Bab 10

Rudi dan Clara pulang ke rumah dengan menenteng dua bungkusan plastik.

"Kamu dari mana, Mas?" tanya Yana.

"Tadi ketemu teman katanya dia mau kasih kerjaan eh malah bertemu dengan Sabrina. Dia kasih aku nasi bungkus pakai rendang," jawab Rudi.

"Apa? Mas bertemu dia? Dia tanya apa aja?" cecar Yana.

"Dia tanya kenapa aku dan Clara di situ, ku jelaskan saja yang sebenarnya," ucap Rudi.

"Astaga, Mas. Kamu buat aku malu saja," protes Yana.

"Malu kenapa?"

"Dia tahu kalau kamu punya showroom mobil," jawab Yana.

"Itu salah kalian sendiri, kenapa tidak jujur?"

"Mama yang minta," jawab Yana.

"Ya sudah, aku mau makan." Ucap Rudi membuka sebungkus nasi Padang.

Sedangkan Clara sudah menikmati es krim dalam wadah yang dibelinya bersama Sabrina.

"Es krimnya enak, Ma. Tante Sabrina orangnya baik," ucap Clara. "Mama mau?" tawarnya sembari menunjukkan permen dan coklat batangan.

"Mama tidak mau," jawabnya ketus.

"Kamu tidak mau juga, nasi ini?" tanya Rudi.

"Tidak!" jawabnya.

"Baiklah, biar aku makan saja. Lagian juga kamu tidak masak," ucap Rudi lalu memanggil putrinya untuk makan bersama.

"Aku juga tidak masak karena kamu tidak memberi uang belanja," ujar Yana.

"Semua uang pesangon, aku kasih kepadamu. Masa tidak ada lagi?" tanya Rudi.

"Ya, sudah habis," jawabnya.

"Sebanyak itu habis dalam seminggu?"

"I..iya," jawab Yana gugup.

Rudi hanya geleng-geleng kepala melihat sifat istrinya itu. Dia pun melanjutkan makan, Yana hanya melihat dan menelan saliva.

"Kamu yakin tidak mau? Ini warung makan yang terkenal enaknya," ucap Rudi pamer.

Yana pergi ke wastafel dan mencuci tangan lalu ia ikut gabung makan bareng suami dan anaknya.

Sementara itu, Sabrina sampai di rumahnya. Ia menurunkan barang-barang belanjaannya dan membawanya ke dapur. Ia mulai mengisi lemari es yang kemarin sempat kosong. Ia juga membuka ponsel miliknya dan membalas pesan dari ibunya.

*

Selesai makan siang, ia berniat untuk beristirahat. Namun, pintu depan diketuk. Seperti biasa, Sabrina akan membuka gorden jendela dan bertanya sebelum membukakan pintu.

"Cari siapa, Mas?" tanya Sabrina.

"Cari Pak Yudis," jawab pria itu.

"Kenapa dengan suami saya?"

"Saya ingin memberikan ini," pria itu menyodorkan amplop.

Sabrina segera membuka isi amplop itu ternyata surat tagihan cicilan mobil.

"Cobaan apalagi ini," batinnya.

"Bagaimana, Bu?" tanya pria itu lagi.

"Saya akan sampaikan pada suami. Terima kasih, Mas." Ucap Sabrina.

Pria itu pun pamit pergi.

"Kemarin utang 3 juta belum dibayar, sekarang tunggakan cicilan mobil," gumam Sabrina.

Sore harinya, Yudis pulang dari kantor. Istrinya itu tampak tidak seperti biasanya yang selalu tersenyum menyambutnya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Yudis.

Tanpa menjawab, Sabrina menyodorkan selembar surat.

Yudis membacanya dan menghela nafasnya.

"Jelaskan padaku!" ucap Sabrina.

"Maaf, sayang!"

"Mas, bilang tak bisa bayar utang 3 juta itu karena mau bayar cicilan mobil dan kartu kredit. Ini kenapa ada tunggakan?"

"Mas harus membayar utang kepada teman kerja," ucap Yudis.

"Utang untuk apa, Mas?"

"Biaya pernikahan kita," ucapnya berbohong.

"Jadi selama ini kamu tidak menabung buat biaya pernikahan?" tanya Sabrina kesal.

"Tidak!"

"Astaga, Mas!" ucap Sabrina kecewa.

"Maafkan Mas!" ucap Yudis.

"Entah kenapa aku tidak mengetahui itu sebelumnya. Mas, sudah buatku kecewa." Ujar Sabrina kemudian masuk ke dalam kamar.

Yudis pun menyusul istrinya ke kamar, ia melihat wanita yang dicintainya itu menangis.

"Sayang!" panggilnya lembut.

