"Mas, aku sudah memutuskan usaha apa yang cocok ku lakukan." Ucap Sabrina menuangkan teh hangat di gelas suaminya.
"Usaha apa?"
"Jualan roti dan kue secara online," jawabnya.
"Mas tidak masalah yang penting kamu senang melakukannya," tutur Yudis.
Sabrina menyodorkan sepiring bakwan,"Ini coba buatan aku."
Yudis mencoba kue buatan sang istri,"Enak sayang."
Sabrina tersenyum.
"Tadi Mama menelepon," ucap Yudis.
"Ada apa, Mas?"
"Tadi pagi dia ke rumah kita, Mama nanya kita ke mana? Karena ia tahu dari Bu Wati kalau kita bawa tas besar," tutur Yudis.
"Pasti wanita itu sudah menceritakannya pada Mama," batin Sabrina.
"Oh, gitu. Mama tidak ada membicarakan yang lain?" tanyanya.
"Tidak, memangnya kenapa?" Yudis balik tanya.
"Tidak ada, Mas. Nanti malam kita ke pasar malam, yuk!" ajak Sabrina.
"Boleh," jawab Yudis.
*
Malam harinya, keduanya pergi ke pasar malam. Kebetulan malam Minggu jadi pengunjung membludak.Mereka bermain aneka permainan, tak lupa Sabrina membeli permen gulali.
"Kita sudah lama tak ke sini ya, Mas?" tanya Sabrina.
"Iya, terakhir 4 tahun yang lalu."
Lagi asyik menikmati permen gulali, tubuh Sabrina tersenggol hingga membuat permennya terjatuh ia melihat siapa yang sudah menyenggol tubuhnya.
Ternyata, seorang anak kecil berusia 5 tahun.
"Maafkan aku, Tante!" ucap bocah laki-laki itu.
"Iya, tidak apa-apa. Orang tua kamu mana?" tanya Sabrina lembut.
"Di sana," tunjuknya pada seorang wanita dengan menggendong bayi.
"Mas, aku antar dia ke tempat ibunya," izin Sabrina.
"Iya, Mas tunggu di sini." Ujar Yudis.
Sabrina pun mengantar anak kecil itu kepada orang tuanya.
"Mama!" panggil bocah itu pada ibunya.
Wanita itu menoleh dan tersenyum lega,"Kamu Mama cariin ke mana saja?"
"Maafin aku, Ma." ucap bocah tertunduk merasa bersalah.
Wanita itu menoleh ke arah Sabrina dan ia terkejut.
"Tina!" ucap Sabrina.
"Sabrina!"
"Kamu apa kabar? Ini anak kamu?" tanya Sabrina.
"Aku baik-baik saja, ia dia anakku," jawab Tina.
"Suami kamu mana?"
"Maafkan aku Sab," ucapnya.
"Maaf kenapa?"
"Dulu waktu sekolah, aku yang membuatmu putus dengan Romi." Ungkapnya.
Sabrina tersenyum,"Itu masa lalu jangan dibahas lagi."
"Romi adalah ayah dari anak-anakku," ucap Tina lagi.
Sabrina sedikit terkejut mantan kekasihnya dulu, menikah dengan sahabatnya ketika sekolah menengah atas."Lalu di mana dia?"
"Kami berpisah setahun yang lalu saat aku melahirkan anak kedua," jelas Tina.
"Maaf, aku tidak bermaksud."
"Kamu beruntung putus dari pria itu, mungkin ini hukuman untukku. Ku berpikir dia lelaki yang bertanggung jawab dan setia ternyata malah sebaliknya," ujar Tina dengan mata berkaca-kaca.
"Kau beruntung juga segera lepas dari dia. Anak-anak dan dirimu berhak bahagia. Semoga bisa melewati ini semua. Insya Allah ada jalan," ucap Sabrina.
"Terima kasih, doa terbaik juga untukmu." Ucap Tina.
"Aku pamit ya, suamiku sudah menunggu di sana!" tunjuk Sabrina.
"Iya, Sab."
"Sampai jumpa lagi, Tante!" ucap bocah laki-laki itu.
Sabrina pun memberikan selembar uang berwarna biru."Untuk jajan kamu!"
"Terima kasih, Tante!" ucapnya.
Sabrina pun kembali menghampiri suaminya yang sedang menunggu diparkiran.
"Maaf, Mas. Aku lama tadi ngobrol dengan teman sekolah," jelas Sabrina.
