Eps.9 Kembalinya Agra

...Happy Reading...

...🦅...

“Tuan, semua sudah siap," lapor Edo kepada bosnya.

Tanpa menjawab perkataan Edo, Agra langsung berdiri, menyambar jaket di belakang kursinya dan berjalan mendahului Edo.

Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di bandara internasional negara itu. Agra berjalan di ikuti oleh Edo menuju landasan, di sekitarnya sudah bertebaran para anak buah, yang sudah siap menjaga keselamatan sang ketua.

Sebuah jet pribadi milik Leonard Corp, sudah siap menunggu keberangkatan. Dengan beberapa awak pesawat, berbaris menyambut kedatangan orang nomor dua di perusahaan.

“Kamu sudah urus semua keperluanku di sana?” tanya Agra, saat mereka sudah duduk di kursi penumpang.

“Sudah, Tuan. Anda, akan tinggal di sebuah apartemen, salah satu aset milik Leonard Corp," jawab Edo lugas.

“Hm, bagus," angguk Agra.

Setelah menempuh kurang lebih tujuh belas jam perjalanan, Agra akhirnya sampai di bandara internasional negara kelahirannya.

Dia berdiri di depan pintu pesawat, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bandara, menikmati setiap perubahan tempat itu, setelah beberapa tahun, dia tidak pernah menginjakkan kakinya di negara itu.

Aku kembali, batin Agra, menghirup udara dalam, lalu menghembuskannya perlahan.

Dia mulai melangkahkan kakinya menuruni tangga, dengan tatapan lurus ke depan.

“Selamat datang, Tuan," seorang laki-laki yang terlihat lebih tua darinya menyambut kedatangannya dengan membungkukan setengah tubuhnya.

“Max?" lirih Agra, dengan garis halus di dahinya.

Matanya memicing, memperhatikan wajah yang terlihat tidak asing di ingatannya.

Max tersenyum tipis, mendapati Agra masih mengingat dirinya, walau mereka sudah tidak pernah bertemu setelah sekian lama.

“Iya, Tuan. Saya Max," angguknya kemudian.

“Hm ... apa kabar, Max?” tanya Agra sambil melangkah menuju pintu keluar bandara, di ikuti Edo, dan beberapa anak buah lainnya.

“Saya baik, Tuan," jawab Max, menunduk sekilas dengan tatapan masih siaga ke setiap sudut.

Sebagai pemimpin Black Eagle di negara ini, tentu saja sudah menjadi tanggung jawab Max, untuk menjamin keselamatan sang ketua.

Sampai di parkiran, Max sudah menyiapkan sebuah mobil mewah, untuk membawa Agra juga asisten pribadinya, menuju apartemen yang sudah disiapkan.

Dia juga menyiapkan beberapa mobil tambahan, untuk para anak buah yang akan mengawal perjalanan Agra kali ini.

Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di apartemen termewah di kota itu, Agra langsung menuju lantai paling atas, di mana di sana hanya terdapat beberapa unit eksklusif saja.

Padahal di negara ini, Andrew juga mempunyai mansion pribadi, tempat persinggahannya bila dia sedang berkunjung. Akan tetapi, Agra menolak untuk tinggal di sana, dia lebih memilih tinggal di salah satu apartemen, properti dari perusahaan Leonard Corp.

Menurutnya, mansion terlalu besar untuk dia tinggali saat ini, apa lagi dia tidak ingin terlalu banyak orang yang mengetahui kalau dirinya ada di negara ini.

"Selamat datang, Tuan," ujar salah satu pegawai yang bertugas untuk menyambut tamu.

Ya, walaupun kedatangan Agra cukup membuat heboh para petinggi apartemen. Akan tetapi, dia sudah berpesan pada Edo, agar tidak membuat keributan atau acara penyambutan yang akan menarik perhatian banyak orang.

Agra ingin datang seperti kebanyakan tamu yang lainnya, tanpa ada perlakuan spesial. Dia lebih suka tampil apa adanya, tanpa harus berbasa basi dengan orang yang belum terlalu dia kenal.

