Melupakan Sang Mantan

Melupakan Sang Mantan

Bab 1

Seorang wanita menunggu kekasihnya di taman dekat kantor di mana sang pria bekerja. Sabrina Suci, berusia 26 tahun. Hampir sejam dia menunggu, akhirnya pria itu datang juga.

"Mas, kapan kamu mau datang melamarku?" tanyanya penuh harap.

"Aku belum berbicara dengan orang tuaku," jawab Yudistira.

"Mengapa kamu belum berbicara? Hubungan kita sudah hampir 6 tahun, Ibuku selalu menanyakan itu," ungkap Sabrina.

"Katakan pada Ibu, aku akan melamarmu!" Yudis berusaha menyakinkan kekasihnya itu.

"Baiklah," ucap lirih Sabrina.

"Aku harus balik ke kantor. Maaf, tak bisa mengantarmu pulang," ucap Yudis.

"Tidak masalah, aku bisa naik ojek."

Yudistira, pria berusia 31 tahun. Seorang manajer, di perusahaan ternama. Dia bekerja hampir 7 tahun di perusahaan itu. Dia mengenal Sabrina 6 tahun yang lalu pada saat ulang tahun teman kantor Yudistira yang kebetulan adalah teman sekolah wanita yang sekarang menjadi kekasihnya.

Sabrina selalu meminta padanya agar segera dilamar tetapi Mama Yudis tidak menyetujui hubungan mereka. Alasannya, karena kekasihnya itu hanya seorang penjaga toko pakaian dan pendidikannya tidak sederajat dengan Yudis yang bertitel. Hal ini tidak ia sampaikan pada kekasihnya, ia takut Sabrina akan menjauhinya.

Yudis bingung memilih antara kekasihnya atau wanita yang telah melahirkannya. Makanya, ia memilih menggantungkan hubungan mereka.

"Bagaimana apa kamu sudah berbicara pada Yudis?" tanya Mila pada putrinya sesampainya di rumah.

"Sudah, Bu. Tapi dia belum berbicara pada orang tuanya," jawab Sabrina.

"Belum berbicara? Astaga, harus berapa lama lagi menunggu keputusan dari dia?" tanya Mila mulai kesal.

"Dia janji akan segera melamarku, Bu!" Sabrina tertunduk.

"Kapan?"

"Tidak tahu, Bu!"

"Itu artinya dia tidak serius dengan kamu!" sentak Mila.

"Mas Yudis, serius akan menikahi Sabrina." Tuturnya.

"Ibu akan menelepon Ayahmu, biar dia yang berbicara dengan Yudis," ucap Mila yang mulai emosi.

"Bu , jangan!" mohon Sabrina.

"Kenapa?"

"Ayah pasti akan memarahi Mas Yudis," ujar Sabrina.

"Biarkan saja," ucap Mila.

Wanita itu segera menelepon mantan suaminya. Kedua orang tuanya Sabrina berpisah 23 tahun yang lalu saat usianya 3 tahun. Lima belas tahun belakangan ini, Ayahnya mau bertanggung jawab memberi nafkah untuk anak kandungnya. Itu karena ibu tirinya yang menyadarkannya. Ayah Sabrina menikah lagi setelah 5 tahun menduda.

"Berikan teleponnya, aku akan berbicara padanya," ucap Toni di ujung telepon.

Mila pun menyerahkannya kepada putrinya.

"Halo,Ayah!" ucap Sabrina gugup.

"Halo, Nak! Bilang pada kekasihmu, temui Ayah segera."

"Tapi, Yah!"

"Tidak ada alasan, jika dia tak melamarmu dalam bulan ini. Kamu akan Ayah jodohkan!" ucap Toni tegas.

"Sab, akan katakan padanya!" jawabnya kemudian menutup teleponnya lalu memberikan kepada ibunya.

"Bagaimana? Apa kata Ayahmu?" cecar Mila.

"Ayah menginginkan Yudis bertemu dengannya," tuturnya.

"Itu memang kami harapkan, sampai kapan kalian terus pacaran tapi tidak ada kepastian," gerutu Mila.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan harinya, Sabrina menelepon kekasihnya itu. Mereka berjumpa di kafe. Kebetulan hari ini libur jadi Yudis bisa di temui di waktu jam kantor.

"Ayah ingin kamu menemuinya," ucap Sabrina membuka obrolan percakapan.

"Aku sudah bilang, segera melamarmu!" ujar Yudis.

"Aku juga sudah katakan itu, Mas!" ucap Sabrina mulai terpancing emosi.

"Apa yang dikatakannya?"

"Dalam bulan ini, kamu harus segera melamarku. Jika tidak aku akan dijodohkan dengan orang lain," ungkapnya.

Yudis memijit pelipisnya dan sejenak berpikir.

"Baiklah, Minggu depan aku akan datang bersama orang tuaku!" ucap lirih Yudis.

Sabrina tersenyum bahagia mendengar ucapan dari kekasihnya itu.

Selesai mengantar Sabrina dari kafe menuju toko pakaian, Yudis kembali ke rumah. Ia memberanikan diri untuk mengatakan kepada orang tuanya.

