...Happy Reading...
...🦅...
Agra menghentikan mobil yang dikendarainya di depan sebuah rumah yang cukup besar bagi orang-orang di negara itu.
Dia memilih berdiam diri di sana, memperhatikan rumah yang terlihat masih sama seperti dulu. Walau ada sedikit perubahan di beberapa tempat. Akan tetapi, tidak merubah keaslian bangunan yang sejak sepuluh tahun lalu dia tinggalkan.
Ya, itu adalah rumah keluarga Ainsley, keluarga kandung Agra yang sudah dia tinggalkan sepuluh tahun lalu.
Agra melihat dari seberang jalan, mengenang semua kenangan masa lalu yang membuat dadanya terasa sesak.
Hampir tiga puluh menit Agra berada di sana, tanpa melakukan apa pun selain memperhatikan rumah itu.
Hingga perlahan pintu gerbang itu terbuka, dia pun melihat ada sebuah mobil keluar dari pintu gerbang.
"Mama," gumam Agra melihat sekilas wanita yang ada di dalam mobil tersebut.
Dalam hati, ingin sekali Agra berlari menghampiri sang ibu yang sangat dia rindukan.
Namun kemudian, dia menggeleng. Tidak, ini bukan waktu yang tepat, ada saatnya nanti dia akan datang kembali pada keluarga kandungnya itu.
Agra kembali mengendarai mobil dan pergi dari tempat itu, tanpa ada yang menyadari keberadaannya.
.
.
Malam ini Agra sudah siap dengan pakaian santai namun masih terkesan sedikit formal.
Dia akan menghadiri acara reuni kelasnya di sebuah restoran, milik salah satu alumni yang baru saja membuk cabang di kota itu.
"Tuan, semua sudah siap," Edo melaporkan persiapan keberangkatan Agra.
"Hm. Malam ini aku ingin pergi sendiri," ucap Agra menyambar kunci motor sport miliknya di tangan sang asisten.
"Baik, Tuan," patuh Edo mengangguk paham.
Agra berjalan menuju lift yang akan membawanya langsung pada parkiran khusus, di apartemen yang dia tempati.
Sampai di sana dia sudah melihat sebuah motor sport berwarna hitam terparkir dengan gagahnya.
Agra tersenyum samar, melihat kinerja para anak buahnya yang selalu saja sempurna.
Seorang lelaki bertubuh tegap mengulurkan sebuah helm berwarna hitam kepadanya.
Agra menerimanya dan memakainya, dia kemudian naik ke atas motor ber–CC besar itu, lalu menarik resleting jaket kulit yang dia pakai, untuk menghindari angin malam yang akan langsung menerpa tubuhnya.
Menyalakan mesin motor, dia sempat menarik gas dan mencoba menggebernya, sebelum melaju cepat, keluar dari area parkir khusus apartemen itu. Melesat membelah jalanan kota yang masih terlihat cukup ramai.
Beberapa waktu kemudian Agra sudah berada di parkiran sebuah restoran yang lumayan besar.
Orang-orang yang saat itu masih ada di parkiran, mengalihkan perhatiannya pada sosok asing yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
Agra bersikap acuh, membuka helm yang dia pakai dengan gayanya yang selalu menawan bagi setiap orang yang melihat. Dia mengedarkan pandangannya, meneliti setiap sudut bagian depan restoran itu. Tangannya menarik resleting jaketnya secara perlahan.
Turun dari motor sambil membuka kaos tangan yang dia pakai. Orang-orang semakin dibuat terpukau saat Agra sedikit memainkan rambut di puncak kepalanya, hingga sedikit berantakan.
Berjalan masuk dengan wajah datar yang selalu ditampilkannya, tidak menyurutkan pesona seorang Agra, bagi para perempuan di sekitarnya.
Beberapa saat kemudian Agra sudah berada di dalam restoran, tempat acara malam ini berlangsung.
Seperti di parkiran, di dalam pun keriuhan itu kembali terulang. Banyak para wanita yang menjerit tertahan, melihat kesempurnaan seorang pria yang baru saja masuk ke ruangan itu.
"Siapa tuh cowok? Ganteng banget ya."
"Wah, gil* itu sih bukan ganteng lagi tapi super ganteng!"
"Iya, Gue kok baru liat dia ya ... siapa dia?"
Begitulah kira-kira suara berisik yang terdengar oleh telinga tajam milik Agra. Akan tetapi, Agra tidak memperdulikan semua itu.
Semua itu adalah sesuatu yang dianggap biasa bagi seorang Agra. Dipuja banyak kaum hawa sudah tidak membuatnya merasa tersanjung.
Agra malah sibuk mengedarkan pandangannya pada seluruh area restoran, mencari dua orang sahabat yang menjadi tujuannya berada di sini sekarang.
Tatapannya terkunci pada sebuah meja yang berada di pojok ruangan tempat tiga orang pria sedang berbicara.
Agra berjalan dengan diiringi sorot kagum para alumni sekolah SMA, tempatnya menimba ilmu beberapa tahun lalu.
Tanpa permisi dia langsung duduk dan bergabung di meja itu, membuat atensi orang yang berada di sana langsung teralihkan kepadanya.
Lelaki itu duduk santai, melipat kedua tangannya di depan dada lalu membuka kaca mata hitam yang sejak tadi bertengger apik di hidung mancung nya.
Terdengar teriakan tertahan yang keluar dari mulut para perempuan yang ada di ruangan itu, saat melihat Agra melepaskan kaca matanya dengan gaya yang sangat memukau.
