Bab 2

Hari pernikahan pun tiba, tampak wajah kedua mempelai begitu bahagia. Sanak saudara, rekan kerja dan teman-teman memberi ucapan selamat dan kado.

"Akhirnya kau menikah juga," ucap Meli sahabat Sabrina."Selamat ya, semoga bahagia selalu." Lanjutnya lagi.

Sabrina tersenyum dan memeluk sahabatnya itu,"Terima kasih."

Sementara itu, Linda tersenyum tipis melihat kebahagiaan anak dan menantunya itu.

"Menantumu cantik 'ya!" ucap Lisa teman arisan Linda.

"Cantik dong, biaya perawatan dia dari anakku," ucap Linda.

"Oh,ya. Ternyata anakmu itu baik juga," celetuk Lisa.

"Dia 'kan seperti aku yang baik," Linda membanggakan diri.

Lisa dan dua teman yang lainnya menyebikkan bibirnya tak percaya dengan ucapan Linda.

Malam harinya, sepasang pengantin berada di kamar. Ini adalah malam pertama bagi mereka. Sebelum membersihkan diri, Sabrina bertanya pada suaminya."Kakak dan Mama sepertinya tidak menyukaiku,Mas?"

"Itu perasaan kamu saja. Jika mereka tak suka mana mungkin dia akan menyetujui pernikahan kita," jawab Yudis.

"Semoga benar perasaanku saja, Mas!"

"Cepat sana ke kamar mandi, aku sudah tidak sabar!" goda Yudis.

"Ishh... Mas, apa tidak lelah berdiri satu harian?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan paginya, Sabrina mengeluh mual dan muntah-muntah. Dia bolak-balik harus ke kamar mandi. Melihat Yudi terburu-buru mengambil air hangat , jiwa ingin tahu Yana dan Linda mengusik. Mereka pun menghampiri kamar pengantin baru itu.

"Lihat tuh, Ma. Baru juga satu hari menikah sudah muntah-muntah," celetuk Yana.

"Hus..kamu itu suka sekali ikut campur urusan orang," hardik Rudi yang sedari tadi berada di samping istrinya. Karena tadi Yana menarik tangan suaminya untuk ikut mengomentari adik iparnya itu

"Memang benar 'kan, sayang." Tatapan matanya tertuju pada suaminya.

"Terserah kamu saja!" Rudi malas berdebat lagi, ia pun pergi ke ruang makan melanjutkan sarapannya.

"Sabrina kenapa muntah-muntah?" tanya Linda panik.

"Aku tidak tahu,Mah!" ucap Sabrina menggelengkan kepalanya.

Yudis memijit tengkuk istrinya dan memberinya air hangat,"Kamu minum dulu!"

"Kalian tidak begituan sebelum nikah 'kan?"tanya Linda penuh hati-hati.

"Mana mungkin Yudis begitu, Mama tidak percaya dengan anak sendiri?" tanya Yudis tak terima ditanya begitu.

"Mama percaya dengan kamu, tapi Sabrina..."ucap Linda terpotong-potong.

"Sabrina tidak seperti itu," Yudis menolak pernyataan sang mama.

"Mama tidak menuduh, jika tidak ya bagus dong," sahut Linda ketus.

"Mungkin asam lambung ku kambuh, Ma!" ucap Sabrina.

"Yakin?" tanya Yana dengan nada menyindir.

"Harusnya kemarin tapi ini sudah lewat dua hari," jelas Sabrina.

"Apa ! Telat dua hari?" tanya Linda semakin cemas.

"Mama dan Kakak lebih baik keluar, biar Sabrina bisa istirahat." Usir Yudis.

"Kenapa kau mengusir Mama?" Linda tak senang.

"Aku yang tahu Sabrina masih atau tidaknya," ucap Yudis menutup pintu kamarnya.

"Lihatlah, Mas. Mereka menuduhku," ucap Sabrina setelah suaminya menutup pintu kamar.

"Jangan kamu ambil hati ucapan mereka. Minggu depan kita akan pindah rumah," tutur Yudis.

"Benar, Mas?"

"Iya, biar mereka tak menggangu kemesraan kita," celetuknya.

"Itu maunya, Mas!" Sabrina memukul lembut lengan suaminya.

"Kamu mandi, biar aku ambilkan sarapan. Kita makan di kamar saja," ucap Yudis.

Sabrina mengangguk dan berjalan mengambil handuk.

Sementara Yudis ke dapur untuk mengambil makanan dan minuman.

"Kenapa kamu yang mengambil sarapannya?" tanya Linda.

"Sabrina lagi tidak enak badan, jadi kami mau sarapan di kamar," tutur Yudis.

"Enak 'ya jadi istrimu baru sehari menikah sudah manja, sakit begitu saja minta suaminya yang mengambilnya," Linda ngoceh tak jelas.

