Edo langsung membukakan pintu belakang mobilnya, "Silahkan masuk, Nona."
Alisya mengangguk canggung lalu masuk ke dalam mobil. Tubuhnya menegang saat melihat ada orang lain di dalam mobil itu.
"Kamu?" ucap Alisya kaget.
"Jalan." Tak menghiraukan kekagetan wanita yang duduk di sampingnya, Agra langsung memerintahkan Edo untuk mengemudikan mobil itu.
Alisya berpikir sejenak dengan alis bertaut.
Tunggu, kalau memang lelaki ini adalah atasannya Edo, berarti dia itu adalah Mr.Leonard? batin Alisya bertanya-tanya.
Alisya langsung melebarkan matanya, dengan kedua tangan menutup mulutnya yang menganga, akibat dari rasa terkejutnya.
Astaga, jadi sekarang dirinya sedang duduk berdampingan dengan seorang Mr.Leonard yang selalu jadi bahan perbincangan di kantor
Alisya hampir saja memekik keras, saat menyadari situasinya saat ini.
Mimpi apa aku semalam? Bisa bertemu dengan wakil presdir yang sangat misterius dan terkenal dingin ini. Alisya mencuri pandang pada lelaki yang tampak tak perduli padanya itu.
Gadis berpenampilan sederhana dengan kemeja putih dan rok span sampai di bawah lutut itu merutuki kelakuan dirinya barusan.
Astaga, bagaimana kalau dia memecatku, karena sudah kurang ajar padanya? Alisya melemas membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah ini.
Mr.Leonard terkenal arogan dan tak tersentuh, dia tidak mentolelir kesalahan sekecil apa pun pada setiap karyawannya.
Alisya melirik Agra dengan tatapan putus asa.
Sedangkan Agra, dia duduk santai dengan menyandarkan punggung kokohnya pada sandaran kursi mobil, salah satu tangannya memegang berkas yang sedang dia baca.
Alisya memperhatikan wajah serius lelaki yang terkenal dingin, tak tersentuh itu. Tanpa sadar dirinya terpesona dengan kesempurnaan seorang Agra Leonardo Grissham.
Pantas saja semua wanita yang sudah bertemu, dengan anak dari bos besarnya itu, akan selalu jatuh cinta dan tergila-gila padanya, gumam Alisya dalam hati.
Dia mulai menikmati pemandangan indah di hadapannya. Wajah sempurna seorang Mr.Leonard yang terlihat makin bersinar bila sedang serius dan fokus seperti itu, membuat Alisya hampir saja lupa daratan.
"Ehem." Deheman dari Agra langsung membuat Alisya tersadar, dari keterpesonaanya pada sosok lelaki yang duduk di sampingnya.
Ish, aku kenapa sih? gumam Alisya dalam hati. Dia langsung memalingkan wajahnya yang sudah merona.
Saat ini dia seperti seorang maling yang ketahuan oleh sang pemilik.
Sangat memalukan!
Wajah datar Agra sama sekali tidak menunjukan riak apa pun. Setelah dia berhasil membuat anak gadis orang menjadi salah tingkah.
Edo yang melihat interaksi absurd dari Agra, dan seorang gadis yang telah berhasil menarik perhatian sang Bos gunung esnya itu, hanya mencebik lirih.
Astaga, Tuan, setidaknya hilangkan dulu wajah datarmu dari hadapan gadis yang kau suka, ejek Edo dalam hati.
Ya, tentu saja, semua itu hanya bisa di keluarkan dalam hati. Karena kalau sampai bosnya itu tau perkataannya saat ini, sudah pasti dia tidak akan di izinkan masuk ke dalam rumah malam ini.
Tega benar memang atasannya itu.
Edo menggeleng miris, memikirkan nasibnya sendiri, yang dia anggap sangat merana karena bekerja dengan bos yang bahkan tidak tau waktu bekerja, dan kapan waktu istirahat.
Ah ... Aku mulai menyesal telah membantunya belajar dulu.
Hembusan napas kasar terdengar sampai ke bagian belakang mobil.
Agra mengalihkan pandangannya pada spion dalam.
"Hehe ... gak, Tuan, aku hanya sedang memikirkan diriku sendiri," ucap Edo membela diri.
Astaga, tatapannya kenapa selalu saja membuatku takut, umpat Edo dalam hati.
"Menyetir yang benar, jangan malah melamun!"
Edo langsung menegakkan badannya.
"Baik, Tuan," ucap Edo dengan formal.
Satu setengah jam perjalanan, akhirnya mobil sudah terparkir dengan epic di lobi kantor.
"Terima kasih Pak Edo dan Mr.Leonard," ucap Alisya sebelum keluar dari mobil.
Edo hanya menganggukan kepalanya sedangkan Agra hanya diam, seperti tidak mendengar apa yang di katakan oleh Alisya.