"Sagara!" ucap Roman dan Luis bersamaan.
Sejak tadi mereka hanya diam, dan memperhatikan orang yang baru saja duduk di depan keduanya. Hingga kini keduanya baru mengingat kejadian di kafe beberapa hari lalu. Sagara menyunggingkan sebelah ujung bibirnya, mendengar ucapan kedua sahabatnya itu.
"Hah! Itu Sagara, kok bisa berubah banget ya?"
"Ternyata Sagara masih hidup. Aku kira dia sudah meninggal karena selama sepuluh tahun ini dia gak ada kabar."
"Iya, bukannya dia menghilang setelah acara perpisahan kita ya?"
Terdengar suara orang-orang yang rusuh membicarakan kehadiran Sagara, atau yang sekarang lebih di kenal dengan nama Agra.
"Jadi loe Sagara? Loe berubah banget sekarang!" ucap seorang lelaki yang sedang duduk bersama dengannya saat ini.
Sagara hanya melirik sekilas lalu menganggukkan kepala, dan kembali bersikap acuh.
"Sagara, lo kemana aja selama ini? Kita berdua nyariin lo ke rumah, tapi kata mereka, lo pergi dari rumah," cerocos Roman.
Bugh...
"Kita berdua kangen banget sama lo, Bro." Luis dan Roman langsung menyerbu Agra dan memeluknya erat.
Mereka bertiga sudah bersahabat sejak masih sekolah di bangku SMP, sampai akhirnya Sagara hilang tanpa kabar maupun jejak.
Kedua lelaki itu merasa sangat kehilangan sosok yang selama ini sudah seperti menjadi leader, untuk mereka.
"Gue juga kangen sama kalian," jawab Agra, melepas paksa pelukan kedua sahabatnya itu.
Dia akhirnya ikut dalam acara reuni malam itu, dengan aura dingin yang menghiasi sosok seorang Agra, hingga membuat sebagian temannya menjadi canggung dan memilih menghindar darinya.
Agra lebih memilih sibuk dengan ponsel di tangannya. Sesekali dia menyahut celotehan dari kedua sahabat nya, atau menjawab pertanyaan, itupun dia lakukan hanya dengan deheman atau gerakan kepala saja.
Ditengah pesta yang semakin ramai, suara riuh kembali terdengar, saat ada sosok wanita cantik dengan pakaian minim dan membentuk lekuk tubuh memasuki ruangan itu.
Di sampingnya berdiri lelaki tinggi dengan wajah tampan di atas rata-rata, walau tak setampan Agra, memeluk posesif pinggang wanita seksi itu.
Agra tak peduli, dia masih memilih sibuk dengan benda pipih di tangannya.
"Ga, ada Citra tuh!" seruan yang terdengar cukup kencang. Namun, tidak sampai terdengar oleh orang lain, membuat Agra melirik sekilas ke arah Roman.
"Aku tau," jawab singkat Agra, lalu kembali sibuk dengan ponselnya.
Roman dan Luis hanya bisa melongo, melihat reaksi Agra.
Astaga apa Sagara tidak tau, kalau sekarang Citra sudah menjadi model internasional? Roman dan Luis hanya bisa menggeleng pasrah.
"Ga, dia ke sini." Luis mengoyangkan tangan Agra yang sedang mengetik sesuatu di dalam ponsel pintarnya.
"Ish, Loe bisa diem gak sih?" desisi Agra menatap tajam salah satu sahabatnya itu.
Dia saat ini sedang berbalas pesan dengan Andrew dan itu sangat penting. Akan tetapi, sahabatnya ini malah meributkan sesuatu yang sama sekali tidak pantas untuk di bahas.
"Sagara, apa itu kamu?"
Suara yang terdengar halus bagi para lelaki. Akan tetapi, begitu menjijikan di telinga Agra. Lelaki itu tak menyahut, ia masih saja menunduk, seakan tak mendengar seruan dari wanita yang berdiri di sampingnya.
"Sagara!" Citra sedikit membungkukkan badannya dengan salah satu tangan di pundak Agra.
Agra melirik tajam wajah yang saat ini sejajar dengan dirinya.
"Singkirkan!" desis Agra dengan nada penuh penekanan.
Roman dan Luis sudah menegang, merasakan aura dingin yang kian mencekam di sekitarnya.
"Astaga kenapa Citra berani membuat Agra marah!" umpat keduanya, menatap horor wajah keras Agra.
"Oh, astaga ... ini benar kamu kan, aku kangen sekali padamu Sagara!" ucap Citra tanpa permisi langsung duduk di samping Agra.
Agra menggeram marah, melihat sikap lancang dan tak tau malu yang di tunjukan oleh Citra saat ini.
Si*l, kemana lelaki yang tadi bersama dengan wanita kurang ajar ini, kenapa sekarang tiba-tiba menghilang. Agra mengumpat dalam hati.
Matanya memberi kode pada kedua sahabatnya, agar secepatnya menyingkirkan wanita ulat itu dari sisinya.
Dia mungkin bisa menderita alergi, jika terus berdekatan dengan wanita semacam Citra.
...🦅...
...🦅...
...TBC...
...🙏😊🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Cahaya Sidrap
lanjut thor
2024-07-08
0
Adiwaluyo
lanjut bos
2022-12-11
1
Ken arok
anjiiir alergi, dia sih wanita jadi2an
2022-10-11
1