...Happy Reading...
...❤...
Satu jam kemudian, Agra turun dari kamarnya, dia bisa melihat seorang gadis sedang memasak di dapur.
Bajunya sudah berganti dengan pakaian rumahan, rambutnya di gulung sembarang, sehingga menyisakan anak rambut yang menjuantai di sisi wajahnya.
Agra melangkah menuju lemari es, untuk mengambil air minum. Tatapannya tertuju pada sosok penghuni baru di aprtemennya.
"Sedang apa?" tanya datar Arga, sambil membuka pintu lemari es itu.
Alisya berjingkat kaget mendengar suara Agra, dia refleks berbalik menghadap kepada laki-laki yang berada di belakangnya.
"Sa-saya sedang memasak, Tuan," jawab Alisya, terbata.
Agra melihat ke atas meja, di sana sudah tersaji beberapa menu makanan khas ruamahan. Ada omlet sayur, salad dan daging sapi yang di masak lada hitam.
Lumayan, batin Agra.
Alisya memperhatikan apa yang di lakukan oleh Agra, dengan perasaan penuh tanya.
"Siapa yang menyuruhmu memasak?" tanya Agra datar, tanpa melihat ke arah Alisya.
"Eh, i–itu kemauan saya sendiri,Tuan," jawab Alisya, merasa sedikit gugup, dengan raut wajah lelaki di dekatnya yang tanpa ekspresi.
Ya ampun ini lebih menyeramkan di bandingkan sedang berhadapan dengan dosen kiler, umpat Alisya dalam hati.
"Di mana, Edo?" tanya Agra, mengalihkan pandangannya pada ruang keluarga, tempat biasa dia dan asistennya itu berdiskusi.
"Tuan Edo, ada di kamarnya, Tuan," jawab Alisya.
"Hem, selesaikan pekerjaanmu," ucap Agra sebelum berjalan menuju kamar sang asisten.
"Baik, Tuan," jawab Alisya.
Alisya menghebuskan napas lega, setelah kepergian pria yang mengeluarkan aura dingin mencekam.
"Akhirnya, pergi juga," ucapnya mengelus dada yang tadinya terasa sesak.
"Nasibku, seperti keluar dari cengkraman buaya, tapi masuk ke kandang singa," gumamnya sambil meneruskan memasak.
Lima belas menit kemudian, semua persiapan untuk makan malam sudah selesai, Alisya pun beranjak dari dapur, hendak memanggil dua laki-laki tuan rumah ini.
"Makan malam sudah siap, Tuan," ucap Alisya saat berpapasan dengan Edo yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Tolong panggilkan, Tuan Agra," perintah Edo dengan ponsel berdering di tangannya.
"B–baik, Tuan," jawab Alisya gugup.
Dengan langkah ragu, wanita cantik itu melangkah menaiki tangga, menuju pintu kamar lelaki es itu.
"Hufth!" Menarik napas dalam, lalu menghembuskan kasar, mengatur detak jantung, dan rasa gugup yang tiba-tiba saja melanda.
Dia kembali di buat takjub dengan segala kemewahan lantai dua, berjalan melewati deretan alat oleh raga modern dan teramat canggih, sebelum akhirnya sampai, di pintu besar, dengan perpaduan warna hitam dan coklat.
Tok tok tok.
Dengan mengumpulkan keberaniannya, dia mengetuk pintu kayu, dengan ukiran rumit itu.
"Makan malam sudah siap, Tuan," ucap Alisya, saat melihat Agra keluar dari kamarnya.
Melangkah mundur, ketika laki-laki berbadan tinggi tegap itu, melangkah mendekati dirinya. Alisya sempat terpesona, melihat wajah segar Agra, dengan rambut basah, dan wangi maskulin yang menguar tajam ke dalam indah penciumannya.
"Hm, aku akan turun sebentar lagi, " ucap datar laki-laki itu, kemudian berbalik kembali masuk ke dalam kamar.
Alisya mengerejapkan matanya, mendengar suara khas lelaki dengan julukan gunung es itu. Dia pun tersadar akan tingkah bodohnya yang sempat lupa diri dan terpesona oleh seorang Agra.
Brak!
Wanita cantik itu, mengelus dada sabar, dan menggeleng miris, mendapat perlakuan seperti itu.
Astaga, dia benar-benar tidak berperasaan, batin Alisya mengumpat.
Berbalik, berjalan meninggalkan kamar, lelaki yang telah menolongnya, walaupun terpaksa.
.
Beberapa waktu kemudian Alisya berdiri ketika melihat laki-laki berwajah tampan itu, menuruni anak tangga, bersamaan dengan Edo yang baru saja masuk dari arah balkon.
