...Happy Reading...
...🦅...
...Mulai bab ini Sagara akan di sebut dengan nama Agra...
Pagi pertama Sagara atau Agra berada di mansion milik Tuan Andrew. Dia di kagetkan oleh Edo, yang langsung mendatangi Agra saat dirinya masih asik bergelung di bawah selimut tebalnya.
“Pagi, Tuan Agra. Sekarang sudah saatnya Anda untuk bangun,“ suara Edo mengganggu tidur nyenyak Agra.
“Emh,“ Agra menelungkupkan badannya dan menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.
Bagaimana mungkin dia bisa bangun sepagi ini, saat ketika di rumahnya bahkan sang mama harus selalu bersabar dengan Agra yang susah untuk bangun pagi.
“Tuan, Tuan Andrew sudah menunggu anda di ruang latihan," ucap Edo lagi yang langsung membuat Agra terbangun.
Ya ampun, aku lupa kalau sekarang aku sedang berada di rumah orang itu! gumam Agra dalam hati, sambil membuka mata dan beranjak duduk, dengan nyawa yang baru terkumpul setengah.
"Astaga, jam berapa ini, kenapa kamu sudah mengganggu tidurku?” Agra menggerutu sambil mengacak rambutnya.
“Jam lima Pagi, Tuan," jawab Edo santai.
Hah, yang benar saja, biasanya aku bangun jam tujuh pagi, umpat Agra dalam hati, melihat Edo tajam
“Kamu! Siapa kamu? Kenapa kamu ada di kamarku?” tunjuk Agra saat baru menyadari kalau yang membangunkannya bukan orang yang kemarin malam ia temui.
“Saya Edo, Tuan. Saya di tugaskan oleh Tuan Andrew untuk mendampingi, Anda." jelas Edo.
Agra melihat Edo dari ujung kaki sampai ujung kepala, seorang remaja seperti dirinya, tapi sudah memiliki tubuh yang terbentuk sempurna dengan pakaian serba hitam yang membalut tubuh terawatnya.
Berbeda sekali dengan dirinya yang masih terlihat kurus dengan kulit dan tubuh yang terlihat kusut tak terawat.
“Sebaiknya Anda segera mandi, sebelum Tuan Andrew memberi hukuman karena Anda sudah terlambat sekarang," ujar Edo lagi menyadarkan lamunan Arga.
“Hukum? Memangnya aku salah apa sampai harus di hukum?” tanya Agra tak mengerti.
“Karena Anda sudah membuat Tuan membuang waktunya sia-sia, hanya untuk menunggu anda bersiap. Itu sangat tidak di sukai oleh Tuan Andrew," jelas Edo yang membuat Agra langsung bangkit dan berlari menuju kamar mandi.
Untung saja kemarin malam butler Heru sudah menjelaskan semua isi kamar dan fungsinya, hingga saat ini Agra tak harus bingung lagi.
.
Dua puluh menit kemudian, Agra sudah siap dengan baju latihan yang telah di siapkan oleh Edo sebelumnya.
Sekarang ia sedang berdiri di hadapan Andrew, di sebuah ruangan latihan di bagian belakang mansion.
“Mulai pagi ini kamu sudah harus berlatih bertarung, menggunakan senjata dan mengelola sebuah perusahaan. Aku akan mendatangkan pelatih untukmu, dan selama itu kamu akan di temani oleh Edo sebagai asisten pribadimu," jelas Tuan Andrew panjang lebar, membuat Agra langsung membelalakan matanya.
Yang benar saja ....
Agra itu seorang manusia bukan robot, hingga mampu menerima semua program pembelajaran itu sekaligus.
“Kamu juga bisa menanyakan apa saja yang tidak kamu mengerti kepada Edo, walaupun dia berumur satu tahun lebih muda darimu. Tapi, dia jauh lebih baik di banding dirimu," sambungnya lagi, sedikit memanaskan hati Agra.
Agra melirik Edo dengan kening berkerut, dia sedikit tidak percaya dengan perkataan laki-laki paruh baya itu.
Apa benar anak ini sudah sepandai itu? Aku rasa Tuan Andrew hanya membual, agar aku bisa berlatih lebih giat lagi, gumam Agra dalam hati.
“Kamu siap menerima semua pelajaran yang sudah aku susun untuk mu?” tanya Andrew.
“Siap, Tuan!" ucap Agra mantap.
Setelah mendengar jawaban dari Arga, Andrew langsung pergi meninggalkan Agra dan Edo berdua.
“Di sini semuanya hidup dengan teratur, jadi jangan pernah berpikir untuk melanggar semua aturan yang sudah ada. Bila kamu mau tetap ada di sini." Edo berucap setelah melihat Andrew pergi meninggalkan mereka berdua.
Agra mengangguk paham.
Mereka berdua akhirnya melakukan pemanasan dengan Edo sebagai pelatih sementara untuk Agra.
Agra yang sebelumnya hidup dengan seenaknya sendiri, kini harus hidup dengan berbagai latihan dan peraturan yang ternyata sangat melelahkan.
Beberapa saat kemudian, datang seorang lelaki berbadan kekar dan langsung membimbing Agra untuk berlatih.
.
Mulai saat itu kehidupan Agra berubah drastis, lima hari dalam satu minggu ia harus menjalani latihan berat ala militer. Dua hari yang lainnya ia habiskan dengan belajar bisnis dan teknis lainnya, yang akan mendukung setiap langkahnya ke depan.