"Silahkan masuk, Tuan," ujar Max, yang mengantar Agra sampai di depan pintu unit apartemennya.

Agra mengangguk, dia melihat sekilas pada Max, sebelum melangkahkan kakinya ke dalam.

"Terima kasih, Max. Sekarang kamu boleh kembali ke markas," ujarnya yang langsung di angguki oleh Max.

"Baik, Tuan. Kalau begitu, saya pamit ... Anda, bisa menghubungi saya bila membutuhkan sesuatu," ujar Max, sambil menunduk kilas.

"Hem," jawab Agra, lalu melangkah masuk ke dalam.

Sampai di unit yang akan dia tempati, Agra tampak melihat seluruh ruangan. Di sana terdapat dua lantai, di lantai satu terdapat satu kamar untuk Edo dan di lantai dua terdapat kamar utama.

Dirinya cukup puas dengan semua desain yang terasa sangat sesuai dengan selera nya. Mata yang selalu menyorot tajam setiap objek yang sedang dia lihat, meneliti seluruh ruangan yang ada di sana. Bahkan, setiap benda yang ada di sana, tidak luput dari perhatiannya.

Cukup lama, Agra memperhatikan lantai satu apartemen yang akan dia tinggali, kini dirinya berjalan menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.

Begitu menginjakkan kaki di lantai dua, dia langsung disambut oleh sebuah ruang olahraga, dengan peralatan lengkap. Bahkan itu lebih terlihat seperti tempat gym pribadi.

Perhatiannya kini beralih pada sebuah pintu satu-satunya yang ada di sana. Perlahan dia membukanya, hingga telihat sebuah ruang kerja menyambut pandangannya untuk pertama kali.

Berjalan lebih dalam lagi, kini ada ruang istirahat, dengan satu set sofa mewah bernuansa maskulin.

Agra sedikit menarik bibirnya, hingga membentuk garis lengkung tipis. Dia merasa puas oleh semua pekerjaan dari anak buahnya, terutama Edo, yang sudah memberi instruksi walau dari jauh.

Setelah melewati semua ruangan itu, barulah dia sampai di sebuah ruangan dengan sekat pintu kaca. Kamar dengan nuansa warna putih dan hitam, itu tampak terlihat mewakili dirinya.

Setelah puas meneliti setiap ruangan untuknya, Agra beralih pada kamar mandi yang terdapat di salah satu sisi kamar. Dia hanya melihat sekilas, sambil mengecek peralatan yang ada di sana, memastikan semuanya tidak ada yang kurang.

Setelah memastikan semuanya sempurna, Agra membuka jaket yang dia pakai, lalu melemparnya pada keranjang cucian dan berlanjut dengan pakaian lainnya. Dia, berjalan menuju bawah shower dan mulai menghidupkan air untuk membersihkan diri.

.

“Kamu sudah bawa semua yang aku minta?” tanya Agra saat Edo sudah berada di ruang kerjanya.

“Sudah, Tuan. Ini semua data yang kemarin, Anda, minta." Edo menaruh map di atas meja kerja tuannya.

Agra mulai membuka satu per satu berkas yang ada di dalam map itu, keningnya sesekali mengerut di saat Agra mulai membaca setiap baris kata di dalam kertas itu.

“Kapan jadwal rapat dengan mereka?” tanya Agra tanpa mengalihkan perhatiannya.

“Besok siang, Tuan."

Agra sempat menghentikan gerakan tangannya mendengar jawaban Edo. Walau dia hanya bersikap biasa saja, setelah itu.

“Baiklah, kamu boleh keluar," ujarnya kemudian.

Setelah kepergian Edo, Agra tampak termenung, dia seperti memikirkan sesuatu yang terlihat sangat berat. Beranjak dari kursinya, lalu berjalan menuju kaca besar di salah satu sisi ruangan.

