Dua hari kemudian ....
"Bang, gimana yang kemarin? boleh ya, gue sama Intan nyanyi di Cafe." Kinar mencoba merayu Kakak sulungnya itu setelah kemarin menceritakan tawaran dari pria pemilik cafe D'Lilac. Ia memasang wajah imut agar Tommy mengizinkan mereka berdua nyanyi di Cafe tersebut.
Tommy hanya diam sambil menyelesaikan desain tato yang di pesan salah satu pelanggannya. Sekilas ia melirik Intan yang sedang sibuk membersihkan mesin tato dan peralatan lainnya. Gadis itu hanya sekali bicara setelah mendapat tawaran job menjadi penyanyi di cafe.
"Gaji di sini kurang ya, Tan?" tanya Tommy tiba-tiba.
Intan meletakkan mesin yang ada di tangannya, ia menatap Tommy yang masih sibuk mengerjakan desain naga berkepala buaya itu, entah filosofi dari mana hingga ada yang pesan desain tato aneh seperti itu.
"Tidak Bang, bukan soal gaji Intan mau nyanyi di Cafe itu, tapi Intan hanya ingin menyalurkan hobi saja," jawab Intan ketika duduk di samping Tommy.
"Oke lah, kalau memang itu alasannya. Kalian berdua boleh saja menerima job di Cafe itu, kecuali hari sabtu karena pelanggan kita banyak yang datang di hari sabtu." akhirnya Tommy mengizinkan mereka berdua untuk menerima job di cafe yang di sebutkan oleh Kinar.
Intan mengembangkan senyumnya ketika mendengar jawaban dari Tommy, meski Tommy tak memberi izin keluar di hari sabtu setidaknya masih ada hari minggu. Besok, Intan akan menemui pemilik cafe D'lilac untuk bernegosiasi mengenai jam kerjanya.
"Terima kasih, Bang," ucap Intan sebelum kembali ke tempat asalnya.
Tak terasa penunjuk waktu sudah berada di angka sebelas malam, pengerjaan tato dua orang yang sejak tadi di tangani tatto artist lain pun akhirnya selesai. Mereka tersenyum melihat hasil memuaskan yang ia dapat dari studio ini.
"Hay cantik, siapa namamu?" tanya pria matang yang memperhatikan Intan sejak awal masuk ke studio.
Intan menatap pria itu dengan ekspresi datar, senyum yang tadinya bermekar indah bersama Kinar kini lenyap sudah.
"Intan," jawab Intan singkat, ia merasa risih dengan tatapan genit pria berkulit putih itu.
Pria berkulit putih itu mendekatkan diri dengan Intan, "Kamu open BO gak?" bisik pria itu.
Intan menatap tajam pria yang tidak punya sopan santun itu, "maaf saya tidak minat dengan pria!" sarkas Intan dengan mata belonya yang semakin melebar. Kaki kanannya menyenggol Kinar, memberikan sebuah kode agar Kinar melakukan sesuatu hal seperti biasanya.
"Say, ke atas yuk! aku kangen tau!" tiba-tiba Kinar bergelayut manja di lengan Intan. Ia berlagak seperti wanita yang sedang manja kepada pasangannya.
"Tunggu sebentar, Sayang," ucap Intan sambil mengusap rambut Kinar dengan penuh kasih sayang.
Pria berkulit putih itu pun bergidik ngeri melihat dua gadis yang sedang bermesraan di hadapannya. Ia berlalu pergi begitu saja tanpa pamit atau pun menyapa Intan lagi karena pria itu mengira Intan dan Kinar adalah pasangan lesbi.
Gelak tawa Kinar pun menggema di studio ketika melihat respon pria yang sempat menawar sahabatnya itu, "rasain lo, pria brengsek! kalau cari open BO bukan di sini woe tempatnya!" teriak Kinar di iringi gelak tawa setelahnya.
Tommy menggelengkan kepalanya melihat sikap bar-bar adiknya itu. Ia sudah hafal dengan trik Intan ketika ada seorang pria yang tidak sopan dengannya. Ia bukanlah pecinta s-e-x bebas meskipun suka minum alkohol, merokok, terkadang ikut tawuran dan balap liar. Ia tidak pernah minum bersama teman pria sampai mabuk dan tak sadarkan diri karena Intan takut di pakai temannya sendiri. Ia lebih suka mabuk di kamarnya seorang diri atau bersama Kinar.
