Bab 6

"Baru saja punya toko seperti ini sudah sombong," celetuk Yana.

"Toko saya ini tidak melayani pembeli seperti kalian," ucap Arvan tegas.

"Ayo, Kak. Kita pergi saja dari sini," ucap wanita itu berbicara dengan kakak ipar Sabrina.

Kedua wanita itu pergi meninggalkan toko Arvan. Mobil yang mereka tumpangi menghilang, pria itu pun bertanya pada Sabrina.

"Mereka siapa?"

"Wanita yang tubuhnya lebih pendek itu, kakak ipar saya," jawab Arvan.

"Kenapa sikapnya seperti itu kepadamu?"

"Saya tidak tahu, Pak!"

"Tapi saya heran dengan kamu, kenapa cuma diam saja mereka merendahkanmu," ucap Arvan.

"Saya tidak ingin membuat malu, Pak!"

"Harusnya kamu tegas dengan mereka bukan diam seperti ini," ucap Arvan kesal lalu meninggalkan Sabrina mematung.

"Kenapa dia yang sewot?" batinnya bertanya.

Sore hari, sesampainya di rumah. Yudis dan Sabrina terkejut Mama Linda kembali datang.

"Mama!" sapa Yudis mencium punggung tangan Linda begitu juga dengan Sabrina.

"Mama ingin bicara dengan istrimu," ucap Linda ketus.

"Ada apa, Ma?" tanya Yudis.

"Kakak kamu di permalukan di depan umum dia hanya diam saja," ucap Linda.

"Dia menghinaku, Ma!"

"Kau pantas memang di hina!" ucap Linda asal.

Hati Sabrina sakit mendengar ucapan mertuanya. Dia berlalu meninggalkan ibu dan anak itu.

"Sebenarnya apa terjadi, Ma?"

"Kakak kamu dan Siska belanja di toko tempat ia bekerja, eh bos dia tiba-tiba mengusir mereka berdua. Istri kamu hanya diam saja bukan membelanya," jawab Linda menggebu.

"Apa benar yang Mama katakan?" tanya Yudis tidak yakin.

"Kamu pikir, Mama pembohong!" sentak Linda.

"Bukan begitu, Ma!" ucap Yudis.

"Kamu dan istrimu sama saja!" sentaknya."Mama mau pulang saja!" ucapnya pergi dari rumah anaknya.

Yudis pun menyusul istrinya, Sabrina tampak menangis. Ia mendekati dan mengelus pundak wanita yang ia nikahi beberapa minggu yang lalu.

"Kamu ingin tahu aku tidak membela mereka?" tanya Sabrina.

Yudis pun mengangguk.

"Kak Yana dan temannya itu memintaku melayaninya tapi kenyataannya malah menghinaku, mereka membandingkan aku dengan wanita itu. Karena ia akan membelikan kakakmu baju dan katanya juga aku mendapatkan kamu memakai pelet," tutur Sabrina yang masih berlinang air mata.

Yudis menarik lembut tubuh istrinya dan meletakkan kepalanya di dada. Ia mengelus rambut Sabrina,"Maafkan mereka!"

"Kenapa Mas, yang minta maaf?"

"Aku bingung, mau bela yang mana. Jadi kamu harus mengalah," ujar Yudis.

"Sampai kapan aku terus mengalah, Mas. Kalau mereka tidak menyukaiku kenapa kita harus menikah?" tanya Sabrina kesal mengangkat kepalanya dan melihat suaminya

"Aku mencintaimu, Sabrina."

"Tapi mereka tidak menyukaiku, aku berusaha bersikap baik tapi selalu saja begitu," ungkap Sabrina melampiaskan amarahnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi hari, Yudis bersiap akan berangkat kerja. Sabrina kebetulan kerja dengan jadwal jam 2 siang. Sarapan hari ini hanya saling melirik dan diam.

Istrinya masih dalam keadaan merajuk. Di tambah lagi, Mama Linda selalu datang. Membuat Sabrina semakin kesal saja.

Setelah suami dan mertuanya pergi, Sabrina menghempaskan tubuhnya di atas kursi.

"Kenapa selalu saja ada masalah?" gumamnya.

Hari ini ia memutuskan untuk kembali tidur lagi, karena semua pekerjaan rumah tangga telah ia selesaikan.

Baru saja memejamkan matanya, pintu depan di gedor seseorang yang berteriak memanggil namanya. Ia pun bangkit dengan rasa malas, ia membuka gorden jendela untuk melihat siapa tamu yang datang pagi menjelang siang ini.

Ternyata tamu yang hadir ibu dan neneknya, dengan semangat ia membuka pintu dan memeluk tubuh wanita yang telah melahirkannya itu.

"Bu, Sabrina kangen!" ucapnya.