Sekarang aku sudah kembali dan kalian akan menerima akibat, dari apa yang sudah kalian lakukan kepadaku dulu, gumam Agra dalam hati, dengan tangan terkepal kuat dan mata yang sudah memerah.

.

Agra mengambil ponselnya melihat satu nomor yang baru saja di kirim oleh Edo.

“Temui aku di tempat biasa sekarang juga," tulis Agra, kemudian mengirimkan nya kepada nomor tersebut.

Setelah itu Agra langsung menyambar sebuah jaket kulit di atas sofa, memakainya sambil berjalan keluar dari kamar.

“Tuan." Edo yang sedang duduk di ruang keluarga menyapa Agra.

“Aku mau keluar sebentar, kamu teruskan saja pekerjaanmu," ucapnya melirik sekilas pada Edo.

“Baik, Tuan," angguk Edo, kemudian duduk kembali setelah melihat Agra keluar.

Agra pergi dengan mengendarai mobil sport keluaran terbaru yang baru saja datang kemarin sore, tentu saja, semua itu berkat cara kerja Edo, yang selalu membantunya mewujudkan apa yang dia inginkan.

Setelah beberapa waktu berkutat dengan kemacetan, yang sudah menjadi khas dari jalan kota besar itu, Agra sampai di parkiran salah satu kafe kecil yang terletak di pinggiran kota.

“Bang Roni. Apa kabar, Bang?” sapa Agra dengan gaya bicara seperti turis asing, kepada salah satu barista yang ada di sana.

Lama berada di luar negri, membuatnya terbiasa dengan gaya bicara orang di sana, hingga membuat dirinya hampir lupa dengan bahasa kelahirannya sendiri.

Pria berumur sekitar tiga puluh tahunan itu tampak mengernyitkan dahinya, seperti sedang mengingat sesuatu.

“Siapa ya?” gumamnya lebih pada dirinya sendiri.

“Ini gue, Bang. Masa lo udah gak inget sih sama gue?”

Agra masih berusaha santai dan mengikuti bahasa para anak muda di kota itu. Walau yang terdengar malah seperti seorang sedang berlatih bicara.

"Fffttth ...." Laki-laki di depan Agra tampak menahan tawanya, mendengar logat bicara Agra yang terdengar aneh dan sedikit lucu.

"Sagara?!" seru orang itu berteriak tertahan, walau dia juga belum yakin kalau tebakannya itu benar.

“Astaga, ini lo, Ga?! Kemana aja loe gak pernah keliatan?” ribut barista tadi, setelah mengingat orang yang sekarang sedang berada di depannya.

Agra hanya mengedikan bahunya, “Entah," ucapnya acuh, kemudian duduk di kursi di depan meja.

“Hot Americano satu ya, Bang," ucapnya, seakan tak menghiraukan wajah terkejut dari salah satu teman masa lalunya.

“Oke, gue siapakan sekarang juga," jawab barista yang bernama Roni itu, langsung menyiapkan pesanan dari pelanggan sekaligus temannya di masa lalu.

Agra mengedarkan tatapannya meneliti sekeliling kafe tersebut. Semuanya masih sama seperti yang dulu, hanya saja tempat ini terlihat lebih besar dari sebelumnya.

“Halo, Bang Roni. Gue  pesen kaffe late sama capucino ya, Bang."

Dua orang lelaki yang baru saja datang langsung duduk di samping Agra, tanpa memperhatikan sekitarnya.

Agra yang melihat kedatangan kedua orang itu, hanya memperhatikan mereka tanpa ada niatan untuk menegur terlebih dahulu.

“Ini Americano pesanan, lo." Roni menyajikan gelas kopi pesanan Agra di depannya.

Agra mengalihkan perhatiannya pada kopi yang baru saja di sajikan, mengangguk samar, lalu menghirup wangi aroma kopi yang terlihat pekat itu.

“Eh, gue tadi dapet pesan kayak gini dari nomor gak di kenal." Luis memperlihatkan layar ponselny pada Roman.

