"Sabrina, aku akan kembali ke kota asal. Sementara kamu akan diantar dan dijemput oleh sopir," ucap Arvan.
"Mas, kamu tidak perlu repot harus menyuruh sopir untuk mengantar dan menjemput ku," ujar Sabrina.
"Kamu belum sebulan di sini, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," ucap Arvan lagi.
"Mas, aku berhutang banyak padamu." Tutur Sabrina.
"Kamu ini seperti siapa aja," ujar Arvan.
"Kapan kamu akan kembali lagi ke sini?"
"Kamu kangen sama aku."
"Ih..Mas, aku tidak punya teman di sini. Rumah Tante Lala lumayan jauh dari sini," ujar Sabrina.
"Mungkin minggu depan aku kembali lagi ke sini," ucapnya.
"Jika kamu pulang, tolong sampaikan salam dan rinduku untuk ibu dan nenek," ujar Sabrina.
"Iya, nanti aku akan mampir ke rumah ibumu."
"Makasih, Mas!"
"Kalau begitu, aku titip toko. Nanti sore kamu pulang dijemput sopir," ucap Arvan.
"Sekali lagi terima kasih, Mas!"
Arvan membalas dengan senyuman.
*
"Kamu berapa lama di kota M?" tanya Hendi pada putranya.
"Kemungkinan sebulan, Pa."
"Selama itu di sana?" Linda tak suka anaknya pergi berlama-lama.
"Kalau Kak Yudis pergi lama tak senang, giliran aku tidak pulang ke rumah tak pernah dicariin," sahut Rio.
"Kamu itu memang kerjanya suka keliling kota, paling lama seminggu juga sudah sampai di rumah," ujar Linda.
"Kenapa selama itu?" tanya Hendi.
"Ada pembukaan cabang baru," jawab Yudis.
"Semoga saja di sana, Kakak ketemu jodoh." Celetuk Rio.
"Tidak bisa!" protes Linda.
"Loh, kenapa tidak bisa?" tanya Rio.
"Yudis mau Mama jodohkan dengan Stella," jawab Linda.
"Aku belum mau menikah lagi, Ma." Sahut Yudis.
"Tuh, dengar. Kak Yudis belum mau menikah lagi, mending Mama nikahkan aku dengan pacarku," ujar Rio.
"Kamu kalau mau menikah cari biaya sendiri," gerutu Linda.
"Bantu dong, Ma!" rengek Rio.
"Memangnya kamu mau menikah, Rio?" tanya Hendi.
"Mau, tapi biayanya kurang." Jawab Rio.
"Pastikan calon istrimu itu orang kaya," sindir Yudis melirik Linda.
"Kamu menyindir, Mama!" protes Linda pada Yudis.
"Tidak, Ma. Cuma Yudis tak mau saja nasib Rio sama seperti ku," ucap Yudis.
"Sudah, sudah jangan berdebat lagi. Kapan kamu akan pergi ke sana?" tanya Hendi menghentikan perdebatan antara anak dan istrinya itu.
"Besok pagi, bersama beberapa teman kantor." Jawab Yudis.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Tumben, kau mau pindah ke luar kota," ucap teman kantor Yudis.
"Ingin cari suasana baru," ujar Yudis.
"Cari suasana baru atau cari jodoh," celetuk Theo.
Miko tertawa,"Benar kau bilang mungkin dia mau pindah karena sekalian cari istri."
"Mengatakan aku cari jodoh, memangnya kalian berdua sudah menikah," sindir Yudis.
"Iya juga, kita berdua belum pernah menikah. Sekalian juga aku di sana cari jodoh," celetuk Miko.
*
Sesampainya di kota M, mereka bertiga menempati sebuah rumah yang sudah disediakan oleh perusahaan.
"Apa kalian pernah ke kota ini?" tanya Yudis.
"Belum pernah," jawab Miko.
"Kau?" tanyanya pada Theo.
"Tiga tahun yang lalu," jawabnya.
"Bagaimana bisa keliling ini kota kalau kita bertiga tidak tahu tempat ini?" Ujar Miko.
"Kau ke sini mau kerja atau jalan-jalan?" tanya Theo.
"Keduanya," jawab Miko.
"Nanti kita bisa ngajak karyawan yang kebetulan orang sini untuk menjadi tour guide," ucap Yudis.
"Benar juga yang dikatakan Yudis," ucap Theo.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tiga hari sudah Sabrina diantar dan jemput oleh sopir. Hampir tiap malam juga Arvan menghubunginya. Toko semakin hari semakin ramai pengunjung karena baru dan juga pelayanannya ramah.
