...Happy Reading...
"Turun!" tekan Agra, saat dia baru saja memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran khusus sebuah apartemen mewah.
"Ini dimana, kenapa kamu bawa aku ke sini?" tanya Alisya penuh selidik.
Namun, Agra tidak menhiraukannya, dia bersikap acuh, sambil membuka kaca mobilnya.
"Tuan." Seorang lelaki dengan postur tubuh tinggi kekar, menghampiri mobil Agra.
"Kamu bawa gadis ini ke atas, kunci dia di dalam!" perintah Agra sambil melirik pada Alisya.
Laki-laki yang tak lain adalah anak buah Agra itu, sedikit bingung dengan perintah tuannya, hanya saja dia tidak berani untuk bertanya kepada ketuanya itu.
"Baik, Tuan," angguk lelaki itu, lalu berjalan memutar untuk membukakan pintu mobil.
"Tunggu, kenapa aku diturunkan di sini? Kamu mau ke mana? Dia siapa?" cerocos Alisya, sambil mencoba menolak untuk turun.
"Ikutu dia, aku masih ada pekerjaan di luar!" ucap Agra, lebih seperti memerintahkan.
Dia benar-benar tidak menganggap semua pertanyaan dari Alisya.
"Ta–tapi,"
"Kalau kamu tidak mau, juga tidak apa-apa. Tapi keluar dari mobilku sekarang, aku masih mempunyai pekerjaan penting, dari pada harus mengurus wanita sepertimu!" tajam Agra, dengan wajah datar, tanpa ekspresi.
Alisya yang masih mau mendebat laki-laki di sampingnya itu, langsung mengerutkan tubuhnya, takut dengan sikap Agra yang terlihat berbeda.
Akhirnya, dengan sisa kepercayaannya pada laki-laki yang baru saja dia temui, Alisya turun dari mobil Agra dan mengikuti perintahnya.
Belum sempat Alisya berbalik, mobil Agra sudah melaju kembali, meninggalkan Alisya yang menatapnya nanar.
"Mari, Nona, saya antar ke atas," suara laki-laki yang tadi membukakan pintu untuknya, menyadarkan Alisya.
Alisya menatap penuh selidik lelaki di sampingnya itu, dengan berbagai pertanyaan di dalam benaknya.
"Mari," ucap lelaki itu lagi, mengulurkan tangannya, untuk memberi jalan pada Alisya.
Walau sedikit waspada dan merasa takut pada laki-laki tidak dikenal itu. Akan tetapi, gadis dengan kebaya putih itu, terus mengikuti langkah kaki laki-laki kekar tadi.
"Silahkan masuk, Nona." ujar laki-laki itu, sambil membuka pintu unit apartemen milik Agra.
Alisya menatap kembali wajah lakiasing itu, sebelum perlahan melangkah masuk ke dalam. Sampai di dalam dia dibuat bengong, melihat semua kemewahan yang baru kali ini dia temuai.
"Kalau begitu saya permisi, Nona." Alisya hanya mengangguk dengan pandangannya tak lepas menelisik setiap isi dari apartemen mewah itu.
"Wah, ini apartemen mewah sekali," ucap Alisya dengan binar kagum dari kedua manik hitamnya, sambil terus melangkah masuk.
.
.
Di tempat lain, Agra masih tampak sibuk dengan segala pekerjaannya. Di depannya terlihat seorang pria yang hanya berbeda satu tahun di bawahnya, juga tampak sibuk dengan laptop dan berkas di tangannya.
Sesekali mereka tampak berbincang, mendiskusikan pekerjaan yang sedang mereka kerjakan bersama.
Tok, tok, tok!
Suara ketukan pintu, langsung mengalihkan perhatian kedua lelaki tampan itu.
"Tuan, saya membawa laporan tugas yang anda berikan," seorang laki-laki dengan kepala pelontos masuk ke dalam ruangan, setelah mendapatkan ijin dari sang empunya.
Agra langsung mengalihkan pandangannya pada orang di depannya.
Edo yang tau maksud dari tatapan Agra, langsung mengambil map dari tangan salah satu anak buahnya itu.
"Kamu boleh keluar sekarang," ucap Edo.
"Baik, Tuan. Saya permisi." Sedikit membungkukkan tubuhnya kepada Agra, sebelum berbalik menuju pintu keluar.
Agra melihat laporan yang di bawa oleh anak buahnya itu. Keningnya sedikit berkerut, melihat apa saja isi laporan yang ada di sana.
Tidak lama kemudian, Edo bisa melihat sunggingan senyum yang menurutnya sangat mengerikan dari wajah tampan sang bos itu.
"Coba kau lihat ini," ucap Agra menaruh map berwarna biru tua itu di depan Edo.
Edo langsung menautkan kedua alisnya, saat dia melihat itu adalah biodata dari seorang gadis, lengkap dengan keluarga dan perjalanan hidupnya.
Sejak kapan, bos, perduli dengan seorang perempuan? batin Edo.
"Siapa ini, Tuan?" tanya Edo, setelah membaca semua laporan di tangannya.
"Itu adalah perempuan yang tidak sengaja aku temukan di jalan, tadi siang," jelas Agra, menyandarkan punggungnya pada kursi.
Hah? Sejak kapan gunung es ini, peduli dengan seseorang? kedua alis Edo bertaut dengan wajah yang terlihat sangat terkejut.
"Tidak usah berlebihan, aku hanya menolongnya karena dia memaksa," jelas Agra.
Edo menganggukkan kepalanya, walau di dalam hati masih merasa ada yang janggal. Tidak biasa tuannya itu bisa dipaksa oleh seseorang, apalagi ini hanyalah seorang gadis.