"Bang, malam ini gue nginep di kontrakan Intan ye, bilang sama Mamah, oke!" ucap Kinar sambil menaik turunkan satu alisnya di hadapan Tommy.
"Mau mabok lagi?" tanya Tommy.
"Enggak kok, tapi kalau ada juga mau, bener gak, Tan?" ucap Kinar sambil menatap Intan.
"Idih, kenapa harus gue? yang mau minum kan elu, Piranha!" sarkas Intan dengan bibir yang mengerucut.
"Eh Komodo! awas aja ya kalau lu minta di tuangin segelas!" sungut Kinar dengan ekspresi masam.
Akhirnya, Tommy melerai keributan dua adiknya itu. Ia segera menyuruh mereka berdua cepat pulang dari studio. Tak lupa Tommy memasukkan satu botol wine di tote bag Kinar agar mereka berdua tenang di kontrakan.
...🌹🌹🌹🌹...
Keheningan malam membuat semua orang merasa tenang. Suara hewan malam menjadi melodi pengiring seorang pria yang sedang duduk di atas sajadah. Pria itu tak lain adalah Aji, ia duduk bersila dengan mata yang terpejam untuk merasakan betapa tenangnya alam ini di sepertiga malam.
Aji hanya diam tanpa dzikir atau doa-doa yang biasa ia panjatkan saat bertafakur di sepertiga malam. Aji sedang menenangkan jiwanya yang di guncang amarah besar beberapa hari ini. Ketenangan hati tak ada lagi dalam jiwanya dan nama gadis pilihannya itu selalu menari-nari dalam pikirannya.
Marah, ya itulah yang di rasakan Aji beberapa hari ini. Ia kecewa dengan sepupunya itu karena mengusik apa yang seharusnya menjadi miliknya. Bagaimana bisa Aga menggoda seorang santri seperti Tata? ini lah yang menjadi pertanyaan besar di hati Aji.
"Astagfirullahaladzim ...." Aji membuka matanya setelah bayangan wajah Tata kembali hadir dalam pikirannya. Ia mengusap wajahnya dengan telapak tangan kanan dan setelah itu ia beranjak dari atas sajadah.
Suasana kamar yang temaram tak bisa membuat Aji tidur nyenyak seperti biasanya, meskipun jarum jam sudah berada di angka tiga pagi, nyatanya Aji masih belum tidur sedetikpun. Rasa kantuk sepertinya telah lenyap dari matanya.
"Kamu di mana, Ta?" gumam Aji setelah membuka jendela kamarnya. Ia menatap bulan sabit yang ada di ufuk barat.
Dua hari ini, Aji mencari Tata di media sosial, tapi ia belum juga menemukan akun milik Tata. Menyebar informasi tentang Tata ke teman-temannya yang ada di luar kota pun sudah Aji lakukan agar bisa menemukan lagi gadis pilihannya itu.
"Ya Allah, tolong jaga Tata di mana pun dia berada, pertemukan kembali hamba dengan dia, seperti Engkau mempertemukan Adam dan Hawa yang pernah terpisah," gumam Aji dengan perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya.
Rasa gelisah terus menggerogoti hati dosen idaman para mahasiswi itu. Ada rasa menyesal dalam hatinya karena dulu tidak melamar Tata terlebih dahulu sebelum pergi ke Mesir.
"Tata, aku harap kamu belum menikah, aku harap kamu masih menungguku," gumam Aji dengan kepala yang di sandarkan di bingkai jendela.
"Lebih baik aku mencari kesibukan saat ini daripada terus memikirkan Tata," ucap Aji sambil mencari laptopnya untuk membaca tugas yang sudah di kirim mahasiswanya lewat e-mail.
Tatapan mata teduh itu tak berpaling sedikitpun dari hadapan laptop yang masih menyala hingga suara adzan mulai terdengar di segala penjuru. Aji segera menutup laptopnya dan mulai bersiap ke masjid.
"Bismillahirrahmanirrahim ...." ucap Aji sebelum berangkat ke masjid.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka 😍♥️
_
_
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Hum@yRa Nasution
kayaknya si intan itu tata deh...tapi aku penasaran kenapa si tata berubah???
2022-03-05
0
Erni Sari
nyicil ya Thor, semangat lagi thor
2022-03-03
0
Berani macem² sama Komodo dan Piranha...langsung donk jurus lesbongnya d keluarkan ... Jiper² gak tuh Cogan 😜😜😜
2022-01-14
1