Alisya dan Edo pun langsung mengikuti langkah sang tuan, menuju meja makan di dekat pantry.
Agra duduk dengan gaya yang sangat berwibawa, di kursi utama, di ikuti oleh sang asisten. Alisya pun bergerak cekatan, menyiapkan semua makanan untuk Agra.
Agra tidak menolak apa pun yang di siapkan oleh gadis itu, dia membiarkan Alisya melayaninya.
Agra dan Edo akhirnya makan dengan keadaan hening, tanpa ada yang berani bersuara. Hanya ada denting sendok dan garpu yang beradu pada piring berharga pantastis itu.
"Kenapa kamu diam saja?" Agra menghentikan suapannya, melihat Alisya yang hanya berdiri tanpa menyentuh makanan di atas meja.
"Hah?" Gadis itu menautkan alisnya, mendengar perkataan yang tiba-tiba saja terlontar dari bibir tipis laki-laki dingin itu.
"Apa kamu memberikan racun di dalam makanan ini?" tanya Agra tajam.
"Ti–tidak, Tuan. Saya tidak mungkin melakukan itu," sangkal Alisya, mengibaskan kedua tangannya di depan dadanya.
"Lalu, kenapa kamu tidak makan?" Agra menaikkan salah satu alisnya.
Edo yang melihat semua itu, berusaha memberi kode pada gadis itu, agar segera duduk dan ikut makan bersama.
Alisya yang mengerti dengan kode yang di berikan oleh Edo, langsung duduk di samping sebelah kanan Agra lalu mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Setelah melihat semua itu, Agra kembali melanjutkan makannya.
Edo dapat melihat, sang bos menyunggingkan senyum samar di bibir tipisnya.
.
.
Di tempat lain, seorang laki-laki paruh baya duduk bersandar di kepala ranjang King size, di salah satu hotel bintang lima. Tubuhnya tampak bertelanjang dada, sedangkan bagian bawahnya tertutup oleh selimut tebal.
Di sampingnya, seorang perempuan muda, dengan wajah lumayan cantik yang berpropesi sebagai wanita penghibur, terkapar dengan wajah memerah dan napas yang masih memburu.
Bau peromon menguar kuat, menyebar pada seluruh ruangan kamar tersebut. Keduanya baru saja, selesai melakukan hubungan terlarang.
Beberapa saat kemudian, sang perempuan sudah meninggalkan kamar tersebut. Dalam sela langkahnya, dia mengambil ponsel di dalam tas, lalu menghubungi seseorang.
"Aku sudah selesai, kita bertemu di tempat biasa," ucapnya kepada seseorang di sebrang sana.
Dia kemudian, segera menutup kembali teleponnya, setelah mendapat jawaban dari orang yang di hubunginya.
Tiga puluh menit kemudian, Wanita itu sudah berada di sebuah warung pinggir jalan, dengan gaya yang sangat berbeda dari sebelumnya.
Bila, ketika di hotel dia bergaya sek*i dengan mekap tebal, yang menghiasi wajahnya. Sekarang, dia bergaya tomboy dengan kaos kebesaran dan celana denim robek-robek.
Wajahnya di biarkan polos, tanpa ada riasan yang mewarnainya. Rambut panjangnya di ikat kuncir kuda, membuatnya terlihat cuek dan sedikit urakan.
Tidak lama kemudian, seorang lelaki dengan memakai jaket berwarna hitam, terlihat duduk di sampingnya.
"Mana?" bisik lelaki itu.
Wanita itu mengeluarkan sesuatu dari saku celana, lalu memberikannya pada laki-laki itu.
"Kerja bagus, ini sisa bayaran untukmu," Laki-laki itu menyerahkan amplop coklat kepada wanita tadi.
"Terima kasih, senang bekerja sama dengan, Anda" ucap wanita itu, lalu beranjak pergi meninggalkan warung pinggir jalan.
Tak lama kemudian, laki-laki itu pun pergi dari tempat itu. Dia menyunggingkan senyum penuh kepuasan, atas hasil yang diterimanya.
Melajukan motornya menuju kediaman sang bos, yang telah memberikan tugas itu kepadanya.
...🦅...
...🦅...
...TBC...
Untuk yang masih setia menunggu, terima kasih, dan semoga cerita receh ini bisa menghibur kalian semua
...🙏😊😘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Cahaya Sidrap
lanjut thor semangat
2024-07-08
0
Jun_Ho
ceritanya lumayan bagus... nanti kalo ada typo gw komen yah Thor
2022-09-07
2
Jun_Ho
alat olahraga
2022-09-07
2