Ya... orang yang baru saja datang itu adalah kedua sahabat Sagara atau Agra sewaktu sekolah dulu.

Perkataan Luis, tentu saja membuat Agra sedikit melirik ke arah dua orang tersebut. Walau, mulutnya masih terkunci, dan enggan untuk menyapa keduanya. Dia hanya menaikkan salah satu alisnya, sebagai tanggapan dari obrolan dua orang sahabat masa lalunya itu.

“Gue juga dapet nih. Loe, liat sendiri." Roman ikut memperlihatkan ponselnya pada Luis.

“Hah, kira-kira siapa ya, yang ngirim pesan ini sama kita? Apa mungkin ini Sagara?” ucap Roman bertanya-tanya.

“Iya nih, gue jadi kangen sama dia. Di mana ya dia sekarang?” Luis menimpali, dengan wajah menerawang ke dalam kenangan masa lalu mereka bersama dengan Sagara.

“Udah sepuluh tahun, Bro, dia gak ada kabar. Gue harap apa aja yang terjadi sama dia, dia bisa bahagia di manapun sekarang berada," ucap Roman, lebih seperti sebuah doa.

Mereka berdua menundukan kepalanya, mengingat sahabat yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar sepuluh tahun lalu.

Agra yang mendengar dengan jelas perkataan kedua sahabatnya, merasa sangat bahagia, sampai tanpa terasa kedua ujung bibirnya tertarik ke atas, hingga membuat sebuah garis lengkung samar yang sudah jarang sekali dia tampilkan.

Menjalani kehidupan yang keras dan kental dengan bahaya juga kekerasan, membuat Agra menjadi sosok dingin cenderung kejam, hingga dia lupa untuk sekedar mengekspresikan perasaannya.

“Kalian lagi ngomongin apaan sih?” Roni tampak bergabung dengan Luis dan Roman, sambil membawa pesanan milik kedua orang itu.

“Ini." kedua sahabat itu menujukan layar ponselnya pada Roni bersamaan.

“Itu pasti dari–"

“Thank you, Bang. Kopinya masih sama seperti dulu." tiba-tiba saja Agra berucap, hingga memotong perkataan Roni.

Dia berdiri sambil meletakan uang lima lembar seratus ribu rupiah. Lalu, berjalan pergi tanpa mau mendengar jawaban dari Roni.

“Eh, mau kemana, lo? ini kebanyakan!” teriak Roni, melambaikan tangannya menahan Agra, setelah dia mengetahui jumlah uang yang Agra simpan.

Namun, Agra terus berjalan seakan tak mendengar teriakan barista sekaligus pemilik kafe tersebut. Salah satu ujung bibirnya tertarik tipis, dengan binar mata yang terlihat bahagia.

“Siapa, Bang? Tumben kafe, loe, kedatangan orang asing," tanya Roman, memperhatikan laki-laki yang baru saja keluar dari kafe itu.

"Wah mana dia bayar banyak banget lagi, cuman buat segelas kopi aja. Pasti orang kaya tuh." Luis ikut menebak orang yang baru saja melewati pintu keluar, sambil memperhatikannya.

“Masa, kalian, gak kenal sih? Eh, tapi wajar aja sih, orang gue juga awalnya gak kenal," cerocos Roni, sambil melihat uang di tangannya dan Agra yang sudah menjauh, bergantian.

“Siapa? Perasan gue gak punya temen yang sekolah atau kerja di luar negri deh." Roman menggaruk kepalanya bingung.

“Kok gue kayak gak asing ya sama mukanya, apa gue pernah ketemu sama dia? Tapi, di mana?” Luis yang sedari tadi masih memperhatikan kepergian Agra, tiba-tiba berbicara sehingga mengalihkan perhatian kedua orang di depannya.

“Eh, ada kertas nih." Reno mengambil secarik kertas yang terjatuh dari uang yang dia pegang.