Setelah Alisya memasuki lobi, mobil mewah itu kembali melaju keluar dari gedung tersebut.
Sampai di dalam, Alisya langsung di todong oleh para teman-temannya dengan berbagai macam pertanyaan.
"Kamu di antar sama siapa, Sya?" tanya Delina, menarik tangan Alisya agar mengikutinya masuk ke dalam lift.
"Taksi Online," dalih Alisya.
"Jangan bohong kamu, Sya. Mana ada taksi pake mobil mewah gitu?" selidik Delina tidak percaya.
"Mana aku tau? Aku pesen taksi, trus yang dateng pake mobil begitu, ya aku naik aja," jelas Alisya.
Alisya merasa tidak berbohong, tadi dia memang sudah memesan taksi, tapi yang datang malah Edo dan Mr.Leonard. Lalu di mana letak kebohongannya coba?
Mata Delina memicing, melihat Alisya dengan penuh selidik.
"Apa?" tanya Alisya merasa tidak nyaman.
"Aku tetep gak percaya," ujar sahabat Alisya itu, dengan kedua tangan menyilang di depan dada.
"Terserah!" ucap acuh Alisya.
Ting!
Pintu lift terbuka di lantai sepuluh, tempat kantor mereka berada.
Mereka berdua berjalan melewati lorong, untuk sampai ke ruangan kerja mereka.
Kembali bekerja seperti biasanya, tanpa membahas lagi masalah pribadi, di antara mereka.
.
Di tempat lain seorang lelaki sedang memandang suasana kota yang terlihat padat, dari dinding kaca besar di kantornya.
"Sepertinya sekarang kamu sudah merasa bisa melawan kekuasaanku, karna itu kamu berani untuk menampakkan wajah mu itu di hadapannku?" Dengus lelaki itu mengepalkan kedua tangannya.
.
Agra baru saja sampai di sebuah bangunan yang terlihat seperti bekas gudang tidak terpakai.
Dia berjalan perlahan memasuki pelataran dengan manikanya menatap awas pada setiap sudut.
Semakin ke dalam dia berjalan, dapat Agra lihat bahwa di sana banyak terparkir mobil-mobil mewah.
Agra menyunggingkan sebelah bibirnya dengan langkah yang terus terayun mendekat pada bangunan itu.
Beberapa meter darinya, tampak Edo menyusul, setelah memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah di tentukan sebelumnya.
Agra mulai menundukkan tubuhnya, bersembunyi di balik mobil. Ketika melihat para pria berbadan besar yang sedang berjaga di sekitar pintu masuk.
Edo pun melakukan hal yang sama, tangannya mempersiapkan senjata yang tadi dia bawa dari mobil, untuk berjaga-jaga.
"Terima ini," bisik Edo menyerahkan sebuah senjata api berkaliber kecil yang sudah di lengkapi dengan peredam suara pada bosnya itu.
Agra langsung mengambil senjata itu dari tangan Edo dan langsung memasukannya pada saku jas di bagian dalam.
Keduanya saling melihat dan mengangguk bersama-sama, sebagai tanda kalau permainan akan segera di mulai.
Agra dan Edo berpisah dan akhirnya berjalan dengan arah yang berbeda.
Dengan menegakkan kembali tubuhnya, Agra kembali berjalan santai, seolah dia adalah salah satu pengunjung tempat itu.
Sampai di depan pintu masuk dia di periksa oleh beberapa orang, memastikan kalau dirinya tidak membawa senjata atau benda berbahaya lainnya, yang dapat melukai orang lain.
Untung saja, Agra sudah mengantisipasi kejadian seperti ini, sehingga senjata yang dia selipkan di tubuhnya benar-benar tidak terdeteksi oleh apa pun.
Agra mulai memasuki tempat itu. Baru saja dia menginjakkan satu kakinya melewati pintu, bau alkohol dan asap rokok sudah terasa sangat menyengat.
Agra mendengus merasa tidak nyaman dengan bau yang menusuk hidungnya.
Kalau hanya asap rokok dia tak masalah, karena dirinya juga masih suka melakukan hal itu. Akan tetapi, kalau bau alkohol, dirinya sama sekali tak suka. Walaupun Agra masih suka pergi ke klub, akan tetapi, dia tak pernah sekalipun melanggar peraturan dari sang Ayah angkat.
Kalau untuk meminum anggur di suatu pesta atau perjamuan, mungkin itu masih bisa di toleransi oleh Andrew. Akan tetapi, bila pergi ke klub hanya untuk minum, ayah angkatnya itu pasti akan menghajarnya sampai babak belur.
...🦅...
...🦅...
...TBC...
...🙏😊🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Cahaya Sidrap
next thor
2024-07-08
0
Rara Kusumadewi
takut gak bisa punya anak nanti...makanya tegas king Andrew....untuk Agra biar gak konsumsi
2023-11-14
2
Adiwaluyo
bagus nih ga minum alkohol
2022-12-11
1