...*Happy Reading...
...🦅*...
“Bagaiman Max?” tanya lelaki paruh baya itu di dalam sambungan telponnya.
“Belum ada perubahan Tuan, anak ini masih belum membuka matanya," jelas Max, melihat seorang anak yang mungkin baru berusia tujuh belas tahun masih terbaring tak sadarkan diri sejak dua minggu yang lalu.
“Hm... kabari saya terus perkembangannya," ucap dingin lelaki paruh baya itu.
“Baik Tuan," jawab Max sebelum bosnya itu mematikan teleponnya.
.
Max terkejut, ketika ia baru saja sampai di lorong, tempat kamar dimana remaja yang di tabraknya itu di rawat, kini terlihat banyak dokter dan perawat yang berlarian.
Max semakin mempercepat langkahnya, dalam hati ia sudah takut terjadi sesuatu dengan anak itu.
Selama dua minggu ini, ia sendirilah yang mengurus anak itu, hingga tanpa di sadari muncul rasa aneh di dalam dirinya, saat ia dekat dengan anak itu.
Walaupun anak itu tidak bisa apa-apa, dia hanya terbaring tak berdaya, di atas brangkar rumah sakit.
Selama dua minggu ini, Bosnya juga sudah mencari siapa sebenarnya anak yang di tabrak oleh Max, tetapi, semua itu selalu mendapat jalan buntu, tidak ada yang tau identitas anak itu hingga akhirnya sang Bos menyuruhnya untuk menjaga anak itu.
BRAK...
Semua orang yang sedang berada di dalam ruangan, otomatis mengalihkan perhatiannya pada Max yang masuk dengan sangat kasar, hingga terdengar benturan kerasa antara pintu dan dinding.
Perlahan Max berjalan menghampiri brangkar tempat seseorang terbaring di sana.
“Bagaimana keadaannya?” tanyanya, tanpa mengalihkan pandangan pada anak remaja, yang sudah membuka mata dan berbalik menatapnya tajam.
Perasaan Max begitu lega saat ia dapat melihat, ternyata remaja yang ia tabrak ternyata sudah sadar.
“Kondisinya sudah stabil, Tuan. Hanya saja sepertinya dia mengalami amnesia karena cedera otak yang di alami," jelas dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan anak remaja itu.
“Amnesia?" Max mengerutkan keningnya.
“Iya, Tuan. Dia mengalami hilang ingatan–"
“Sampai kapan?” Max langsung memotong penjelasan dokter itu.
“Kami tidak bisa memprediksi kapan ingatannya kembali, hanya saja biasanya kalau dia di dekatkan dengan masa lalunya, itu bisa membantu proses penyembuhannya," jelas dokter kemudian.
Max mengangguk, walau ia masih sedikit bingung.
“Baiklah, kalian boleh keluar." Max duduk di samping brangkar.
“Kamu, ingat namamu?” tanyanya menatap mata remaja di depannya.
Remaja itu menggeleng tanda tidak mengingatnya. Tatapannya terlihat bingung dengan alis bertaut.
“Kakak siapa?” tanya Remaja itu kepada Max.
“Aku? A–aku orang yang membawamu ke sini," gagapnya menunjuk dirinya sendiri.
“Lalu siapa namaku? Kenapa aku bisa ada di sini?” tanya remaja itu lagi.
“Emh, Aku–” Max menceritakan kejadian malam di mana Max tak sengaja menabrak remaja itu sampai sekarang.
"Jadi dia yang menabrakku malam itu. Siapa dia? Apa dia salah satu pesuruh orang itu?" batin remaja tadi berkecamuk.
Sagara... ya, remaja yang di tabrak oleh Max malam itu adalah Sagara, dia sebenarnya tidak hilang ingatan, Saga hanya berpura-pura, ia takut kalau yang menolongnya kemarin adalah orang yang selama ini terus berusaha melenyapkannya.
“Lalu mana bos Kakak itu? Aku ingin berterima kasih karena dia telah merawat ku selama ini," ucap Saga penuh selidik.
“Bosku sedang berada di kantor, selama ini akulah yang menjagamu di sini," cebik Max tidak terima.
" elama ini aku yang merawatnya, kenapa sekarang Bos yang mendapatkan ucapan terimakasih?" pikir Max mengumpat.
“Oh iya, terimakasih, kakak sudah mau merawatku," ucap Saga memberikan cengiran kuda pada Max sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Dia baru sadar kalau orang di hadapannya ini sedang dalam mode iri kepada Bos nya sendiri.
“Iya-iya ... jangan panggil kakak lah, geli aku dengernya," ucap Max dengan expresi geli di wajahnya.
“Terus aku harus panggil siapa? Om?” Saga mengangkat satu alisnya.
“Enak saja, memang kapan aku menikah dengan bibimu! Lagian saya belum se-tua itu," gerutu Max
“Panggil Max saja, jangan panggil yang lain!" peringat Max
“Baiklah," angguk Sagara patuh.
“Sekarang kamu butuh apa? Biar aku siapkan," tanya Max.
“Emh ... boleh tidak kau bawa aku ke luar, aku bosan terus berada di sini," keluh Sagara.
“Dasar anak ini! Kau baru saja sadar setelah dua minggu koma terus sekarang langsung mau keluar, ck ... ck ... ck ....” kesal Max.
“Entahlah ... tapi, aku tak suka saja berada di ruangan ini, terasa pengap," keluh Sagara, mengedikan bahunya acuh.
“Baiklah ... tunggu di sini, saya tanya dokter yang merawatmu dulu," ucap Max yang langsung di angguki oleh Sagara.
Sepertinya dia bukan salah satu anak buah orang itu, gumam Sagara dalam hati, melihat Max yang berjalan keluar dari ruangannya.
Tapi, lebih baik aku berpura-pura seperti ini sampai aku merasa aman dari si brengsek itu, gumamnya lagi di dalam hati.
Beberapa menit kemudian Max kembali lagi dengan mendorong sebuah kursi roda.
“Ayo, dokter sudah memperbolehkanmu keluar. Tapi, hanya di taman sekitar sini saja." Max membantu Sagara, untuk duduk di kursi roda dengan benar.
Keluar dari kamarnya, Sagara mengerinyitkan alisnya bingung.
Kenapa suasana di sini seperti bukan di negara kelahiranku? Orang-orang juga berbicara menggunakan bahasa yang berbeda, batin sagara.
“Max, ini di mana?" tanya Sagara bingung.
“Ini di negara A, Bos terpaksa membawamu ke sini karena dia memang bertempat tinggal di sini dan semua pekerjaannya ada di sini," jelas Max.
“Hah! Bagaimana bisa?!" kaget Sagara, tak sadar ia berteriak cukup kencang, sampai orang yang ada di sekitarnya mengalihkan pandangannya pada mereka berdua.
“Pelankan suaramu, jangan bertingkah seperti seorang gadis," desis Max tajam.
“Hehe ... maaf," cengir Sagara, akhirnya mereka berdua sampai di taman rumah sakit, Sagara tampak sangat menikmati suasana hari itu.
Baguslah kalau aku sekarang jauh dari mereka. Tapi, bagaimana aku bisa bertahan hidup di negri orang, tanpa ada orang yang aku kenal dan tanpa uang sepeser pun?" pikir Sagara.
Lebih baik aku terus berpura-pura seperti ini, Aku tidak mau kembali ke negara itu sebelum aku sukses dan bisa mengungkapkan semua kebenaran yang selama ini terjadi kepadaku, batin Sagara, setelah lama berpikir.
"Ayo, sebaiknya kita segera masuk, kamu sudah terlalu lama berada di luar," ucapan Max langsung menyadarkan Sagara.
"Ah ... iya, Max. Terima kasih, sudah mau membawa aku ke luar," ucap Sagara
"Tidak masalah, saya senang kamu bisa sadar kembali. Selama ini saya merasa sangat bersalah karena telah menyebabkan kamu seperti ini," jawab Max, sambil terus mendorong kursi roda Sagara masuk kembali ke dalam rumah sakit.
Sagara tersenyum lalu mengangguk.
Setelah Sagara sadar, Max masih setia untuk mengurusnya dan menemani setiap hari Sagara di rumah sakit.
Max bahkan menginap di ruangan yang sama dengan Sagara, hingga akhirnya mereka semakin dekat.
...🦅...
...🦅...
...TBC...
...🙏😊😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Je'89
mas max ko nyleneh Yo?? kurang passss...
Bambang max... fix bang max 😁😁
2024-07-15
0
Cahaya Sidrap
semangat thor
2024-07-08
0
Je'89
eh max jngn bawa2 gading dong. tu buktinya Sagara ksihkuuu sja yg cowo suka triak2 bwa2 gadis sgala....
2023-02-05
2