"Mama menyuruhku berhemat tapi kalian sendiri yang boros, seakan-akan aku ada untuk menghabiskan uangmu padahal dirimu cuma kasih uang belanja untukku 30 persen gaji," Sabrina mengungkapkan kekesalannya.

"Aku janji tidak akan berhutang lagi," ucap Yudis.

"Kartu kredit yang kamu miliki untuk apa?" tanya Sabrina lagi.

"Itu untuk belanja kebutuhan aku, Kak Yana, Papa dan Mama," jelas Yudis.

"Apa!" ucap Sabrina terkejut.

"Mulai sekarang berhenti menggunakan kartu itu dan bayar tagihannya," nasehat Sabrina.

"Iya sayang."

"Aku akan bantu, Mas. Melunasi separuh tunggakan cicilan mobil," ucap Sabrina.

"Tidak usah, ini tanggung jawabku." Ujar Yudis.

"Tidak apa-apa, biar utangnya segera tuntas." Tutur Sabrina.

"Terima kasih, sayang!" ucap Yudis tersenyum.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Istri kamu buat sarapan apa?" tanya Mama Linda yang kembali datang ke rumah.

"Cuma roti isi selai strawberry dan segelas susu. Mama mau Sabrina buatkan?" tawarnya.

"Tidak perlu, Mama sudah sarapan di rumah." Jawab Linda.

Sabrina hanya tersenyum tipis.

"Mama ke sini mau minta uang, Yudis." Ucapnya.

"Yudis tak punya uang, Ma." Jawab putra laki-lakinya.

"Masa kamu tidak ada uang!" protes Linda."Mama cuma minta satu juta," lanjutnya lagi.

"Tidak ada, Ma." Ucap Yudis lagi.

"Pasti istri kamu yang melarangnya," ucap Linda melirik menantunya.

"Tidak, Ma. Sabrina tidak pernah melarang Yudis memberikan uang kepada Mama," ungkapnya.

"Terus kenapa tidak kasih Mama?" tanya Linda penasaran.

"Yudis harus membayar cicilan mobil yang nunggak 2 bulan," ucapnya.

"Coba saja istri kamu orang kaya pasti tidak akan nunggak, itu semua karena biaya pernikahan kalian." Ucap Linda.

"Tidak, Ma. Bukan karena Sabrina tapi karena Yudis boros serta memanjakan Mama dan Kak Yana," ujar Yudis.

"Jadi kamu tak ikhlas memberi kami?" Linda mulai emosi.

"Buka begitu, Ma. Yudis sudah berkeluarga jadi ya harus bisa hemat dan nabung," jelas Yudis.

"Suruh istrimu bantu bayar cicilan mobil, dia juga menikmatinya," sindir Linda.

"Harusnya ini tanggung jawab Yudis, tapi Sabrina juga ikut membantu," jelasnya lagi.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau bantu. Mama mau pulang," ucap Linda berdiri dari kursinya.

"Apa mau Yudis antar?" tawar putranya.

"Tidak perlu," jawab Linda ketus.

Yudis menghela nafasnya, saat Mama Linda meninggalkan rumah mereka.

Sabrina mengusap punggung tangan suaminya. Yudis menatap wajah istrinya dan tersenyum tipis.

"Kamu jadi jualan hari ini?" tanya Yudis.

"Jadi, Mas. Dari kemarin sudah aku promosi di medsos dan hari ini ada dua orang temanku yang pesan," ucap Sabrina.

"Semoga lancar, ya!" Yudis memberi semangat.

"Terima kasih, Mas."

Yudis pun pamit pergi bekerja dan Sabrina mulai mengerjakan orderan dari temannya.

Tak sampai 3 jam, pesanan teman-teman Sabrina selesai tinggal proses pengantaran.

Wanita itu mengantar pesanan menggunakan sepeda motor miliknya. Setelah mengantar orderan ia singgah ke rumah sahabatnya Meli. Mereka saling mengobrol kebetulan hari ini temannya lagi libur kerja.

Tak terasa waktu sudah sore, Sabrina pun pamit. Ia menjalankan kendaraannya dengan hati-hati. Karena memang lalu lintas cukup padat.

Ia pun mencoba memotong jalan, ia melewati gang kecil. Karena kurang hati-hati sebuah mobil menyenggol sepeda motor milik Sabrina yang baru keluar dari mulut gang. Membuat dirinya terjatuh. Mobil itu pun berhenti dan pengendaranya turun.

"Maafkan saya tadi tidak melihat ada sepeda motor," ucapnya.

Sabrina yang berdiri dibantu warga, membersihkan bajunya yang kotor. "Lain kali hati-hati," ucapnya mendongakkan kepalanya.

"Sabrina!"

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

mertua kok kyk dedemit😂😂

2022-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!