Tangerang
Sinar matahari mulai masuk ke dalam kamar seorang gadis lewat celah ventilasi, sinar itu mulai mengusik rasa nyaman seorang gadis yang masih berkelana di alam mimpi.
Sampah kulit kacang bertaburan di atas karpet yang ada di kamar itu, botol dan gelas bekas minuman pun berserakan di lantai. Dua gadis berbeda warna rambut itu masih terlelap di atas ranjang dengan posisi yang tak beraturan.
Dering ponsel yang berbunyi beberapa kali berhasil membuat gadis berambut pirang membuka matanya. Gadis itu tak lain adalah Kinar, ia segera bangkit dari ranjang untuk mencari ponselnya.
"Pulang!!!"
Seketika Kinar menjauhkan ponselnya dari telinga ketika mendengar suara ibunya yang berteriak hingga membuat gendang telinganya nyeri. Kinar bergidik ngeri sambil menatap ponselnya.
"Busyet dah! ini si Emak makan apa coba? masih pagi suaranya kek begini," gumam Kinar sebelum mendekatkan ponselnya lagi di telinga.
"Ada apa sih Ma ... Mama ku yang cantik se jagat raya," tanya Kinar dengan santai.
"Heh elu kalau mau tinggal sama si Intan bilang aje, bawa sekalian semua baju elu ke sono! punya anak gadis satu jarang pulang! elu mau di kawinin sekalian hah biar di bawa pergi suami lu!" cerocos Ibu Leni, mamanya Kinar.
Kinar bergidik ngeri ketika mendengar suara Mamanya itu, ia tak habis pikir kenapa bisa Bu Leni semakin cerewet setelah Intan masuk ke dalam keluarganya.
"Mah, jangan kenceng-kenceng ini masih pagi! malu kali di denger tetangga," ucap Kinar sambil membenarkan posisi duduknya.
"Ape lu bilang? masih pagi? matahari sudah naik tinggi lu bilang masih pagi!" cerocos Bu Leni, suaranya seakan tak ada habisnya.
Kinar mulai melirik jam dinding yang ada di kamar Intan. Seketika matanya terbelalak tatkala melihat jarum jam berada di angka sebelas, "Mah, Kinar mau mandi, sudah ya marah-marahnya," ucap Kinar sebelum memutuskan sambungan telfonnya begitu saja.
Kinar kembali ke atas ranjang untuk membangunkan Intan, karena siang ini mereka ada jadwal ngamen bersama teman-teman lainnya di salah satu angkringan yang ada di daerah Ciputat.
"Tan, bangun woe! ini udah jam sebelas woe!" teriak Kinar sambil menepuk pipi Intan berkali-kali.
Intan membuka matanya dengan di iringi senyum yang aneh, pandangannya pun belum sepenuhnya fokus pada kinar, "Saka ... kenapa kamu ada di kamarku?" tanya Intan sambil menepuk lengan Kinar.
"Wah nih anak masih mabok ternyata! harus di sadarin nih!" ucap Kinar sebelum berjalan keluar dari kamar. Ia mencari ember di dapur dan mengisinya dengan air untuk menyadarkan Intan.
Kinar berhenti sejenak di depan kamar mandi, lalu ia meletakkan ember itu di lantai. Ia harus mandi terlebih dahulu sebelum Intan, karena gadis bertato mawar itu betah sekali jika sudah berada di kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Kinar keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Ia segera mengayun langkah menuju kamar Intan dengan membawa ember yang berisi air.
"Hay kau bangsa lelembut! silahkan keluar dari tubuh temanku! biarkan dia sadar seperti sebelumnya." Kinar berlagak seperti seorang dukun yang bisa menyembuhkan orang kesurupan.
Kinar mulai meneteskan air yang ada pada tangannya, tangan yang sebelumnya sudah di celupkan di dalam air. Beberapa kali ia melakukan hal itu hingga membuat Intan membuka kelopak matanya.
"Hey Piranha!! lu mau cari mati? ngapain elu bangunin gue pakek air!" teriak Intan setelah melihat kelakuan temannya itu.
"Heh komodo! lu udah gue bangunin dengan cara baik-baik ye! tapi lu malah ngigau 'Saka ... Saka ... Saka ...' lu masih inget sama itu cowok?" cecar Kinar sambil berkacak pinggang di hadapan Intan.
Intan pun menutupi wajahnya dengan bantal. Ia tidak menyangka jika nama itu selalu ia ucapkan di saat mabuk, "Astaga!" gumam Intan ketika Kinar mengangkat bantal yang menutupi wajahnya.