"Ibu juga makanya ke sini," ujar Mila.

Sabrina juga memeluk tubuh neneknya. Ia menyiapkan makanan spesial untuk tamunya hari ini.

"Kenapa kalian tidak datang mengunjungi kami?" tanya Nenek.

"Mas Yudis lagi sibuk dan aku juga kembali kerja," jawab Sabrina.

"Kau kerja? Bagaimana Yudis sebagai suami? Masa istrinya di biarkan bekerja," protes Nenek.

"Bu, sudahlah jangan mencampuri urusan mereka. Pasti ada alasan kenapa Sabrina bekerja, jangan sampai kejadian itu terulang lagi," ungkap Mila.

"Iya, ya. Aku takkan mencampuri urusan cucuku," gerutu Nenek.

"Kenapa, Nak?" tanya Mila.

"Sabrina harus menyelesaikan pekerjaan hingga awal bulan di tambah hari cuti kemarin. Agar uang gajian dan bonus keluar," jelas Sabrina.

"Setelah itu kamu resign?"

"Iya, Bu."

"Tapi kenapa kamu harus mengganti cuti?" tanya Nenek.

"Kata pimpinan tempat Sabrina bekerja itu peraturan baru," tuturnya.

"Aneh sekali bos kamu itu," ucap Nenek.

"Entahlah. Ayo, kita makan Nek,Bu!" ajak Sabrina.

Mereka bertiga pun makan siang bersama, saling mengobrol dan melepaskan rindu tak terasa waktu hampir menunjukkan jika Sabrina harus bekerja.

"Bu, aku pamit pergi kerja. Kalian hati-hati di jalan, kalau sudah sampai kabarin," ucap Sabrina pada nenek dan ibunya saat keduanya akan menaiki taksi online.

"Iya, Nak. Kamu hati-hati juga," ujar Mila.

Taksi yang digunakan ibu dan nenek Sabrina pergi, ia pun segera memesan ojek online.

Di tempat kerja Yudis, seorang teman kerjanya memanggilnya ia pun segera menoleh.

"Ada apa?" tanya Yudis.

"Bagaimana apa kau mau taruhan?"

"Utang yang ku miliki sudah cukup terlalu banyak. Sabrina tidak mengetahui, jika tahu dia akan marah besar," jelas Yudis.

"Selama kau tetap memberi dia uang belanja, pasti dia takkan marah," ucap temannya.

"Benar juga yang kau bilang," ujar Yudis."Kalau begitu aku ikut," lanjutnya lagi.

Sore harinya, Yudis berencana akan pulang segera ke rumah karena Sabrina pulang jam 9 malam. Namun, lagi-lagi temannya mengajak ngumpul di kafe. Ia ingin menolaknya tapi selalu di desak apalagi salah satu temannya mentraktir mereka makan. Akhirnya, Yudis luluh juga.

Mereka makan di tempat menjadi langganan sebelum ia menikah. Yudis memesan makanan dan minuman favoritnya di kafe tersebut. Di tengah obrolan mereka, seorang wanita cantik menghampiri mereka.

"Miranda, apa kabar?" sapa Yoyo, teman yang mentraktir makan.

"Baik, kalian?" wanita itu melirik Yudis.

"Baik, sudah lama kita tidak berjumpa." Ucap Theo.

"Iya, terakhir dua tahun yang lalu." Jawab Miranda.

Yudis hanya diam, ketika teman-temannya berbicara dengan wanita itu.

"Lihatlah, si Yudis sok jaim." Ejek Yoyo.

"Apa kabar Mas?" sapa Miranda pada Yudis.

"Baik," jawabnya seadanya.

"Dia sudah menikah," ujar Theo.

"Kenapa tidak mengundang aku?" tanya Miranda.

"Dia lupa sama kamu," sahut Yoyo.

Miranda lalu menunjukkan wajah kecewanya ketika mendengar Yudis sudah menikah.

"Selamat ya," ucap Miranda pada pria yang disukainya 3 tahun yang lalu.

Yudis hanya tersenyum tipis.

"Hem..aku pamit ya," ucap Miranda.

"Mau aku antar pulang," tawar Theo.

"Tidak usah, aku bawa mobil sendiri," tolak Miranda.

"Ya sudah hati-hati," ucap Theo.

"Kau suka dengan Miranda?" tanya Yoyo tanpa basa-basi.

"Tidak," jawab Theo gugup.

"Kalau suka kejar dia," ujar Yoyo lagi.

"Dia tidak menyukaiku," ucap Theo.

"Lagian Yudis juga sudah menikah, kesempatan untuk mengejar terbuka lebar," celetuk Yoyo.

"Kau ini, kenapa bawa namaku?" protes Yudis.

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

semoga yudis jd suami yg setia

2022-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!