"Eh, ada tulisannya," ucapnya lagi, membuka kertas tadi, kemudian memberikannya pada Roman.

“Tunggu gue di acara reuni," gumam Remon membaca tulisan di atas kertas yang di berikan oleh Roni.

“Kalian, mau ada reuni?" tanya Roni, melihat kedua orang di depannya bergantian.

“Iya, Bang. Kok, Abang bisa tau?” tanya Luis bingung.

“Itu berarti, kertas ini buat kalian berdua." Roni menunjuk kertas yang di letakan oleh Roman di meja.

“Hah, kok buat kita?! kenal aja engga."

“Astaga, kalian emang sahabat gak tau diri ya, masa sama sahabat sendiri gak kenal," geleng Roni dramatis.

“Apa sih, Bang. Kalau ngomong itu yang jelas–"

Remon menghentikan perkataannya, ketika dia baru sadar dengan apa yang di maksud dengan oleh Roni.

“Astaga, itu Sagara, Bang?!” teriak Roman mengguncang lengan Roni, dia terkejut dengan pemikirannya sendiri.

“Kayaknya sih iya? Tapi, tadi pas gue tanya dia juga gak jawab," ucap Roni, dia bingung sendiri mau menjawab apa.

Brak!

Dua kursi terjungkal ke belakang secara bersamaan, karena pergerakan Roman dan Luis yang terburu-buru.

Mereka berlari cepat keluar dari kafe, mencari keberadaan Agra di sekeliling kafe. Akan tetapi, mereka terlambat karena sekarang Agra sudah tidak berada di sana lagi.

Roni hanya bisa menghela napas kasar, sambil mengusap dada melihat kelakuan dua sahabat itu. Sambil membetulkan dua kursi miliknya yang sudah tidak berdiri lagi.

...🦅...

...🦅...

...TBC...

...🙏😊😘...