"Iya tidak apa-apa, Ayo, kita pulang!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kalian pulang hari ini?" tanya Mila di tengah obrolan sarapan pagi.
"Iya, Ma. Besok Mas Yudis harus bekerja," jawab Sabrina.
"Kamu jadi jualan?" tanya Mila lagi.
"Jadi, Bu. Nanti kirimkan resep dan caranya 'ya!" pinta Sabrina pada ibunya.
"Nanti Ibu kirimkan," ucap Mila.
Mereka berdua pun pulang setelah berpamitan dengan Mila dan Nenek.
Sesampainya di rumah, kedua orang tua Yudis sudah menunggu.
"Mama, Papa di sini. Sudah lama nunggu?" tanya Yudis mengecup punggung tangan keduanya begitu juga dengan Sabrina.
"Sudah," jawab Linda.
"Belum," sahut Hendi.
Linda mendelikkan matanya ke arah suaminya.
"Ada keperluan apa Mama dan Papa ke sini?" tanya Yudis sambil menurunkan koper dari bagasi.
"Apa Mama dan Papa tidak boleh ke sini?" tanya Linda ketus.
"Ini Mama kamu yang minta diantar ke sini," sahut Hendi.
"Jadi Mama tidak boleh minta tolong sama Papa?" kali ini giliran Papa Hendi yang mendapatkan pertanyaan ketus.
"Boleh dong, Ma." Jawab Hendi.
"Kami mau menginap di sini!" ucap Linda.
"Apa!" batin Sabrina terkejut.
"Menginap?" tanya Yudis tak percaya.
"Kamu atau Sabrina yang tak suka Mama menginap di sini?" tanyanya menyindir menantunya itu.
"Kami senang kok, Mama dan Papa menginap." Ujar Yudis."Benarkan, sayang?" tanyanya melirik istrinya.
"Iya, Ma. Kami senang kalian menginap di sini," ucap Sabrina.
"Mana kamar buat kami, Mama mau istirahat." Ucapnya.
Sabrina pun menunjukkan kamar tamu. Linda pun masuk dia merebahkan dirinya di atas ranjang.
"Kamu siapkan makan siang untuk kami," perintahnya pada Sabrina saat menantunya itu keluar kamar.
"Baik, Ma." Jawab Sabrina.
Sabrina pun pergi ke dapur, ia membuka lemari es. Ia mengolah bahan seadanya karena tidak sempat lagi untuk berbelanja.
Menu siang ini, balado telur dan sop sayur. Selesai masak ia memanggil suaminya dan mertuanya yang sedang mengobrol.
"Kamu cuma masak ini?" protes Linda saat melihat dua menu di atas meja.
"Tapi Mama bilang kami harus hemat," jawab Sabrina.
"Boleh hemat tapi kalau Mama dan Papa datang kamu harus masak yang mewah," ucap Linda.
"Sudahlah, Ma. Begitu saja dimasalahkan," ujar Hendi.
Mereka berempat menikmati makan siang ala kadarnya. Mama Linda pun mulai bersuara lagi. Rasanya kalau tidak mengomentari menantunya sehari saja seperti hambar.
"Kata Bu Wati, kemarin kamu diantar seorang pria?" tanya Linda.
"Oh, itu. Dia Pak Arvan," jawab Sabrina.
Yudis tidak terpancing mendengar Mama Linda menyebutkan nama pria lain.
"Kenapa dia mengantarmu?"
"Kebetulan hari itu dia ada urusan jadi pas banget lewat jalan ini," jawab Sabrina santai.
"Kamu tidak bohong?" pancing Linda.
"Sabrina tidak bohong, Ma!" sahut Yudis.
"Kamu tidak marah, istrimu diantar pria lain?" lagi-lagi Linda memancing.
"Dia atasan Sabrina, pemilik toko tempat ia bekerja." Jawab Yudis.
"Gagal lagi aku memanasi mereka," batin Linda berucap.
Sehabis makan siang, Sabrina mencuci pakaian yang tidak sempat ia cuci di rumah ibunya. Baru saja menghidupkan mesin cuci. Mama Linda memanggilnya.
Dengan langkah cepat, ia menghampiri Mama mertuanya."Ada apa, Ma?"
"Tolong, kamu pijatkan kaki Mama!" perintah Linda.
"Nanti, Ma. Sabrina mau mencuci baju," jawabnya.
