Bab 3

"Mana pesanan, Mama?" todong Linda saat anak dan menantunya baru sampai rumah.

"Ini kami beli martabak manis kesukaan Mama," ucap Yudis menyodorkan kantong plastik.

"Kenapa cuma ini?" protes Linda.

"Yudis bingung mau beli apa," tuturnya.

"Kamu ini, biasanya juga tak pernah bingung." Gerutu Linda sembari membawa makanan pemberian anaknya itu ke kamar.

"Kalian jadi pindah?" tanya Hendi yang baru keluar dari kamar.

"Iya, Pa!" jawab Yudis.

"Besok Papa dan Rio akan bantu kalian mengangkat barang-barang," ujar Hendi.

"Terima kasih, Pa!" ucap Yudis begitu juga dengan Sabrina.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ma, nanti sehabis sarapan aku dan Rio mau membantu Yudis pindahan," ucap Hendi pada istrinya.

"Terus?"

"Mama mau ikut atau tidak?"

"Tidak, aku mau arisan dengan teman-teman," jawabnya.

"Baiklah, kalau tidak mau ikut!" ucap Hendi.

Sehabis sarapan, Rio dan Hendi membantu Yudis mengangkut barang-barang. Sedangkan, Sabrina menyiapkan masakan untuk dimakan bersama di sana.

Sesampainya di rumah baru, Rio membantu Yudis menurunkan lemari yang baru saja sampai.

"Ini letak mana, Kak?" tanya Rio pada Sabrina.

"Di sudut kamar saja," ucapnya.

Selesai berberes perabotan, mereka menikmati makan siang bersama.

Sore harinya, mereka pun pulang kecuali Rio yang sudah ada janji dengan kekasihnya.

"Baguslah kalau kalian sudah pulang?" tanya Linda.

"Memangnya kenapa, Ma?" tanya Hendi.

"Bik Ratih tiba-tiba sakit, jadi kamu Sabrina yang mencuci piring dan membersihkan rumah," titah Linda.

"Ma, Sabrina baru saja pulang dan lelah." Protes Yudis.

"Jadi kamu mau suruh Mama gitu?" tanya Linda tak senang.

"Bukan begitu, Ma!" ucap Yudis.

"Sudahlah, Mas. Baiklah Ma, Sabrina yang akan melakukannya," ujarnya.

"Begitu dong jadi menantu, biar ada gunanya kamu di rumah ini. Mama mau tidur, capek tadi kumpul dengan teman-teman," sindir Linda berlalu ke kamar.

"Maafkan, Mama." Ujar Hendi.

Sabrina tersenyum tipis lalu berkata,"Tidak apa-apa, Pa!"

"Aku bantu kamu," tawar Yudis.

"Tidak usah, Mas. Kamu istirahat saja," ucapnya.

"Benar kamu tidak apa-apa kalau tidak ku bantu?" tanya suaminya.

"Benar,Mas. Kamu, Papa mandi dan beristirahat pasti kalian sudah lelah juga," ujar Sabrina.

"Papa ke kamar dulu," pamit Hendi.

"Baiklah, aku ke kamar juga." Ucap Yudis.

Sabrina pun segera meletakkan tasnya dan mengganti pakaiannya, ia pun mulai mencuci piring. Setelah itu menyapu dan tak lupa juga mengepel lantai.

Linda pun keluar menuju dapur, ia mengangkat penutup makanan kemudian mengomel."Mana makanan untuk makan malam?"

"Mama tadi tidak ada menyuruh memasak?" tanya Sabrina.

"Mikir dong, lihat di meja ada lauk atau tidak. Kalau tidak ada, kamu harus masak!" keluh Linda.

"Baiklah, Ma. Nanti Sab, masakan!" ujarnya.

"Cepatan masaknya, Mama sudah lapar!" perintahnya.

Sabrina yang sudah sangat lelah dan belum mandi, bergegas ke dapur memasak makan malam. Sejam kemudian ia pun selesai, ia pun ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Yudis dan kedua orang tuanya sudah menunggu Sabrina di meja makan.

"Lama sekali istrimu mandi," protes Linda.

"Tunggu sebentar, Ma. Kita makan sama-sama," ucap Hendi.

"Kelamaan," ujar Linda kemudian mengambilkan nasi beserta lauk pauk ke piring suaminya lalu mengambil juga untuk dirinya."Kamu makan, tak perlu nunggu dia!" ujarnya lagi.

"Nanti saja, Ma. Mau nunggu Sabrina," ucap Yudis.

Tak lama kemudian, Sabrina muncul menghampiri suaminya dan mertuanya. Ia melihat lauk dan sayur sudah habis.