Terpopuler

Comments

Cahaya Sidrap

Cahaya Sidrap

😁😁😁😁

2024-07-08

0

Jun_Ho

Jun_Ho

si Bang Roni kejang-kejang terguncang

2022-09-07

2

Jun_Ho

Jun_Ho

yah gak perlu ada drama sales yang gak tau diri

2022-09-07

2

lihat semua
Episodes
1 Eps.1 Pergi dari rumah
2 Eps.2 Hujan
3 Eps.3 Rumah sakit
4 Eps.4 Tuan Andrew
5 Eps.5 Pelatihan
6 Eps.6 Korban pertama
7 Eps.7 Bertemu masa lalu
8 Eps.8 Di ujung tanduk
9 Eps.9 Kembalinya Agra
10 Eps.10 Bertemu
11 Eps.11 Reuni
12 Eps.12 Takjub
13 Eps.13 Pertemuan
14 Eps.14 Alisya
15 Eps.15 Misi
16 Eps.16 Berkumpul
17 Eps.17 Perlawanan
18 Eps.18 Nikah paksa
19 Eps.19 Penghuni baru
20 Eps.20 Makan malam
21 Eps.21 Pagi pertama
22 Eps.22 Kesibukan
23 Eps.23 Bosan.
24 Eps.24 Bersikap bodoh
25 Eps.25 Di serang
26 Eps.26 Pertarungan
27 Eps.27 Maling
28 Eps.28 Merayu
29 Eps.29 Persiapan
30 Eps.30 Pesta
31 Eps.31 Pertunjukan
32 Eps.32 Ancaman sesungguhnya
33 Eps.33 Keluarga
34 Eps.34 Kembali
35 Eps.35 Masa kecil
36 Eps.36 Drama pagi hari
37 Eps.37 Lamunan
38 Eps.38 Ke kantor
39 Bab.39 Tamu tak di undang
40 Eps.40 Berkunjung
41 Eps.41 Jujur
42 Eps.42 Bocah ingusan
43 Eps.43 Kepemilikan
44 Eps.44 Balapan
45 Eps.45 Luka
46 Eps.46 Penyiksaan
47 Eps.47 Pengkhianatan
48 Eps.48 Sepiring berdua
49 Eps.49 Kehebohan.
50 Eps.50 Rencana
51 Eps.51 Diusir
52 Eps.51 Angkat Kaki
53 Eps.52 Kejutan
54 Eps. 54 Kunjungan
55 Eps.55 Penyerangan
56 Eps. 56 Kejutan
57 Eps.57. Pesta Pernikahan
58 Eps.58 Pesan Andrew
59 Eps.59 Tidak Gratis
60 Eps.60 Livia
61 Eps.61 Mengantar Makan Siang
62 Eps.62 Mall
63 Bab.63 Penguntit
64 Eps.64 Bermain Kejar Tangkap
65 Eps.65 Paket
66 Eps.66 Bucin
67 Eps.67 Sahabat Alisya
68 Eps.68 Makan Malam.
69 Eps.68 Pergi Ke Vila
70 Eps.69 Pamit
71 Eps.70 Menyamar
72 Eps.71 Perkampungan
73 Eps.72 Kangen
74 Eps.73 Dimulai
75 Eps.74 Jebakan
76 Eps.75 Penghianat
77 Bab.76 Racun
78 Eps.77 Lita
79 Eps.78 Melepas Rindu
80 Eps.79 Ragu
81 Eps.80 Persiapan