"Lalu di mana sekarang gadis itu?" tanya Edo.
"Di apartemen." Ucapan santai dari sang ketua, membuat Edo langsung membulatkan matanya.
Astaga, sekarang dia bahkan sudah memasukkannya ke dalam apartemen! Bagaimana kalau sampai big bos tau? batin Edo merasa frustrasi.
"Tidak usah melihatku seperti itu, aku akan menjadikannya pembantu di apartemen, agar dia bisa terikat dengan kita," ujar Agra dengan salah satu bibir terangkat naik.
"Suatu kebetulan yang menguntungkan, bukan?" Agra mengangkat salah satu alisnya.
"Kita bisa memanfaatkannya untuk memancing si tua itu agar keluar dari sarangnya, sekaligus mendapatkan orang untuk membersihkan apartemen kita."
Edo akhirnya mengerti dengan apa yang dimaksud oleh tuannya, dia pun menghembuskan napas kasar, merasa lega.
Ternyata jiwa mafia dalam dirinya semakin kuat saja. batin Edo.
"Baiklah, sesuai perintah anda, Tuan," ucap Pasrah Edo.
Mungkin ini cara yang tepat, agar Agra dapat segera membalaskan dendamnya pada orang yang telah menghancurkan hidupnya, dulu.
.
.
Hari sudah beranjak sore, Alisya berjalan mondar-mandir dengan bosan. Dirinya sudah hampir empat jam terkurung di apartemen super mewah ini, tanpa tau apa yang harus dia lakukan.
Berjalan menuju kulkas besar yang berada di pantry. Ketika ini dia merasakan perutnya meminta untuk di isi.
Menghela napas berat, saat matanya tak melihat apapun di sana, hanya ada beberapa botol minuman bersoda dan air mineral dalam botol.
"Astaga, apa dia tidak pernah makan? Kenapa tidak ada satupun makanan di sini?" umpatnya dengan wajah kesal.
Pagi tadi dia hanya di beri roti isi, dan sampai saat ini dia belum makan apapun lagi. Perutnya, bahkan sudah berbunyi sejak tadi.
Beralih pada deretan pintu kitcen set yang ada di dapur itu, berharap ada satu saja bahan masakan di sana. Akan tetapi, lagi-lagi dia harus kecewa, saat tak menemukan apapun di sana.
Memilih berjalan kembali ke dalam ruang keluarga, merbahkan dirinya di atas sofa besar yang lumayan nyaman untuknya, dia pun menutup mata, mencoba untuk tertidur demi mengurangi rasa laparnya.
Dasar laki-laki tega, bisa-bisanya dia mengurung seorang perempuan tanpa diberi makan seperti ini? umpat Alisya di dalam hati.
.
.
Waktu sudah semakin larut, saat Agra baru saja sampai di parkiran apartemen bersama dengan Edo.
Cklek!
Edo membukakakan pintu apartemen untuk sang bos, gunung esnya itu.
"Astaga!" kaget Agra saat mendapati seorang gadis yang tertidur di atas sofa.
Edo yang berada di belakang Agra, bergeser sedikit ke samping, agar bisa melihat apa yang membuat bosnya itu terkejut.
Jadi ini, gadis yang di bicarakan tadi siang, batin Edo, melihat perempuan yang lumayan cantik, berbalut kebaya modern dan make-up yang sudah terlihat sedikit luntur, sedang tertidur pulas dengan posisi meringkuk di atas sofa.
"Bangunkan dia, dan berikan baju ganti," perintah Agra acuh, lalu berjalan menuju tangga, untuk sampai pada kamarnya di lantai dua.
Edo hanya bisa melongo, mendengar perintah dari sang ketua.
Bagaimana caranya, aku memberikan pakaian pada gadis itu, saat aku sendiri tidak pernah sama sekali berurusan dengan makhluk yang bernama perempuan? Astaga, ini benar-benar memusingkan! Edo mengumpat dalam hati.
Menggaruk kepala Bagian belakang yang sama sekali tidak berasa gatal, sambil melihat gadis di depannya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
Beberapa saat kemudian, Edo berbalik lalu berjalan keluar dari sana kembali.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Edo sudah kembali dengan beberapa paper bag di tangannya.
"Kamu siapa?" gadis yang baru saja terbangun dari tidur yang cukup pulasnya itu, menatap curiga kepada Edo.
"Kamu kan?" Alisya menunjuk Edo tajam.
"Bukannya kamu asisten pribadi lelaki es itu?" tanya Alisya, menatap Edo dengan kening berkerut dalam.
Edo menajamkan pandangannya, menatap Alisya dengan penuh selidik.
"Nona, Alisya?" tanya Edo, saat sudah mengenali gadis di depannya.
Alisya mengangguk.
Astaga, jadi wanita itu adalah Nona Alisya? Apa Tuan Es itu, sudah tau semua ini? batin Edo, bertanya pada dirinya sendiri.
"Jangan-jangan...?!" Mata Alisya langsung melotot dengan tangan kanannya menutup mulutnya yang menganga.
"Iya, ini apartemen milik, Tuan Agra." Seakan tau, apa yang di pikirkan oleh perempuan di hadapnnya, Edo berbicara lugas.
Perkataan yang didengar oleh telinganya, semakin membuat Alisya terkejut.
"Apa?!"
...🦅...
...🦅...
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Cahaya Sidrap
👏👏👏
2024-07-08
0
Jun_Ho
bahkan Edo pun kepo
2022-09-07
2
Lilis Ilham
semoga agra bucin sama alisya
2022-08-23
1