"Ma, Pa. Aku mau melamar Sabrina," ucapnya dengan serius.

"Apa? Kamu bilang melamar dia?" tanya Linda, Mama Yudis.

Putranya itu pun mengangguk.

Yana sebagai kakak paling tertua dia pun ikut berbicara,"Kau yakin ingin menikahi dia?"

"Iya, Kak. Aku mencintainya," jawab Yudis.

"Tapi, dia itu tidak pantas untukmu!" ucap Linda lagi.

"Tidak pantas bagaimana, Ma?" Yudis mulai protes.

"Dia cuma karyawan biasa, kau seorang manajer perusahaan ternama. Mama malu jika teman-teman menanyakan apa pekerjaan menantuku," ungkap Linda.

"Biarkan saja dia menikah, yang menjalankan pernikahan dia. Kenapa kalian yang berisik?" tanya Hendi.

Linda menarik tangan suaminya sedikit menjauh dari anak-anaknya. "Jika Yudis menikah, Papa mau uang jajannya di potong? Calon menantu kita bukan orang kaya, tentunya Yudis akan memberikan lebih banyak gajinya pada istrinya," bisik Linda di telinga suaminya.

"Papa tidak mau, tapi bagaimana pun dia juga ingin berumah tangga?" Hendi berkata lagi.

Linda tampak berpikir,"Betul juga, jika dia tak menikah orang-orang akan mengejeknya sebagai perjaka tua." Batinnya.

Linda dan Hendi kembali lagi bergabung dengan anaknya.

"Baiklah, Mama setuju kamu menikah dengan dia dengan syarat," ucap Linda.

"Apa syaratnya,Ma?" tanya Yudis tak sabar.

"Seluruh hadiah untuk melamarnya, Mama yang akan beli. Tentunya pakai uang kamu," ucap Linda.

"Baiklah, Yudis setuju." ucapnya. Ia dengan hati bahagia kemudian meninggalkan ruangan keluarga.

"Mama yakin menerima wanita itu?" tanya Yana.

Linda menatap putrinya,"Kamu mau adikmu jadi perjaka tua?"

Yana dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Mama tidak mau, wanita itu memiliki sepenuhnya Yudis." Linda tersenyum licik.

Yudis yang bahagia segera menelepon kekasihnya jika dirinya akan segera melamar Sabrina. Dia juga bercerita akan memberikan sepasang anting, cincin dan kalung kepada kekasihnya.

Sabrina yang mendapat telepon dari kekasihnya itu begitu senang, ia tak mengharapkan perhiasan tetapi ia butuh keseriusan dari pria yang dicintainya itu.

Malam harinya, Sabrina pun menceritakan hal ini kepada Ibu dan Neneknya. Mereka tersenyum senang, tak lupa ia mengabarkannya pada Ayahnya juga.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari bahagia yang ditunggu pun tiba, sanak keluarga dan saudara berkumpul. Keluarga besar Yudis pun datang dengan membawa berbagai macam hadiah. Perwakilan keluarga Yudis pun berbicara menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka.

Hingga sampai acara penyerahan hadiah kepada calon mempelai pengantin wanita. Linda memasangkan cincin ke jemari Sabrina, ia tersenyum tipis kepada calon menantunya itu.

Tanggal, bulan dan tahun pernikahan sudah ditentukan. Para keluarga pun berpulangan termasuk juga keluarga Yudis.

Dua calon pengantin tidak dibolehkan bertemu, kecuali untuk mengurus surat-surat dan persiapan pernikahan seperti undangan dan gaun pengantin.

Saat bertemu dengan calon suaminya, di toko pakaian pengantin Sabrina menanyakan perihal perhiasan yang dijanjikannya."Aku mau tanya, Mas?"

"Tanya apa?"

"Kamu bilang akan memberikanku sepasang anting, cincin dan kalung. Tetapi kenapa cuma cincin saja?"

"Oh, itu. Mama lupa membelinya. Katanya model kalung dan anting di toko itu jelek. Jadi rencana mau pindah toko eh tahunya malah lupa mau belinya," jelas Yudis jujur. Karena Linda memberikan alasan itu ketika putranya bertanya hal yang sama seperti Sabrina tanyakan.

"Oh, begitu." Sabrina terpaksa tersenyum.

"Setelah kita menikah, aku akan membelikan untukmu," ujar Yudis.

"Dengan senang hati aku mau, Mas. Tapi jika kamu tak memiliki uang jangan di paksa. Cukup kamu setia dan kita saling percaya, aku sudah bahagia." Tutur Sabrina.

Terpopuler

Comments

𝘚𝘐𝘓𝘝𝘐𝘈 𝘕 𝘈𝘡𝘐𝘡𝘈𝘏

𝘚𝘐𝘓𝘝𝘐𝘈 𝘕 𝘈𝘡𝘐𝘡𝘈𝘏

otw bab berikut nya kak

2021-12-25

0

Rosi T

Rosi T

aku mampir kaa

2021-12-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!