Marco menatap Jose selama beberapa saat, kemudian mengalihkan pandangan ke depan dengan benci. Ini salahnya. Seharusnya ia tidak meninggalkan rumah dalam keadaan kosong.
Secara teknis, rumah tidak benar-benar kosong. Ada para pelayan perempuan, tukang masak, serta beberapa pelayan muda. Tetapi itu sama saja kosong bagi Marco. Para pekerja yang kuat dan para pelayan laki-laki sudah ia sebar ke seluruh tanah Argent, mencari penyusup yang sedang masuk ke dalam rumah yang tak terjaga.
“Panggil semua pekerja!" seru Marco, menahan diri agar suaranya tetap terdengar penuh wibawa. Ia tidak boleh kehilangan kendali. “Suruh mereka bersiaga dua-dua!”
Sepuluh orang pekerja yang berderap mengelilingi Marco segera bubar dengan sendirinya.
***
Ada suara senapan angin disiapkan serta langkah kaki yang ribut. Para pekerja yang datang bergabung makin banyak, menyisakan hanya sedikit yang berpatroli di sekitar istal—awal dari semua keributan.
Di koridor sayap barat rumah, suara-suara kuda memang bisa terdengar, meski sayup-sayup. Marco sedikit heran bagaimana keponakannya bisa mendengar suara sesamar itu dari dalam kamar, bahkan sampai terganggu dan tidak bisa tidur karenanya.
“Di mana kau melihatnya?” Ia menoleh pada Jose.
Pemuda itu diam sebentar, terlihat berpikir.
“Kau baru berpikir sekarang?” Marco mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi, sedikit tidak percaya bagaimana Jose bisa begitu tegang sekaligus santai di saat yang sama.
“Aku sedang menghitung. Di sebelah sini.” Jose berlari cepat ke arah jendela ke tujuh dari barat. Sayap rumah sebelah barat memiliki sepuluh jendela. Tiap jendela berhadapan langsung dengan pintu kamar. Para tuan rumah sebenarnya berada di sayap timur yang berseberangan dengan taman bunga dan juga kolam renang, tetapi Jose sendiri yang memilih tinggal di sayap barat yang bersisian dengan kebun. Tempat itu dipenuhi dengan deretan kamar kosong untuk tamu. Para pelayan sendiri menetap di lantai satu dan bagian belakang.
“Aku melihatnya di sini, waktu itu bulannya bersinar dan dia ... ” Jose lagi-lagi memeluk kedua lengannya dengan tegang. “Dia melihat sebentar ke arah pondok, tidak menatapku, tapi melihat ke sana, lalu berjalan ke ....” Dia memalingkan wajah menatap ke arah barat. Tangannya terangkat ke atas dan Jose melanjutkan dengan suara serak, “Ke arah sana.”
Arah kamar Jose.
Marco menelan ludah, bisa mendengar suara kesiap napas para pekerja dan ketegangan mereka semua. Para pekerja tidak melihat mayat Higgins. Selain beberapa anggota polisi, hanya beberapa pekerja, Rolan, dan dirinya sendiri yang melihat bagaimana keadaan Higgins ketika ditemukan pagi itu.
Higgins mati kering. Kulitnya seperti hanya ditempelkan langsung ke tulang. Mulutnya menganga. Lidahnya keluar, seperti sedang mengejek. Matanya membelalak lebar seolah bola matanya mau mencuat keluar. Mayatnya sangat ringan, itu keterangan Gerald ketika mengangkatnya. Mayat itu ringan dan mengerikan.
Orang lain yang tidak melihat tidak akan bisa membayangkan bagaimana mengerikan sekaligus anehnya mayat Higgins, tetapi sepertinya gosip sudah merebak, mungkin dengan ditambahi bumbu. Kini yang memenuhi udara di sekitar mereka hanya kesesakan yang mencekam. Marco bahkan bisa menduga bahwa satu demi satu para pekerjanya kini sedang membayangkan dengan cara masing-masing bagaimana proses kematian Higgins.
Jose masih terdiam kaku di tempat. Marco mengangkat tangannya, menepuk tiga kali untuk menarik perhatian, kemudian berkata dengan suara tegas, “Apa yang kalian tunggu? Ayo maju, beri pelajaran pada gelandangan liar itu!”
Sesuai harapannya, para pekerja segera pulih dan berjalan maju menderap. Marco bisa menilai tingkat keberanian, kepatuhan, serta kesetiaan mereka dari reaksi-reaksi semacam itu.
Para pekerja membagi grup menjadi dua. Satu grup untuk memeriksa kamar berseling-seling. Bekerja dengan efisien, itu adalah hal yang ditanamkan Marco pada pekerjanya. Ia puas melihat bahwa didikannya berhasil dengan rapi. Tiap grup memeriksa kamar dengan cepat, mulai dari bagian paling dalam dan tiap sudut ruangan, kemudian menyisir mundur tiap jengkal yang mereka periksa. Di koridor, Jose dan mengawasi dengan gugup sekaligus bersemangat. Kamarnya sudah digeledah. Tidak ada apa pun di sana. Jose bernapas lega, tetapi di sisi lain Marco merasakan kemarahan yang dingin.
Ia bertekad untuk menangkap orang itu. Ia harus menangkap orang yang berani menyusup ke dalam kediamannya. Orang itu akan dibuatnya menyesal setengah mati, Marco bersumpah untuk itu.
Ada suara dering di kamar Jose. Dering telepon. Jose menghambur masuk kembali ke kamarnya dan mengangkat telepon di sisi ranjang. "Halo?" balasnya cepat.
"Jose?" Itu suara ayahnya. "Marco ada bersamamu?"
"Ya!" Jose menoleh, pamannya sudah menyusul masuk. "Ayah."
Marco menerima telepon, kemudian mendengarkan. Jose menempel di sampingnya. "Bagaimana, Ed?"
“Kami mendengar suara aneh di depan pintu. Apa itu kau, Kak?”
Marco mengerutkan kening. “Kenapa? Suara aneh apa maksudmu?” tanyanya. Entah kenapa tiba-tiba ia merasakan firasat tidak enak. Jantungnya berdegup lebih kencang.
“Ada apa?” tanya Jose di sampingnya, sepertinya ikut merasakan hawa tidak enak yang ia rasakan. “Ayah bilang apa?"
“Diam!” Marco memperingatkan sambil melempar tatapan tajam. “Suara apa, Ed?”
“Suara yang aneh. Aku menutup jendela rapat-rapat dan mengunci pintu begitu mendapat pesan darimu. Ada dua dayang berjaga di depan pintu, tapi mereka tidak menjawab ketika diajak bicara. Aku ingin membuka pintu, tapi Renata mencegah.”
Suara Edgar terdengar lirih, seperti tidak ingin pembicaraannya didengar oleh orang lain. Tetapi oleh siapa? Marco mulai merasa bahwa ia lagi-lagi salah perhitungan.
“Suara aneh apa, Ed?” ulangnya dalam nada mendesak. “Suara apa yang kalian dengar?”
Ada dengung agak lama di telepon, berikut suara orang bicara dalam nada tegang. Edgar sepertinya sedang bertanya pada Renata. Marco menunggu dengan sabar, kemudian suara yang menjawab teleponnya beruba jadi suara perempuan. Renata.
“Aku mendengar suara tawa yang aneh, Kak. Apa kau mengirim pekerja lain ke depan pintu? Rasanya aku takut sekali.”
Ada suara Edgar berusaha menenangkan istrinya, meski tidak terlalu jelas.
“Aku akan segera ke sana,” ucap Marco dengan nada menenangkan. “Tapi untuk berjaga-jaga, sebaiknya ganjal pintumu dengan benda berat.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
para pekerja yang dimaksud di sini adalah pekerja apa, author nara ? para pekerja pekebunan ? serabutan ? tukang pukul ?
apakah bangsawan sekelas marco tidak memiliki prajurit bayaran ? atau diberi prajurit oleh kerajaan ?
2023-04-11
0
❥Nana❥
Menegangkan!
2021-11-05
4
Devi Ardhani
aduh aduh ini kapan ketemunya jadi dag dig dug tegang tegang tegang
2021-07-12
1