"Buruan bangun! ini udah jam sebelas! lu kagak jadi ngamen?" tanya Kinar sambil menatap Intan.
"Oke setelah ini gue bangun! kita bagi tugas, elu bikin sarapan dan gue yang bersih-bersih kamar," ucap Intan seraya duduk bersandar di ranjangnya.
Kinar berlalu begitu saja dari hadapan Intan. Ia pergi ke dapur untuk membuat sarapan dengan bahan seadanya yang ada di kulkas. Begitu pun dengan Intan, ia segera membersihkan sampah yang ada di kamarnya, menata ranjang agar terlihat rapi dan bersih.
Lima belas menit telah berlalu, Intan sudah menyelesaikan tugasnya. Kini ia berjalan ke dekat jendela kamar dan duduk di kursi kayu dengan kaki yang berselonjor di bingkai jendela.
Asap rokok pun mulai mengepul di sana. Intan menengadahkan kepalanya, ia sedang asyik bermain-main dengan asap rokok yang mengudara.
Tatapannya menerawang jauh, memikirkan sosok pria yang tidak bisa lagi ia temui. Nama Pria bernama Saka itu terukir indah di bawah leher belakang Intan dengan tato berwarna hitam, sebuah hasil karya tangan Tommy beberapa tahun yang lalu.
"Kenapa aku tidak bisa move-on dari dia ya," gumam Tata sambil menatap langit biru yang cerah.
Selama ini Intan tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali pria bernama Saka itu. Intan bukanlah wanita yang mudah dekat dengan seorang pria. Ia terkesan cuek dan dingin kepada pria yang belum ia kenal, hanya kepada Tommy dan beberapa teman ngamennya saja Intan banyak bicara. Karakter Intan pun tak jelas, kadang ia menjadi tomboy, terkadang ia menjadi feminim.
"Buruan mandi! malah ngelamun disini!" teriak Kinar yang sedang berdiri di depan pintu kamar.
"Iye, Piranha!" Intan berdecak kesal karena bayangan wajah Saka hilang begitu saja karena suara Kinar yang menggelegar seperti ibunya.
Waktu terus berlalu, kini kedua gadis itu sudah siap berangkat menuju angkringan, tetapi Intan harus mengantar Kinar pulang terlebih dahulu untuk mengganti pakaiannya.
Sebenarnya, Intan sangat malas jika mengantar Kinar pulang karena ia harus bertemu dengan Bu Leni. Intan sendiri pun tidak tahu kenapa Bu Leni sangat membencinya.
"Yakin nih kita jalan kaki? naik taxy online saja lah!" usul Kinar ketika baru saja keluar dari gang rumah Intan.
"Terserah lu!" jawab Intan tanpa menatap Kinar. Ia sedang sibuk melihat pasangan muda-mudi yang sedang menikmati waktu berdua di kedai jus yang ada di seberang jalan.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya taxy online yang di pesan Kinar pun sampai. Mereka segera masuk ke dalam mobil agar cepat sampai di rumah Gatot.
"Terima kasih, Pak!" ucap Kinar setelah memberikan ongkos sesuai dengan tarif yang ada di aplikasi.
"gue tunggu di sini aja ya, gue males denger suara Mamah lu, pasti entar gue di omelin lagi," ucap Intan ketika sampai di depan pintu gerbang berwarna hitam.
Kinar pun segera masuk untuk mengganti pakaiannya. Suasana rumahnya sepi, tak ada teriakan dari Bu Leni seperti biasanya. Ia pun menjadi bertanya-tanya kemana ibu yang melahirkannya itu.
"Si Komodo beruntung banget nih gak di sambut boom panci sama Mamah!" gumam Kinar sambil memakai sepatunya. Namun, beberapa detik kemudian Kinar mendengar teriakan Bu Leni yang menggelegar di luar rumah.
"Wah, gak jadi untung nih si Komodo," gumam Kinar, "astaga Mamah!" Kinar menepuk jidatnya karena tak habis pikir dengan sikap sang Mama.
_
_
Terima kasih sudah membaca karya ini, semoga suka ♥️😍
_
_
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
CICI AJACH
haha
2022-03-04
0
Sis Fauzi
memang ada komodo cantik?😂
2022-03-01
0
Gak Kinar, gak Intan ..Sama² oleng karena kebanyakan minum..🤣🤣🤣
2022-01-14
1