"Sudah sana, cepat kamu mencuci bajunya. Setelah itu pijit Mama, jangan lupa buatkan jus jeruk untukku," ucap Linda lagi.
"Baik, Ma!" ucap Sabrina.
Sabrina pun melanjutkan pekerjaannya, tak lupa ia juga membuat jus pesanan 'Nyonya Besar'.
Setelah melakukan pekerjaannya, ia memijit ibu mertuanya sampai wanita itu tertidur.
Suami dan bapak mertuanya sudah lebih dulu tidur siang.
*
Malam harinya, saat kedua mertuanya sudah tidur.
"Mas, tolong pijitkan aku!" pinta Sabrina.
"Aku ngantuk!" ucap Yudis memeluk bantal guling.
"Mas, hari ini aku lelah sekali. Tolonglah," rengek manja Sabrina.
Yudis pun duduk, ia memijit pundak istrinya.
"Pakai tenaga dong, Mas!" protes Sabrina.
"Iya."
"Mama dan Papa kamu tinggal di sini berapa hari?" tanya Sabrina.
"Kurang tahu," jawabnya.
"Ditanya, Mas?"
"Besok pagi, Mas tanya."
"Mas, pijitnya sudah saja. Aku mau tidur," ucap Sabrina.
"Jangan tidur dulu!" ucap Yudis.
"Memangnya mau ngapain lagi?" tanya Sabrina.
"Biasa," Yudis menaikkan kedua alisnya.
"Aku lelah, Mas. Di kamar sebelah orang tuamu, malulah!" ucap Sabrina.
Yudis hanya berdecak kesal.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan paginya, Yudis pun memberanikan diri bertanya pada kedua orang tuanya.
"Mama dan Papa, berapa lama di sini?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" tanya Linda.
"Ya, tidak apa-apa." Jawab Yudis gugup.
"Nanti kami pulang, kasihan ikan dan burung Papa tidak ada yang merawatnya," sahut Hendi.
"Baguslah," batin Sabrina.
"Ingat, kalau kami yang datang kemari suguhkan makanan yang enak dan mewah," ucap Linda.
"Iya, Ma." Sahut Sabrina dan Yudis bersamaan.
Selesai sarapan, Mama Linda dan Papa Hendi pulang begitu juga dengan Yudis yang berangkat kerja.
Sabrina pun membersihkan rumah dan belanja aneka sayur, buah dan lauk pauk ke pasar sekalian juga membeli bahan untuk berjualan kue dan roti online.
Ia mengendarai sepeda motor miliknya ke sebuah pasar yang tidak jauh dari rumahnya. Pulang dari pasar ia tak sengaja bertemu dengan Rudi dan anak perempuannya, yang sedang berdiri di depan warung nasi Padang.
"Mas Rudi, ngapain di sini?" tanya Sabrina.
"Lagi nunggu teman, katanya dia mau kasih pekerjaan." Jawab Rudi.
"Bukankah kata Mama Linda, Mas Rudi punya showroom mobil?" tanya Sabrina.
"Mama Linda bohong, aku cuma sopir."
"Apa? Kenapa tidak bekerja lagi?"
"Bos ku pindah tugas," jawab Rudi.
"Oh, begitu. Mas dan Clara sudah makan siang?" tanya Sabrina.
Rudi menggelengkan kepalanya.
"Tunggu sebentar di sini," ucap Sabrina. Ia masuk ke dalam warung dan membeli dua bungkus nasi dengan lauk rendang. Tak lama ia keluar dengan membawa bungkusan.
Rudi hanya menatap bingung dan heran.
"Ini buat Mas dan Kak Yana," ia menyodorkan bungkusan plastik.
"Terima kasih, Sabrina." Ucapnya.
"Ayo, Clara kita jajan!" ajak Sabrina pada gadis kecil berusia 4 tahun itu. Ia mengajak bocah itu belanja di minimarket yang bersebelahan dengan warung nasi.
Tidak menunggu terlalu lama dengan wajah bahagia, Clara menenteng plastik bermerek nama minimarket tersebut.
"Terima kasih, Tante. Sudah memberikan Clara jajan," ucapnya dengan bahasa tidak terlalu jelas.
"Sama-sama, Tante pulang dulu." Ucapnya pada Clara dan Rudi.
"Iya, Sabrina. Sekali lagi terima kasih," ujar Rudi lagi.
Wanita itu pun pergi mengendarai sepeda motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments