“Kudengar kau akan mengajak kencan putri keluarga Garnet?” Marco menyambut kepulangan Jose dengan pertanyaan itu.
“Dengar dari siapa?” Jose bertanya sambil lalu. Ia tahu tidak ada yang bisa disembunyikan dari telinga pamannya. Mungkin ada yang mendengar ketika ia dan Maria berbincang di jalan, kemudian orang itu menyampaikannya pada Marco.
Pamannya Marco sudah berusia 50an tahun, tetapi posturnya yang tinggi dan atletis tetap selalu tegap. Rambutnya putih perak berombak, wajah kerasnya dihias brewok yang sama putihnya. Meski sudah mencapai kepala lima, mata pria itu tetap saja setajam elang. Kali ini Marco memandangi Jose dengan kritis. “Tidak ada yang bisa disembunyikan di kota ini," ucapnya, “Semua orang diundang ke pesta orang baru itu. Kalau saja kau lebih memperhatikan surat-surat yang datang dan juga—“
“Dia sudah tiga bulan di sini, si William itu,” potong Jose cepat. Ia berjalan ke ruang tamu, memberi salam dengan sopan pada Marco yang duduk di sana.
“Sir William Bannet,” ralat pamannya. Ekspresi di wajah tirus itu berubah tajam. Ia menggerakkan tangan, meminta Jose duduk. “Dia tetap seorang Sir."
“Ya, maksudku Sir William.” Jose menyingkirkan anak rambutnya yang jatuh ke depan kening. “Paman juga diundang ke sana?”
Marco menggeleng. “Aku tidak akan datang.”
“Tidak akan datang atau tidak diundang?”
Marco tidak menjawab.
“Paman tidak diundang?”
Marco mengangkat sebelah alisnya. “Meskipun diundang, aku tidak akan ke sana, Jose. Tidak akan.”
Undangan pesta bukan sesuatu yang terlalu penting. Memang, semakin banyak undangan yang diterimanya akan menunjukkan status yang makin tinggi. Tetapi pamannya bukan tipe orang yang mempermasalahkan undangan pesta dari orang baru. Marco sudah cukup populer dan terhormat.
“Kenapa, Paman?” Jose tertawa. “Dia cuma orang baru yang tidak penting. Tidak perlu segusar itu.”
Marco menegakkan punggung, membuat tubuhnya jadi kelihatan seolah lebih besar dari pada semula. Pamannya selalu melakukan hal ini kalau mau bicara serius, dan Jose menangkap tandanya. Ia ikut menegakkan tubuh, siap mendengarkan.
Setelah agak lama mereka saling beradu diam, akhirnya Jose menyerah. “Apa?” Dia mengulurkan kedua tangan dalam posisi bingung. “Kupikir Paman mau menceritakan sesuatu.”
Marco mengerutkan kening. “Orang itu sering muncul di Gedung Diskusi.”
Gedung Diskusi terletak di pusat Bjork. Tempat itu mengadakan acara diskusi sebagai salah satu bentuk sosialisasi setiap seminggu sekali. Undangan disebar kepada para teknokrat dan juga bangsawan. Kegiatan tersebut bisa dibilang sudah menjadi budaya setempat, hiburan yang populer hingga banyak bangsawan dari penjuru kerajaan datang hanya untuk menonton atau berdebat. Jose jarang ke sana, tetapi ia tahu tempat itu.
“Sayangnya, dia selalu membicarakan hal yang menyeramkan. Hal-hal yang,” Marco diam sejenak. Biji matanya bergerak pelan ketika memikirkan padanan kata yang tepat. Akhirnya pria itu hanya mengatakan, “kontroversial,” dengan nada yang dingin.
“Kontroversial seperti apa?” Jose mulai tertarik.
Marco menggeleng. “Hal-hal yang buruk. Ide-ide yang tak pantas. Sebenarnya aku lebih suka kau tidak datang. Tetapi kalau harus menemani putri Garnet, itu lain soal. Lord Garnet pasti lebih tenang jika putrinya didampingi olehmu."
“Paman tidak suka pada orang itu karena ide-idenya?”
“Kita bisa menilai karakter seseorang dari ide yang mereka lontarkan.” Marco menyandarkan kembali punggungnya. Rambut putihnya yang berombak menyentuh sandaran kursi. “Kau harus banyak belajar soal ini, mengingat kau seorang Argent.”
Jose tersenyum kering. “Aku cuma anak keempat.”
“Lalu kenapa?”
Nasib anak keempat sudah jelas baik di kalangan atas maupun orang biasa. Anak pertama keluarga bangsawan akan mewarisi nama dan usaha keluarga, anak kedua mendapat sedikit bagian, anak ketiga dan keempat bisa dibilang hanya pembantu.
“Aku tidak bisa tidur semalam,” Jose berkata, mengalihkan topik.
“Itu alasanmu lari dari tugas pagi ini? Untuk istirahat siang di pohon?” Marco menaikkan sebelah alis.
Jose tertawa, sudah menebak pamannya tahu di mana ia sembunyi. “Maaf soal itu. Aku tidak lari begitu saja, kok. Segala yang Paman minta aku kerjakan sudah hampir beres." Ia menambahkan cepat sebelum ditegur, “tapi aku memang tidak bisa tidur. Kuda-kuda ribut sepanjang malam, aku terganggu.”
“Aku tidak mendengar apa-apa.”
“Kamar Paman ada di sayap timur, tentu saja tidak dengar. Dari kamarku kedengaran sangat jelas, aku sampai melihat keluar.”
“Lalu?”
“Lalu?” balas Jose heran.
“Kau jadi melihat ke luar, kan?” Marco bertanya. “Apa yang membuat mereka ketakutan?”
“Entahlah, aku cuma berusaha menenangkan mereka.”
“Tidak menyuruh Higgins?”
Higgins adalah pengurus kuda Keluarga Argent.
“Dia tidur, aku tidak bisa membangunkannya.”
“Oh, bagus,” Marco tertawa dingin. “Kenapa tidak dia saja yang jadi putra keluarga Argent dan kau pengurus kudanya?”
“Dia tidak bisa dibangunkan, aku sudah memanggilnya.” Jose meraih koran yang tergeletak di depan meja. “Mungkin dia kelelahan atau apa. Memaksanya menenangkan kuda dengan kondisi seperti itu, badannya cuma akan disepak sampai remuk. Kuda itu binatang yang pintar.”
“Sekarang kau mengajari pamanmu soal kuda?”
Jose meringis. Ia baru saja membuka mulut untuk membalas ucapan itu dengan ledekan ketika George, kepala pelayan di rumah itu, berjalan masuk dengan tergesa.
“Kenapa, George?” Marco bertanya heran melihat wajah pucat pria itu. “Kau sakit?”
“Bukan Tuan, Higgins yang sakit.”
“Sudah kubilang,” Jose berkata.
Marco menggeleng heran. “Periksakan saja, George. Panggil Dokter Rolan.”
“Tidak, Tuan. Sudah terlambat,” George menjawab lembut. “Higgins sudah meninggal.”
Jose dan Marco saling berpandangan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Riri YMM(✿ ♥‿♥)
kak nara, sumpah kangen bngt sama karya kaka yg 1 ini:(
dari baca sambil nunggu kaka up sampe baca ulang karna kangen😞😞
2024-08-06
1
Ana Mutia
kak Nara..masihkah kakak buka komen disini?
2023-10-16
0
zril
akhirnya ketemu lagi, awal2 instal nt baca novel ini, sekarang baca ulang lagi
2023-10-13
0