"Biarlah, Ma!" ucap Yudis.

"Hei, kau lelaki jangan mau jadi budak istri!" ucap Linda pada anak lelakinya.

"Papa juga budak Mama," sahut Rio, adik laki-laki Yudis berusia 25 tahun.

Yudis pun pergi meninggalkan dapur dan malas berdebat dengan sang mama.

"Kamu itu suka sekali memotong pembicaraan orang tua," gerutu Linda.

"Ma, Kak Yudis itu sudah besar. Dia tahu mana baik dan buruk, sesekali biar dia mengurus istrinya lagian juga memang kakak ipar sakit," tutur Rio mengingatkan sang mama yang kadang kelewatan.

"Kamu itu masih kecil sok tahu, pekerjaan saja tidak jelas sok-sokan nasehatin Mama," protes Linda.

"Yang dikatakan Rio benar, Ma!" sahut Hendi sedari tadi diam.

"Kalian berdua sama saja," ucap Linda kesal.kemudian berlalu meninggalkan meja makan.

Rio menaikkan bahunya saat di tatap Hendi, kemudian menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Yudis pun menyuapin Sabrina,"Apa tubuhmu mulai membaik?" tanyanya pada istrinya.

"Sedikit lebih baik dari pada bangun tidur tadi," jawabnya."Mas, tidak sarapan?" tanya istrinya itu.

"Nanti saja aku sarapan yang penting kamu sehat," ucapnya.

"Mas, kamu harus sehat juga. Nanti Mama akan marah padaku jika tahu anaknya sakit," ujar Sabrina.

Yudis tersenyum lalu bertanya,"Kamu khawatir aku sakit atau takut dimarahin Mama?"

"Keduanya," jawab Sabrina seraya tersenyum.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sabrina sudah mulai sehat dan Yudis juga masih cuti kerja, rencananya hari ini mereka akan berbelanja kebutuhan rumah yang akan ditempati pekan depan.

"Benar kalian akan pindah?" tanya Linda.

"Iya, Ma. Hari ini kami mau belanja beberapa barang," jelas Yudis.

"Jangan lupa nanti belikan Mama juga," celetuk Linda.

"Mama mau dibelikan apa?" tanya Sabrina menghentikan aktivitas makannya.

Linda menatap jutek menantunya itu,"Tidak usah tanya mau Mama apa. Uangnya juga bukan darimu!" ucapnya ketus.

Sakit sekali rasanya mendengar mama mertuanya berbicara begitu,"Harus sabar!" batinnya.

"Mama mau beli apa?" tanya Papa Hendi."Lihat di dapur perabotan masak Mama banyak, tas di lemari penuh begitu juga dengan pakaian. Jangan menyusahkan Yudis," nasehatnya.

"Idiiih, Papa sok nasehati Mama padahal dia juga selalu minta dengan Yudis." Ucap Linda menyindir.

"Sudah Ma, Pa!" ucap Yudis berusaha menghentikan perdebatan kedua orang tuanya."Nanti aku belikan untuk kalian," lanjutnya lagi.

Selesai sarapan dan membersihkan rumah, akhirnya Sabrina dan suaminya bisa berbelanja. Walau beberapa pekerjaan, ada asisten rumah tangga yang membantu tapi ia sebagai menantu dan pendatang baru di rumah itu tidak mungkin berpangku tangan.

Saat melangkah memasuki mobil, Linda berteriak dari jauh. "Jangan lupa oleh-oleh buat Mama!"

"Iya, Ma!" jawab Yudis kemudian masuk dan kendaraan mereka menuju toko perabotan.

"Kayak mereka mau liburan saja," sahut Rio.

"Kok kamu pula yang sewot. Mereka tidak tuh," ucap Linda.

"Semoga saja Kakak ipar betah punya mertua seperti Mama," sindir Rio.

"Kamu tuh!" Linda menoyor kepala putra bungsunya.

Sementara itu Sabrina sibuk memilih perabotan dan perlengkapan, yang akan di isi di rumah barunya. Kemarin sore ia dan suaminya sudah melihat rumah yang akan ditempati mereka. Rumah itu jatah bagian dari Hendi untuk Yudis. Setelah dari toko, mereka akan langsung menuju rumah tersebut.

Mereka sengaja membawa barang-barang langsung ke rumah itu agar tidak terlalu repot ketika harus pindah dari rumah orang tua Yudis.

Terpopuler

Comments

Gabriela Agustina

Gabriela Agustina

Pny mertua kaya gitu mah lawan aja terus bacotnya, palingan ntar tuh mertua darah tinggi, stroke, n mati. Dah tua ngomel2 mll ga inget umur,

2022-01-07

0

Mami AL

Mami AL

siap meluncur..

2021-12-09

0

Zia

Zia

semangat kak jangan lupa mampir diceritaku ❤

2021-12-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!