...Happy Reading...
...🦅...
Malam ini Alisya tidak dapat tidur, pikirannya terus tertuju pada kejadian tadi sore.
Flashback.
"Boleh juga." Laki-laki paruh baya itu, memperhatikan Alisya dari ujung kaki hingga ujung kepala, dengan tatapan yang membuat Alisya tidak nyaman.
Alisya bergidik jijik, melihat tatapan mesum dari kedua orang yang merupakan tamu pamannya itu.
"Baiklah, semua hutangmu akan aku anggap lunas, jika dia mau menikah dengan anakku."
Mata Alisya langsung melotot, tidak percaya, tubuhnya langsung bereaksi, bahkan, otaknya seakan lambat untuk berpikir, saat mendengar perkataan p**rontal dari laki-laki paruh baya di depannya.
Apa yang di katakan orang itu barusan? batin Alisya bingung.
Matanya beralih melihat seorang laki-laki yang telah menjadi walinya, selama hampir sepuluh tahun ini. Mengerutkan keningnya, saat melihat wajah berbinar penuh semangat dari sang paman.
"Mau, dia pasti mau menikah dengan anak Anda, Tuan!" Bima berkata penuh semangat.
"Sebenarnya ada apa ini, Om?" Alisya menatap semua orang yang ada di ruangan itu secara bergantian. Dirinya butuh penjelasan sekarang.
"Kamu harus menikah dengan anak dari Tuan Arnold, untuk membayar semua hutang yang di tinggalkan oleh ayahmu."
Ucapan dari sang paman, membuat tubuh Alisya kembali menegang.
"Maksud Om, apa?" Alisya bertanya dengan wajah bingung dan terkejutnya.
"Ayahmu mati dengan meninggalkan banyak hutang, selama ini aku sudah berusaha melunasinya. Tapi, ternyata tidak bisa, jadi sekarang kamu harus melunasi hutang Ayah kamu itu, dengan menikahi anak dari Tuan Arnold," jelas Bima dengan penuh kesabaran.
Padahal semua itu hanyalah sebuah kebohongan, dalam hatinya Bima terus saja mengumpat dengan sumpah-serapah kepada Alisya, karena banyak bertanya.
"Tapi kan, Ayah mempunyai banyak aset, Om. Kita jual itu saja dulu, untuk melunasi hutang Ayah," usul Alisya.
Dia tidak mau menikah dengan orang yang sama sekali belum dikenal, lagi pula, umurnya masih sangat muda, Alisya masih ingin bekerja dan bertemu dengan teman-temannya di kantor. Selama ini dia bahkan belum pernah terpikir untuk menikah.
"Hutang yang di tinggalkan oleh Ayahmu itu sangat besar, kita tidak bisa melunasinya hanya dengan menjual aset saja!" Suara Bima sudah mulai meninggi.
"Kita bicarakan ini nanti, sekarang kamu masuk ke kamar!" perintah Bima, saat sadar bahwa, di sana masih ada Tuan Arnold dan anaknya.
Alisya langsung berdiri, dan berlari menuju ke kamarnya, tanpa berpamitan lebih dulu. Dia tidak percaya kalau ayahnya mempunyai hutang sebesar itu.
Selama ini pamannya tidak pernah membicarakan tentang hutang sang ayah, bahkan dia bisa melihat sendiri, bagaimana gaya hidup keluarga Bima setelah kedua orang tuanya meninggal.
Namun sekarang, mengapa tiba-tiba dia harus membayar hutang? Alisya menangis di dalam kamar. Memikirkan, bagaimana nasib dia kedepannya?
Flashback off
Di tempat lain, Agra sedang berada di dalam perjalanan pulang. Menyetir mobil sport kesayangannya sendiri, tanpa ada pengawasan dari siapa pun.
Dia memang tidak suka jika ada orang yang mengikutinya, Agra lebih suka hidup bebas tanpa harus di kawal oleh para anak buahnya.
Walaupun dia tahu, kalau Andrew tidak tinggal diam, dia mengirimkan pengawal bayangan yang selalu mengikutinya dari jauh.
Namun, semua itu dia biarkan, selama mereka tidak terlalu mencolok dan dekat dengan dirinya.
Agra bergerak awas, ketika sudut matanya melihat ada pergerakan mencurigakan, dari salah satu mobil di belakangnya. Menegakkan tubuhnya, dengan genggaman tangan yang semakin erat pada stir mobil.
Malam semakin larut, hingga jalanan sudah sangat lengang. Hanya ada beberapa kendaraan yang masih terlihat lalu lalang di jalanan sekitar sana.
Sebuah mobil Van terlihat mulai mendekat dan berusaha mensejajarkan laju mobilnya, dengan mobil yang di kendarai oleh lelaki yang merupakan ketua dari Balck Eagle itu.
Agra semakin memacu laju kendaraannya, berusaha untuk mencari tempat yang tidak terlalu ramai. Sedangkan mobil di belakangnya, berusaha terus mengejar kecepatan mobil sport Agra, yang melaju dengan sangat cepat.
"Hanya begini saja, kemampuan kalian?" gumam Agra dengan tatapan masih fokus pada jalan yang dia lewati.