"Lauknya habis, masakanmu enak!" puji Hendi tuk kedua kalinya, tadi siang dia juga memuji masakan menantunya itu.

"Menurut Mama tidak ada spesialnya," ucapnya kemudian menenggak air putih.

"Tidak enak, tapi habis juga," ucap Sabrina membatin. Lalu ia menoleh ke arah suaminya,"Kamu sudah makan,Mas?"

"Belum, kita makan di luar saja!" ucapnya.

Sabrina mengangguk kemudian mereka berdiri dan hendak melangkah.

"Jangan terlalu boros, kalian harus berhemat. Walau belum punya anak, ada sisa uang harus di tabung," ucap Linda menyindir.

"Iya, Ma. Lagian kami makan tidak menghabiskan uang gaji sehari," ungkap Yudis.

Mereka pun melangkah pergi mencari makanan di luar.

Ketika mobil Yudis keluar pagar berpapasan juga dengan motor yang ditumpangi Yana beserta suaminya dan anaknya yang berusia 4 tahun.

"Hei, kalian mau ke mana?" tanya Yana kepada Yudis.

"Kami mau cari makanan, Kak!" jawab Yudis.

"Mama tidak masak?" tanyanya lagi.

"Tadi Sabrina yang masak, tapi sudah habis." Jelas Yudis.

"Istrimu saja yang masaknya terlalu dikit," sindir Yana.

"Ya, sudah Kak. Kami mau pergi dulu," ucap Yudis.

"Belikan juga untuk Kakak dan Mas Rudi," pinta Yana.

"Iya, Kak. Kalau tidak lupa," ujarnya.

"Jangan sampai lupa, Sabrina ingatkan suamimu untuk membelikan kami juga," ucap Yana menatap Sabrina.

"Iya, Kak. Nanti aku ingatkan," sahut Sabrina.

Yana pun segera masuk ke dalam rumah orang tuanya dan Yudis melajukan kendaraannya ke warung makan.

"Kak Yana sering begitu?" tanya Sabrina.

"Iya, hampir tiap hari."

"Apa suaminya tidak memberinya uang belanja?"

"Hampir seluruh gajinya Mas Rudi untuk dia, tapi jarang sekali memasak buat suaminya," jelas Yudis.

"Kenapa aku baru tahu jika keluarga Mas Yudis begitu?" batinnya bertanya.

"Hei, kenapa diam?"

"Tidak ada, Mas!"

Mereka pun sampai di warung yang dituju, mereka menikmati makan malam berdua di luar hampir dua jam sampai telepon Yudis berdering. Suaminya hanya menatap panggilan itu.

"Siapa, Mas?"

"Kak Yana."

"Jawab teleponnya!"

Yudis pun menjawab panggilan telepon tersebut. Lalu kembali menutup teleponnya.

"Ada apa, Mas?"

"Kak Yana menyuruh kita pulang, mereka sudah lapar," jelas Yudis.

"Astaga, menganggu saja!" gumam Sabrina.

Mereka pun buru-buru pulang, membawa 3 bungkus makanan nasi pecel lele. Sebungkus akan diberikan pada Mama Linda, jika tak di beli bisa 'nyanyi' semalaman.

Sepasang suami istri itu pun tiba 15 menit setelah menerima telepon dari Kak Yana. Sabrina pun menyodorkan dua bungkus kepada kakak iparnya itu.

"Kalian lama sekali, kayak orang pacaran saja!" omel Linda.

"Ya, ampun Ma. Biarkan saja, mereka juga baru menikah." Rio tiba-tiba celetuk.

"Terus saja kamu bela mereka!" gerutu Linda.

Hendi memegang tangan Rio untuk tidak untuk melanjutkan perdebatan ini. Yana dan suaminya pun pamit pulang.

"Terima kasih adikku!" ucap Yana pada Yudis.

"Iya, Kak!" jawab Sabrina.

"Ingat ini uang adikku bukan uang kamu," ucap Yana menunjukkan kantong makanan.

"Sama saja,Kak. Uang suami, uang istri juga." Balas Sabrina.

Yana beserta keluarganya pun pamit. Sabrina menghela nafasnya.

"Mama mertua cerewet eh kakak ipar pelit, yang benar cuma Rio dan Papa saja," batin Sabrina.

"Kamu yang sabar atas sikap mereka berdua," ucap Hendi.

"Memangnya Mama kenapa Pa?" protes Linda.

"Tidak ada. Yudis kamu bawa istrimu masuk, istirahatlah!" ujar Hendi.

Yudis dan Sabrina permisi pamit ke kamar.

Terpopuler

Comments

Meilani Aulia

Meilani Aulia

lanjut

2022-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!