf memberikan pengertian kepada istrinya itu, akhirnya Ummi Sarah mengizinkan Aji pergi Tangerang.
"Mi, Aji nang Tangerang iku ora dulin. Bocah iku arep ngamalne ilmu, wes ikhlasno ae ben ilmune manfaat. Aji iku yo wes gede Mih, babahlah masi mrona-mrono, de'e ngkok bakal oleh ilmu maneh teko wong liyo, pasrahno ae marang Gusti Allah yoopo jange masa depane Aji,"
(Mi, Aji ke Tangerang itu tidak keluyuran. Anak itu akan mengamalkan ilmunya, sudahlah ikhlaskan saja biar ilmunya manfaat. Aji itu sudah besar, Mih, biarkan saja meskipun dia pergi kesana-kemari, dia nanti pasti dapat ilmu lagi dari orang lain, pasrahkan saja kepada Allah bagaimana masa depan Aji nantinya,)
"Baiklah, kalau begitu pelajaran kali ini telah selesai, kalian boleh keluar dari kelas," ucap Aji sebelum keluar dari kelas yang ada di salah satu fakultas pendidikan agama islam di kampus ini.
Aji berjalan dengan gagahnya, meski tubuhnya tak se kekar artis-artis Hollywood tapi pesona nya bisa meluluhkan hati para Mahasiswi yang menjadi pengagum rahasianya di kampus.
Setelah melewati koridor kampus, akhirnya Aji sampai di ruangan dosen. Ia mengayun langkah menuju mejanya yang ada di pojok ruangan, senyumnya terus mengembang untuk menyapa semua dosen yang ada di dalam ruangan.
Aji menghempaskan diri di kursi, ia mengeluarkan buku catatan dari tas hitam yang selalu menemaninya jika pergi ke kampus. Sebuah senyum menawan terbit dari bibirnya ketika menatap foto berukuran 4R yang terselip di buku catatan itu.
Potret seorang gadis yang sedang menundukkan kepalanya dengan sebuah senyum tipis sebagai penghias wajah imutnya. Seorang gadis yang berhasil mengisi relung hati Aji selama ini.
"Aku harap kamu masih memiliki perasaan yang sama seperti dulu," gumam Aji dalam hatinya.
Sudah dua tahun ini Aji mencari keberadaan gadis yang ada dalam potret itu. Setelah pulang dari Mesir, Aji sangat terkejut ketika tahu bahwa gadis impiannya sudah tidak ada lagi di pondok pesantren. Aji sudah mencari gadis itu ke rumah kerabatnya tapi tidak ada yang mengetahui keberadaan gadis itu.
"Semoga kita di pertemukan kembali, Ta. Aku sudah mencarimu, sampai menyebar fotomu di media sosial, tapi sampai saat ini belum ada titik terang." Aji kembali bergumam sambil memandang buku catatannya.
Aji menutup buku catatannya ketika ada yang memanggil namanya, seorang pria berkumis tipis sudah berdiri di depan meja Aji, dia adalah Farhan, salah satu dosen di Fakultas yang sama dengan Aji.
"Pak Aji tidak ada jam lagi?" tanya Farhan.
"Tidak ada pak, memang ada apa?" Aji menatap wajah rekannya itu.
"Biasa pak, saya mau mengajak Pak Aji ngopi sambil mencari inspirasi,"
"Boleh, mari kita berangkat, pak!" ucap Aji seraya berdiri dari tempatnya.
Kedua dosen muda itu akhirnya berjalan beriringan menuju kantin kampus untuk sekedar menikmati waktu luang. Obrolan ringan pun terdengar di sana, mulai dari membahas pelajaran kuliah hingga pelajaran kehidupan. Farhan sering ngobrol santai bersama Aji, bahkan Farhan sering mendatangi ustad muda itu di rumah kontrakannya yang tak jauh dari kampus.
"Pak, apa anda tidak ingin menikah?" tiba-tiba Farhan melontarkan pertanyaan yang membuat Aji tertegun.
Aji terdiam sejenak dengan kedua bola mata yang tertuju pada Farhan, "Semua insan pasti ingin menikah dan memiliki keluarga yang bahagia, Pak Farhan." Aji mengulas senyumnya setelah itu.
"Lalu apa yang membuat Pak Aji betah dengan kesendirian? bukankah Pak Aji bisa memilih para santri yang ada di pondok pesantren," ucap Farhan.
Aji tersenyum lagi setelah mendengar ucapan rekannya itu. Sekali lagi bayangan wajah gadis yang selama ini memenuhi relung hatinya kembali hadir dalam pikiran Aji.
"Tidak semudah itu, Pak." Aji menyandarkan tubuhnya di kursi, "Saya sudah menjatuhkan pilihan, tapi saya belum menemukan dia sampai saat ini," ucap Aji dengan nada bicara yang kalem.
Obrolan pun terus berlanjut, kali ini Farhan mengalihkan topik pembicaraan, mereka sedang asyik membahas masalah pekerjaan. Farhan mengajak Aji bekerja sama untuk membuka cafe di salah satu pusat kota.
"Boleh juga ide Pak Farhan, saya setuju aja, Pak. Tapi saya belum bisa mengambil keputusan sebelum izin kepada Abah dan Ummi," ucap Aji setelah mendengarkan penjelasan dari Farhan.
Obrolan serius itu harus terhenti ketika ponsel Aji berdering, nama Ninis tertulis di layar ponsel itu, membuat Aji mengernyitkan keningnya karena tidak biasanya Ninis menelfon jika tidak ada hal yang penting.
"Baiklah Ning, aku besok akan pulang, jangan di buang dulu suratnya," ucap Aji setelah beberapa menit berbicara dengan kakaknya itu.
Perasaan Aji tiba-tiba berdebar tak karuan setelah mendengar kabar dari kakaknya hingga ia tak sadar jika Farhan sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka ♥️😍
_
_
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Hum@yRa Nasution
surat cinta dari tata...
2022-03-04
1
🎤A-HA🎧
sudah 4 tahun aja
2022-02-06
0
👑Meylani Putri Putti
surat perjodohan atau apa kk titik
2022-01-16
1