82 Eps.81 Kecewa
83 Eps.82 Pembuka
84 Eps.83 Berakhir
85 Eps.84 Bonus Chapter 1
86 Eps.85 Bonus Chapter 2
87 Eps.86 Bonus Chapter-3
88 Eps.87 Bonus chapter-4
89 Berbagi Cinta: Antara Kita
90 Penakluk Sang Casanova
91 Presdir Kutu Buku
92 MS2 bab.1 Es batu
93 MS2-Bab2. Geng Venus
94 MS2-Bab.3 Ocehan Mommy
95 MS2-Bab.4 Tukang bully
96 MS2-Bab.5 Ancaman
97 MS2-Bab.6 Atropos geng
98 MS2-Bab7 Adu domba
99 MS2-Bab.8 Curiga
100 Ms2-Bab.9 Balap liar
101 MS2-Bab.10 Curang
102 MS2-Bab.11 Papa ngamuk?
103 Ms2-Bab.12 Hukuman
104 MS2-Bab.13 Mobil bergoyang
105 MS2-Bab.14 Luka
106 MS2-Bab.15 Lamaran
107 MS2-Bab.16 Balapan
108 MS2-Bab.17 Kekalahan
109 MS2-Bab18 Canggung
110 MS2-Bab.19 Terjebak
111 MS2-Bab.20 Kejutan
112 MS2-Bab21 Dihukum
113 MS2-Bab.22 Ulah Dero
114 MS2-Bab.23 Kerja
115 MS2-Bab.24 Makan malam
116 MS2-Bab.25 Penguntit
117 MS2-Bab.26 Calon kakak ipar?
118 MS2-Bab.27 Ngeles
119 MS2-Bab.28 Ketahuan
120 MS2-Bab.29 Perubahan Dikta
121 MS2-Bab.30 Ke luar dari Atropos
122 MS2-Bab.31 Disita
123 MS2-Bab.32 Jadian
124 MS2-Bab.33 Takut hantu
125 MS2-Bab.34
126 MS2-Bab.35
127 MS2-Bab.36
128 MS2-Bab.37
129 MS2-Bab.38
130 MS2-Bab.39
131 MS2-Bab.40
132 MS2-Bab.41
133 MS2-Bab.42
134 MS2-Bab.43
135 MS2-Bab.44
136 MS2-Bab.45
137 MS2-Bab. 46
138 MS2-Bab.47
139 MS2-Bab.48
140 MS2-Bab.49
141 MS2-Bab.50
142 MS2-Bab.51
143 MS2-Bab.52
144 MS2-Bab.53
145 MS2-Bab.54
146 MS2-Bab.55
147 MS2-Bab.56
148 MS2-Bab.57
149 MS2-Bab.58
150 MS2-Bab.59
151 MS2-Bab.60
152 MS2-Bab.61
153 MS2-Bab.62
154 MS2-Bab.63
155 MS2-Bab.64
156 MS2-Bab.65
157 MS2-Bab.66
158 MS2-Bab.67
159 MS2-Bab.68
160 MS2-Bab.69
161 MS2-Bab.70
162 MS2-Bab.71
163 MS2-Bab.72
164 MS2-Bab.73
165 MS2-Bab.74
166 MS2-Bab.75
167 MS2-Bab.76
168 MS2-Bab.77
169 MS2-Bab.78
170 MS2-Bab.79
171 MS2-Bab.80
172 MS2-Bab.81
173 MS2-Bab.82
174 MS2-Bab.83
175 MS2-Bab.84
176 MS2-Bab.85
177 MS2-Bab.86
178 MS2-Bab.87
179 MS2-Bab.88
180 MS2-Bab. 89
181 MS2-Bab.90
Episodes