Agra yang memang pintar, tak merasa kesulitan sama sekali. Hanya saja sesekali ia merasa berat menjalani latihan fisik yang sangat keras dan cukup menyiksa.
Namun, rasa kecewa dan keinginan untuk membuktikan bahwa dirinya bisa bangkit sendiri, kepada orang-orang yang sudah menghina dan memfitnahnya. Hingga membuat sang mama menjatuhkan air mata karena kecewa, selalu Agra jadikan motivasi untuk dia, agar lebih semangat lagi.
Agra menganggap semua ini adalah jalan untuknya, agar bisa membalas semua perlakuan mereka padanya dengan cara yang cantik suatu hari nanti.
Seperti sekarang ini, Agra sedang berlatih menembak dalam jarak dekat.
Prok ... prok ... prok ....
Suara tepuk tangan mengagetkan Agra yang baru saja menyelesaikan tembakan beruntun berjarak lima meter pada beberapa target yang berjejer di depannya.
“Perkembangan kamu cukup bagus," ucap Andrew yang kebetulan sedang ada di tempat latihan, dan menyempatkan diri untuk melihat Agra.
“Terima kasih, ini semua berkat, Tuan," jawab Agra membungkuk dalam, di depan Andrew, sebagai tanda hormat.
“Kamu memang berbakat," balas Andrew tersenyum tipis sambil menepuk pundak Agra.
“Besok kau ikut denganku," ucapnya lagi.
“Baik, Tuan!" ucap mantap Agra.
Selama hampir satu tahun ini dia terkurung di mansion, hanya terus fokus pada pelajaran yang di berikan oleh beberapa orang berbeda, mereka selalu datang silih berganti untuk mengajarinya.
“Teruskan!" perintah Andrew, lalu, dia terlihat pergi meninggalkan arena latihan tembak itu.
Selama hampir setahun ini Agra berada di mansion itu, Andrew memang jarang berada di sana. Dia hanya akan berada di mansion beberapa hari saja, lalu kemudian pergi lagi entah ke mana. Dan itu terus berlanjut sampai sekarang.
Agra bahkan tidak pernah tahu apa sebenarnya pekerjaan Tuan Andrew. Semua orang yang Agra tanya tentang Andrew, selalu bungkam dan memilih untuk tidak mengatakan apa pun padanya.
Agra juga tidak tahu kemana pergi ya Max, dia tidak pernah lagi melihatnya setelah hari dimana Max mengantarkannya ke mansion ini.
Tuan Andrew pernah bilang kalau Max sudah kembali ke negaranya karena tugasnya sudah selesai.
.
.
Seperti yang di katakan Andrew kemarin, hari ini Agra pergi bersama Andrew ke suatu tempat.
Agra sangat bersemangat, dia sudah sangat merindukan dunia luar yang sudah lama tidak pernah lagi dia lihat. Akan tetapi, dia juga tidak berani untuk sekedar meminta ijin pada Andrew.
Setelah makan siang dia dan Andrew langsung pergi dari mansion, dengan menggunakan salah satu mobil sport yang sudah lama berjejer epik di dalam garasi.
Sekitar empat puluh lima menit berkendara, akhirnya Agra dan Andrew tiba di suatu tempat yang terlihat jauh dari pemukiman penduduk.
Di sana ada dua buah bangunan besar dalam satu wilayah, kedua bangunan itu terhubung melalui sebuah jembatan di tengahnya.
Andrew langsung berjalan masuk ke dalam, diikuti oleh Agra yang senantiasa berjalan di belakang Andrew.
Agra kembali dibuat tak dapat berkata-kata oleh segala kemewahan yang ada di sana, di dalam sana ternyata sangat berbeda dengan tampak luar yang terlihat seperti sebuah gedung lama.
Tuan Andrew dan Agra langsung di sambut oleh beberapa orang pria bertubuh kekar yang berjaga di pintu masuk.
“Selamat malam King!" ucap mereka sambil membungkuk dalam di hadapan Andrew.
Tak ada jawaban dari Andrew, dia hanya mengangguk samar, lalu meneruskan langkahnya menuju ke dalam.
Agra hanya memerhatikan sikap orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk sikap Andrew saat berhadapan dengan para anak buahnya.
Andrew membawanya semakin ke dalam, sesekali mereka berpapasan dengan para pria yang nampak sibuk, entah sedang mengerjakan apa. Walaupun Agra merasa sangat penasaran dengan orang-orang itu. Akan tetapi, ria juga tidak berani untuk bertanya pada Andrew, hingga dia memilih untuk tetap diam.
Mereka berdua akhirnya sampai di suatu pintu yang sangat besar, dua orang penjaga pintu itu langsung membungkukkan tubuh dengan sapaan khas seperti orang yang lainnya. Mereka pun langsung membukakan pintu, untuk Andrew sedang Agra.
“Kamu cukup melihat, jangan bertanya apa pun, bila aku tidak perintahkan," ucap Andrew, sebelum pintu di hadapan mereka terbuka.
“Baik, Tuan," angguk Agra.
Agra melebarkan matanya saat melihat isi ruangan itu, perutnya yang beberapa waktu lalu terisi, tiba-tiba terasa bergejolak, melihat orang-orang yang ada di sana.
...🦅...
...🦅...
...TBC...
...🙏😊😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Je'89
siapp komandan...
2024-07-15
0
Cahaya Sidrap
semangat thor
2024-07-08
0
CahTheLoel
Arga atau Agra neh yg bener 🤔🤔
2023-11-21
0