Baginya, menghadapi bahaya adalah suatu permainan yang sering dia lakukan. Berhadapan dengan para penjahat dari kelas preman sampai mafia yang sudah cukup berkuasa, sudah pernah dia alami, membuatnya tidak terkejut dengan kejadian saat ini.
Kalau hanya harus menghadapi beberapa orang pengganggu saja, itu masalah sepele untuknya.
Beberapa saat kemudian, dia sudah sampai di salah satu jalan kecil yang sepi dan terlihat gelap, Agra menghentikan mobilnya dengan posisi miring, menutupi hampir semua area jalan.
Tersenyum miring, saat melihat mobil yang mengikutinya tampak melaju dengan cukup kencang ke arahnya.
"Masih belum menyerah ternyata?" gumamnya, dengan senyum meremehkan.
Kebetulan sekali, dirinya sudah lama tidak berolah raga malam, mungkin ini bisa menjadi peregangan otot-otonya. Begitulah kira-kira batin Agra bermonolog.
Agra keluar dari dalam mobil, dia berdiri menyandar kepada badan mobil. Tangannya dia sulam di depan dada, menatap tajam mobil yang telah berhenti beberapa meter di depannya.
Terlihat, lima orang laki-laki berbadan besar dengan memakai pakaian serba hitam, turun dari mobil itu.
"Mau apa kalian?" tanya Agra, dengan mata tajamnya menelisik setiap orang di hadapannya.
"Kami mau nyawamu!" teriak salah satu lelaki yang berada di tengah-tengah mereka. Sepertinya dia adalah ketua dari mereka berempat.
"Heh, dalam mimpimu!" jawab Agra, mulai melakukan kuda-kuda, dikarenakan mereka sudah mulai merangsek maju.
"Brengs*k!" umpat lelaki dengan tindik di telinga sebelah kanan.
Kelima orang itu langsung menyerang Agra secara bersamaan. Agra menahan semua serangan sebisa mungkin.
Ternyata mereka adalah orang-orang yang cukup terlatih, hingga membuat Agra sedikit kesulitan mengalahkan mereka. Beberapa saat kemudian, dua orang sudah terkapar dengan berbagai luka di badan mereka. Kini, tiga orang lagi yang harus Agra kalahkan.
Braak!
Seorang laki-laki dengan jaket kulit berwarna hitam, terlihat terlempar jauh hingga menabrak mobil mereka sendiri.
Agra menyeringai, melihat hampir semua lawannya sudah babak belur dengan berbagai luka. Dia mengusap sudut bibirnya yang sedikit berdarah, karena terkena tendangan salah seorang lawannya.
Rasa asin bercampur bau amis pun seakan membakar semangat Agra, untuk melawan para penguntit itu. Bersiap kembali, dan menerima serangan dari dua orang lagi, yang masih bisa terbangun, walau dengan susah payah.
Beberapa saat kemudian, Agra bisa menghela napas lega, saat melihat semua lawannya sudah terkapar tidak sadarkan diri. Sedangkan dirinya masih terlihat bugar, walau bajunya terlihat sedikit berantakan, dengan sedikit luka lebam di wajahnya.
"Inilah akibat karena kalian berani bermain-main denganku," ujarnya, dengan senyum miringnya.
Dia meregangkan otot yang terasa kaku, lalu masuk kembali ke dalam mobil. Agra meninggalkan lokasi dengan santainya, dia tahu kalau orang suruhan sang ayah, akan membereskan mereka semua, tanpa ada yang terlihat.
Mobil sport berwarna hitam itu, kini sudah terparkir cantik di dalam gedung apartemen mewah, di bilangan kota besar itu. Agra ke luar dengan gaya santainya, jaket kulit miliknya dia taruh di pundak dengan tangan memegang ujungnya.
Laki-laki itu hanya mengangguk kepala samar, saat menerima sapaan dari para anak buahnya, yang tampak terkejut melihat penampilannya malam ini.
Sampai di unit yang ia huni sementara waktu, Agra langsung di sambut oleh wajah cemas sang asisten.
"Tuan, kenapa wajah ada seperti ini?" Edo melihat cemas wajah tampan lelaki yang telah menjadi bosnya itu.
"Tak apa, hanya ada tikus pengganggu yang mau mengukur kemampuanku," jawabnya menyentuh bibirnya yang terasa perih, sambil melemparkan jaket di tangan pada kursi.
"Duduk di sini, biar aku obati dulu lukanya," perintah Edo pada Agra.
Agra menuruti perintah sang asisten, dia duduk di sofa, dengan menyandarkan punggungnya hingga kepalanya sedikit mendongak.
Edo langsung berjalan ke dalam dapur, mengambil air es untuk kompres dan kotak obat.
Edo sudah terbiasa, merawat luka yang di derita oleh Agra, walau begitu dia tetap saja merasa khawatir, jika melihat bosnya itu pulang dengan tubuh penuh luka.
...🦅...
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Cahaya Sidrap
next thor
2024-07-08
0
J S N Lasara
hebat
2022-09-06
1
Lilis Ilham
semangat membacanya... bagus mantap keren
2022-08-23
3