Updated 181 Episodes

1
Eps.1 Pergi dari rumah
2
Eps.2 Hujan
3
Eps.3 Rumah sakit
4
Eps.4 Tuan Andrew
5
Eps.5 Pelatihan
6
Eps.6 Korban pertama
7
Eps.7 Bertemu masa lalu
8
Eps.8 Di ujung tanduk
9
Eps.9 Kembalinya Agra
10
Eps.10 Bertemu
11
Eps.11 Reuni
12
Eps.12 Takjub
13
Eps.13 Pertemuan
14
Eps.14 Alisya
15
Eps.15 Misi
16
Eps.16 Berkumpul
17
Eps.17 Perlawanan
18
Eps.18 Nikah paksa
19
Eps.19 Penghuni baru
20
Eps.20 Makan malam
21
Eps.21 Pagi pertama
22
Eps.22 Kesibukan
23
Eps.23 Bosan.
24
Eps.24 Bersikap bodoh
25
Eps.25 Di serang
26
Eps.26 Pertarungan
27
Eps.27 Maling
28
Eps.28 Merayu
29
Eps.29 Persiapan
30
Eps.30 Pesta
31
Eps.31 Pertunjukan
32
Eps.32 Ancaman sesungguhnya
33
Eps.33 Keluarga
34
Eps.34 Kembali
35
Eps.35 Masa kecil
36
Eps.36 Drama pagi hari
37
Eps.37 Lamunan
38
Eps.38 Ke kantor
39
Bab.39 Tamu tak di undang
40
Eps.40 Berkunjung
41
Eps.41 Jujur
42
Eps.42 Bocah ingusan
43
Eps.43 Kepemilikan
44
Eps.44 Balapan
45
Eps.45 Luka
46
Eps.46 Penyiksaan
47
Eps.47 Pengkhianatan
48
Eps.48 Sepiring berdua
49
Eps.49 Kehebohan.
50
Eps.50 Rencana
51
Eps.51 Diusir
52
Eps.51 Angkat Kaki
53
Eps.52 Kejutan
54
Eps. 54 Kunjungan
55
Eps.55 Penyerangan
56
Eps. 56 Kejutan
57
Eps.57. Pesta Pernikahan
58
Eps.58 Pesan Andrew
59
Eps.59 Tidak Gratis
60
Eps.60 Livia
61
Eps.61 Mengantar Makan Siang
62
Eps.62 Mall
63
Bab.63 Penguntit
64
Eps.64 Bermain Kejar Tangkap
65
Eps.65 Paket
66
Eps.66 Bucin
67
Eps.67 Sahabat Alisya
68
Eps.68 Makan Malam.
69
Eps.68 Pergi Ke Vila
70
Eps.69 Pamit
71
Eps.70 Menyamar
72
Eps.71 Perkampungan
73
Eps.72 Kangen
74
Eps.73 Dimulai
75
Eps.74 Jebakan
76
Eps.75 Penghianat
77
Bab.76 Racun
78
Eps.77 Lita
79
Eps.78 Melepas Rindu
80
Eps.79 Ragu
81
Eps.80 Persiapan
82
Eps.81 Kecewa
83
Eps.82 Pembuka
84
Eps.83 Berakhir
85
Eps.84 Bonus Chapter 1
86
Eps.85 Bonus Chapter 2
87
Eps.86 Bonus Chapter-3
88
Eps.87 Bonus chapter-4
89
Berbagi Cinta: Antara Kita
90
Penakluk Sang Casanova
91
Presdir Kutu Buku
92
MS2 bab.1 Es batu
93
MS2-Bab2. Geng Venus
94
MS2-Bab.3 Ocehan Mommy
95
MS2-Bab.4 Tukang bully
96
MS2-Bab.5 Ancaman
97
MS2-Bab.6 Atropos geng
98
MS2-Bab7 Adu domba
99
MS2-Bab.8 Curiga
100
Ms2-Bab.9 Balap liar
101
MS2-Bab.10 Curang
102
MS2-Bab.11 Papa ngamuk?
103
Ms2-Bab.12 Hukuman
104
MS2-Bab.13 Mobil bergoyang
105
MS2-Bab.14 Luka
106
MS2-Bab.15 Lamaran
107
MS2-Bab.16 Balapan
108
MS2-Bab.17 Kekalahan
109
MS2-Bab18 Canggung
110
MS2-Bab.19 Terjebak
111
MS2-Bab.20 Kejutan
112
MS2-Bab21 Dihukum
113
MS2-Bab.22 Ulah Dero
114
MS2-Bab.23 Kerja
115
MS2-Bab.24 Makan malam
116
MS2-Bab.25 Penguntit
117
MS2-Bab.26 Calon kakak ipar?
118
MS2-Bab.27 Ngeles
119
MS2-Bab.28 Ketahuan
120
MS2-Bab.29 Perubahan Dikta
121
MS2-Bab.30 Ke luar dari Atropos
122
MS2-Bab.31 Disita
123
MS2-Bab.32 Jadian
124
MS2-Bab.33 Takut hantu
125
MS2-Bab.34
126
MS2-Bab.35
127
MS2-Bab.36
128
MS2-Bab.37
129
MS2-Bab.38
130
MS2-Bab.39
131
MS2-Bab.40
132
MS2-Bab.41
133
MS2-Bab.42
134
MS2-Bab.43
135
MS2-Bab.44
136
MS2-Bab.45
137
MS2-Bab. 46
138
MS2-Bab.47
139
MS2-Bab.48
140
MS2-Bab.49
141
MS2-Bab.50
142
MS2-Bab.51
143
MS2-Bab.52
144
MS2-Bab.53
145
MS2-Bab.54
146
MS2-Bab.55
147
MS2-Bab.56
148
MS2-Bab.57
149
MS2-Bab.58
150
MS2-Bab.59
151
MS2-Bab.60
152
MS2-Bab.61
153
MS2-Bab.62
154
MS2-Bab.63
155
MS2-Bab.64
156
MS2-Bab.65
157
MS2-Bab.66
158
MS2-Bab.67
159
MS2-Bab.68
160
MS2-Bab.69
161
MS2-Bab.70
162
MS2-Bab.71
163
MS2-Bab.72
164
MS2-Bab.73
165
MS2-Bab.74
166
MS2-Bab.75
167
MS2-Bab.76
168
MS2-Bab.77
169
MS2-Bab.78
170
MS2-Bab.79
171
MS2-Bab.80
172
MS2-Bab.81
173
MS2-Bab.82
174
MS2-Bab.83
175
MS2-Bab.84
176
MS2-Bab.85
177
MS2-Bab.86
178
MS2-Bab.87
179
MS2-Bab.88
180
MS2-Bab. 89
181
MS2-Bab.90

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!