"Bu, ada kurir ojek di depan." Ucap salah satu karyawan perempuan.
"Kurir? Saya tidak pesan apapun," ujar Sabrina bingung.
"Saya pun tidak tahu, Bu."Ujarnya.
"Ya sudah, terima kasih 'ya!" ucap Sabrina pada karyawannya.
Ia pun turun ke bawah dan melangkah ke depan toko menghampiri kurir.
"Ada apa ya, Mas?" tanyanya pada kurir ojek.
"Ini titipan untuk Bu Sabrina dari Pak Arvan," jawabnya sambil menyodorkan kantong plastik.
"Terima kasih, Mas!"
"Sama-sama, Bu."
Kurir ojek pergi, sebuah pesan masuk ke dalam gawai Sabrina. 'Jangan lupa makan siang' beserta emoticon senyum, begitulah isi pesan dari Arvan.
Sabrina segera menelepon Arvan, tak lama menunggu pria itu menjawabnya.
"Halo, Mas. Makasih kiriman makanannya," ucap Sabrina.
"Iya, sama-sama. Kamu jangan sampai telat makan siang. Itu makanan kesukaan kamu," ujarnya.
"Iya, Mas!"
"Ya sudah. Selamat menikmati," ucap Arvan lalu menutup teleponnya.
Sabrina pun memasuki kembali ponselnya ke dalam dompetnya.
"Kamu begitu perhatiannya padaku, Mas!" batin Sabrina.
*
"Sepertinya kita harus belanja pakaian, tidak mungkin harus menggunakan itu saja," ucap Miko.
"Kalau bapak-bapak semua mau membeli pakaian, saya bisa tunjukkan tempatnya," ujar Mita ditengah obrolan makan siang mereka.
"Apa di sana pakaiannya lengkap?" tanya Miko.
"Lengkap, Pak. Dari pakaian bayi sampai pakaian kantor. Toko ini baru buka beberapa minggu tapi selalu ramai," jelas Mita.
"Apa nama tokonya?" tanya Yudis.
"AR Fashion," jawab Mita.
"Seperti nama toko tempat Sabrina bekerja dulu," batin Yudis.
"Apa ini cabangnya?" tanya Theo.
"Iya, Pak. Cabang ke sepuluh," jawab Mita.
"Sepertinya kau sering belanja di sana?" tanya Miko pada Mita.
"Tidak sering juga, Pak. Lumayanlah kemarin ada promo dan diskon," ucap Mita tertawa tipis.
"Ya sudah, kalau begitu kapan kita ke sana?" tanya Theo.
"Besok saja," jawab Yudis. "Sepulang kerja," lanjutnya lagi.
"Baiklah kalau begitu," ujar Mita.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Cepatlah dikit, lama sekali pun!" protes Miko pada Theo.
"Sabar bentar, aku akan matikan laptopnya." Ujar Theo.
"Toko masih lama tutupnya, Pak!" sahut Mita.
"Iya, tapi saya sudah lapar. Kita cari makan dulu," ujar Miko.
"Ya, nanti kita singgah makan," sahut Yudis.
Mereka pun akhirnya mengisi perut terlebih dahulu. Selesai makan Yudis dan temannya belanja ke toko pakaian.
"Wow, ini toko lebih besar dari yang di kota kita," ujar Theo.
"Benar juga," sahut Yudis.
"Mantan istrimu 'kan pernah bekerja di toko ini?" tanya Theo pada Yudis.
"Iya, tapi tak mungkin di sini juga. Lagian dia juga sudah lama keluar," ujarnya.
"Kalian malah ngobrol, cepat pilih!" ucap Miko.
Theo dan Miko pun memilih di bagian sebelah kiri toko, sedangkan Yudis dan Mita memilih bagian tengah toko.
"Kamu tidak milih pakaian?" tanya Yudis pada Mita.
"Tidak, Pak."
"Sudah sana kamu pilih biar saya yang bayarin," ucap Yudis.
"Bapak serius?" tanya Mita tak percaya.
"Iya, saya serius."
"Baiklah, Pak." Mita pun berjalan ke arah bagian pakaian wanita.
Yudis pun memilah kemeja, selama kenal dan dekat dengan Sabrina. Wanita itu yang selalu memilih pakaian untuknya.
Pria itu terus berjalan, ia bingung harus memilih yang mana. Dia hanya memegang celana panjang lalu diletakkannya kembali.
Sabrina yang melihat seorang pria tampak kebingungan memilih pakaian mendekatinya.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments