Hari ini Sabrina terakhir bekerja dan ia memutuskan akan resign dari pekerjaannya. Ia hanya ingin fokus menjadi ibu rumah tangga.
Pagi sekali, Yudis sudah berangkat ke kantor. Ia hari ini akan ke luar kota. Jadi, Sabrina pun harus pergi dan pulang kerja menaiki ojek.
Di tempat kerja, Arvan memanggil Sabrina."Kamu yakin akan resign?"
"Saya yakin, Pak!"
"Padahal kamu adalah salah satu karyawan terbaik di toko kita ini," ucap Arvan.
"Terima kasih, Pak!"
"Saya berharap kamu masih mau bekerja sama," ujar Arvan.
"Maafkan saya, Pak!
"Saya pasti merindukanmu," gumam Arvan.
"Apa Pak?" tanya Sabrina.
"Tidak ada apa-apa, pasti kau akan merindukan tempat ini," ucap Arvan.
"Tentunya, Pak. Saya menemukan sahabat dan tempat ini juga yang membantu perekonomian keluarga," jelas Sabrina.
"Kalau begitu, nanti sore kamu temui Bu Misye. Dia akan memberikan gaji juga bonus kamu. Jika kamu ingin kembali bekerja, toko ini selalu terbuka untukmu." Tutur Arvan.
"Terima kasih banyak, Pak!"
"Jaga dirimu, jika butuh apa-apa hubungi saya." Ucap Arvan.
Sabrina yang mendengarnya hanya mengernyitkan keningnya, ia bingung dengan ucapan atasannya itu. Seperti hubungan lebih dari karyawan dan bos.
Sore harinya, Sabrina bersiap pulang kerja. Dia sudah mendatangi ruangan Bu Misye dan menerima gaji serta bonus. Tak lupa ia juga berpamitan dengan teman-teman kerjanya. Meli adalah teman yang paling sedih mendengar jika Sabrina berhenti kerja.
"Jangan lupa sering mengabarkan aku, ya!" ujar Meli.
"Tentunya, kita masih sering bertukar kabar."
"Aku bakal rindu denganmu," ucap Meli.
"Aku juga," sahut Sabrina.
Lagi asyik mengobrol dengan sahabatnya, Arvan memanggilnya.
"Sabrina, kamu di jemput suami?"
"Tidak, Pak. Saya naik ojek," jawabnya.
"Ayo, saya antar pulang!" ajak Arvan.
"Hah!" ucap Meli dan Sabrina.
"Maksudnya sekalian, karena saya juga mau melewati jalan rumah kamu." Jelas Arvan.
"Oh, begitu." sahut kedua wanita itu.
Akhirnya, Sabrina diantar pulang Arvan. Selama perjalanan mereka saling mengobrol.
Tidak sampai 15 menit, mereka sampai di rumah suami Sabrina. Tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih saat pria itu membuka kaca mobil.
Tetangga yang kebetulan melihat Sabrina turun dari mobil mewah segera menghampirinya.
"Sabrina baru pulang kerja, ya?" tanya Bu Wati yang terkenal tukang gosip.
"Iya, Bu."
"Sepertinya bukan mobil Yudis," ucapnya.
"Memang bukan, Bu. Dia bos tempatku bekerja," ujar Sabrina.
"Wah, baik sekali bos kamu mau mengantar karyawannya pulang," sindir Bu Wati.
"Kebetulan kami searah, dia mau ke ujung jalan ini." Ujar Sabrina."Saya mau masuk, Bu. Permisi," pamitnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Linda pagi ini datang ke rumah anak dan menantunya seperti biasa, dia tanpa memberi tahu. Kali ini ia tak dapat menemui mereka, karena rumahnya kelihatan kosong tak berpenghuni.
Saat akan memanggil, ia disapa Bu Wati yang kebetulan melintas."Cari siapa, Bu?"
"Anak dan menantu saya," jawab Linda.
"Oh, anda Ibunya Yudis atau Sabrina?" tanya Bu Wati lagi.
"Saya Ibunya Yudis," jawabnya.
"Oh, jadi mertuanya Sabrina. Kemarin saya lihat menantu anda diantar seorang pria dengan mobil mewah," tutur Bu Wati.
"Mungkin temannya," jawab Linda sok bijak.
"Katanya 'sih bos tempat ia bekerja," ucapnya.
"Mungkin kebetulan saja, mereka melewati jalan searah," ujar Linda.
"Bisa jadi," sahutnya."Oh, ya. Yudis dan Sabrina tadi pagi sekali, sudah pergi. Sepertinya mereka akan pergi jauh, saya lihat anak anda membawa tas cukup besar," lanjutnya berucap.
"Oh, begitu. Terima kasih 'ya!" ucap Linda sok ramah.
"Kalau begitu,Bu. Saya permisi mau ke warung," pamit Bu Wati.
"Silahkan, Bu!"
Wati sudah pergi, Linda terlihat kesal mendengar anaknya pergi tanpa izin darinya.
"Pasti mereka pergi bulan madu, awas aja kalau perempuan itu menghabiskan uang anakku!" batin Linda kesal.
Ia pun pulang dengan raut wajah kecewa, rencananya ia akan meminta uang kepada anaknya untuk membayar arisan eh mereka malah pergi.
"Kenapa wajah Mama ditekuk begitu?" tanya Rio yang sedang menikmati siaran televisi.
"Mama lagi kesal, kakak kamu malah pergi," jawabnya.
"Namanya juga ini hari libur, mungkin mereka jalan-jalan." Ucap Rio.
"Mereka bawa tas besar kata tetangganya," ujar Linda.
"Biarkan saja, mungkin saja mereka ingin liburan ke mana gitu," sahut Papa Hendi yang baru dari arah dapur.
"Lagian Mama tiap hari ke rumah Kak Yudis untuk apa? Mengganggu mereka saja," ucap Rio.
"Mama tidak mengganggu mereka, cuma ingin tahu aja kakak ipar kamu itu wanita baik atau tidak," ucap Linda berkelit.
"Ya, ampun Mama. Kalau kakak ipar tidak baik mana mungkin hubungan mereka sampai 6 tahun," jelas Rio.
"Bisa saja, ketika pacaran dia baik tahunya pas nikah baru deh tahu belangnya," ucap Linda tak mau kalah.
"Pagi ini Mama mau apa ke rumah Yudis? Tidak mungkin tiap hari memantau menantu," ujar Hendi.
"Mama mau minta uang untuk bayar arisan," jawabnya.
"Bukankah awal bulan Yudis sudah kasih uang?" tanya Hendi lagi.
"Habislah, Pa. Mama tiap hari ke rumah Yudis butuh ongkos," jawabnya lagi.
"Mama kayak tidak ada kerjaan tiap hari ke rumah Kak Yudis," sahut Rio.
"Kamu tidak bisa memberikan uang, jadi Mama minta dengan kakakmu," sindir Linda.
"Kalau urusan itu aku mengalah deh," ucap Rio.
"Mama butuh berapa?" tanya Hendi pada Linda.
"Lima ratus ribu."
"Sebanyak itu!" ucap Hendi terkejut.
"Iya, Pa. Niat kasih atau tidak?" tanya Linda ketus.
"Ini Papa kasih tiga ratus ribu, selebihnya minta sama Rio," ucap Hendi menyodorkan 3 lembar uang berwarna merah.
Linda pun mendekati Rio,"Mana uangnya?"
"Uang apa, Ma?" tanya Rio pura-pura tidak tahu.
"Uang untuk bayar arisan, Papa kamu sudah kasih tiga ratus ribu sisanya kamu dua ratus lagi," ucap Linda.
"Uang Rio tinggal segini, Ma!" ia mengeluarkan dari kantong 5 lembar berwarna biru dan satu lembar berwarna hijau.
Linda segera mengambil 3 lembar uang lima puluhan dari tangan anaknya itu.
"Ma, tega banget cuma sisain aku segini," tunjuknya pada Linda.
"Sesekali Mama mau mencicipi hasil kerjamu," ucap Linda kemudian ia bangkit dan pergi keluar.
Rio menepuk jidatnya.
*
Sementara itu, Sabrina dan suaminya tiba di rumah Mila. Mereka disambut bahagia oleh dua wanita yang tidak lagi muda.
"Kalian, datang juga." Ucap Nenek.
"Kalian sudah sarapan?" tanya Mila pada menantu dan anaknya.
"Belum, Bu." Jawab Sabrina.
"Ayo, kita sarapan. Ibu sudah masakan kesukaan kalian," ujar Mila.
Mereka berkumpul bersama di meja makan. Sabrina menyendokkan nasi ke piring suaminya dan mengambil lauk kesukaan Yudis, sambal ampela.
Mereka menikmati sarapan dan saling mengobrol. Selesai makan, Yudis memilih untuk tidur karena semalam ia pulang terlalu larut dan Sabrina membantu ibunya di dapur.
"Bagaimana dengan mertuamu?" tanya Mila sembari menuangkan tepung ke dalam baskom.
"Ya, begitulah."
"Begitu bagaimana? Apa dia kejam?" tanya Mila pelan.
"Entahlah, Bu. Sulit diartikan," jawab Sabrina.
"Yudis bukan suami yang kasar, kan?"
"Tidak, Bu. Malah Mas Yudis sayang sekali dengan Sabrina," ujarnya sambil mencuci piring.
"Alhamdulillah, jika dia pria seperti itu. Tapi kalau dia berani menyakiti kamu, pulanglah. Rumah ini terbuka lebar untukmu," ucap Mila.
"Semoga saja, Mas Yudis tidak berubah." Harapan Sabrina.
"Aamiin," ucap Mila."Apa kamu sudah resign?" lanjutnya bertanya.
"Sudah, Bu. Rencananya uang bonus akan buat usaha," jawab Sabrina.
"Kamu mau buat usaha apa?" tanya Mila mulai mengadon bahan untuk membuat kue.
"Sabrina bingung, menurut Ibu yang cocok apa?" tanyanya.
"Ibu kurang tahu," jawabnya.
"Usaha sarapan pagi saja," sahut Nenek yang baru keluar dari kamar.
"Aku tak bisa masak yang enak," jawab Sabrina.
"Buat kue dan roti seperti Ibu, kamu bisa jualan lewat sosial media. Kalau ada yang pesan tinggal antar atau dijemput," ujar Mila.
"Itu boleh juga, Bu. Nanti ajarin 'ya?"
"Ibu siap membantumu, Nak!" ucap Mila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Benazier Jasmine
mertua kyk ondel2 gt g pnya malu sm skli
2022-10-15
0