“Mengerikan sekali, kenapa bisa?” Maria bertanya melalui sambungan telepon. Suaranya sedikit teredam, mungkin gadis itu bicara dengan tangan ditangkupkan pada telepon. “Katamu tadi darahnya habis? Padahal tidak ada luka? Kau serius?”
“Aku serius, Mary,” Jose ikut berbisik. Ia ada di kamarnya, sudah mengenakan jas rapi untuk pesta. “Padahal waktu semalam melihatnya, dia masih baik-baik saja. Memang tidak menjawab ketika kupanggil, tapi kulihat dia baik-baik saja.”
“Di rumahmu ada banyak polisi, dong?”
“Ada detektif datang, petugas paramedis dan semacamnya. Mereka hilir mudik cukup sibuk sejak jam sebelas tadi. Keluargaku ingin semuanya tetap jadi rahasia dulu. Kami tidak mau membuat keributan pada masa yang mencekam seperti ini.”
“Maksudmu, ini mungkin ada hubungannya dengan hilangnya orang-orang di Bjork?“
“Entahlah, tidak ada yang tahu.”
“Dan keluargamu memutuskan ini harusnya jadi rahasia, tapi kau malah memberitahunya padaku?”
Jose tidak menjawab. Selama beberapa menit hanya terdengar dengung telepon. Kemudian lelaki itu berkata pelan, “Aku akan menjemputmu sekarang.”
***
“Kau sungguh-sungguh hanya pergi ke sana bersama Jose kan, Sayang?”
Maria mengangguk untuk kesekian puluh kalinya sore itu. Ia sudah siap, sudah berdandan, dan hanya tinggal menunggu Jose datang. Ibunya menemani menunggu di ruang tengah, wajah wanita itu dipenuhi kecemasan. Suasana kelam Bjork membuat banyak orang tua jadi protektif pada anak-anak mereka. Terlebih Keluarga Garnet.
Kalau saja bukan karena pendampingnya malam ini adalah Jose, Winona pasti sudah menyuruh putrinya memilih antara pergi pesta atau melihat ibunya gantung diri. Winona, istri Marquis Garnet, bertubuh ringkih dan sering sakit-sakitan.
Tadinya Marquis Garnet hanya ingin istrinya menghirup udara laut di Bjork, kemudian kembali ke Garnet saat sudah sehat. Namun, kondisi Winona justru memburuk. Khawatir istrinya tak akan kuat menempuh perjalanan panjang ke Garnet, Marquis Garnet membuat tempat tinggal kedua di Bjork yang tak bertuan.
Keluarga Argent yang menjadi wali sementara kota tersebut adalah kawan lama keluarga Garnet, jadi Marquis Garnet cukup tenang.
Winona berteman akrab dengan Renata, ibu Jose. Keduanya berkali-kali meminta Maria mempertimbangkan Jose sebagai tunangan, tetapi Maria selalu punya alasan untuk mengelak. Semua alasannya kebanyakan benar. Jose tidak cukup bertanggung jawab. Pemuda dua puluh tiga tahun itu lebih suka main-main daripada bicara serius. Sebagai sahabat pasti menyenangkan, tetapi tidak untuk pasangan hidup. Maria menginginkan seorang pria yang bisa lebih diandalkan, lebih mampu menjadi gantungan hidupnya.
Pria yang, Maria berpikir-pikir, seperti Sir William.
Ia berpapasan dengan pria itu di jalan. Ah, ralat. Ia hanya melihatnya lewat. Pria yang berambut pirang, bermata biru, suaranya ramah dan manis, mengucapkan salam dan mengangkat topi pada setiap orang yang kebetulan bertatapan mata dengannya. Saat melihat matanya, Maria merasa seperti mereka sudah lama bertemu, sudah ditakdirkan bersama. Jantungnya berdegup lebih kencang dan napasnya bahkan berhenti beberapa detik. Ia tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Sensasi ini terasa ... aneh.
Maria baru saja memulai lamunannya tentang awal perkenalan dengan pria berambut pirang yang sopan itu ketika seorang pelayan menginterupsi, menyampaikan bahwa mobil Jose sudah datang.
Setengah berlari, Maria berjalan menyambutnya di foyer. Rambut hitam lelaki itu disisir rapi ke belakang dan raut wajahnya sangat sopan—jenis ekspresi yang hanya diperlihatkan kalau tidak sedang berdua dengan Maria.
“Marchioness, lama sekali tidak melihat Anda,” Jose mencium cincin di jari Nyonya Garnet dengan sopan, lalu menunggu untuk dipersilakan mengangkat wajah.
“Jangan sungkan begitu, Jose. Kau sudah seperti putraku sendiri," Nyonya Garnet berkata gembira.
Khawatir akan muncul topik soal pertunangan lagi, Maria segera menyerobot pembicaraan dan menggeret Jose pergi, tidak memedulikan kerut tak senang di kening halus ibunya.
“Kau tidak perlu sekasar itu padanya, kan?” tanya Jose ketika mereka berada dalam otomobil. “Ibumu cuma mencoba ramah.”
“Apa aku sekasar itu?” Maria bertanya kaget. “Aku tadi tidak berpikir waktu menyeretmu pergi. Aku cuma … yah, ingin kita segera pergi dari rumah.”
“Yah, lumayan.” Jose mengangguk main-main padanya ketika mengganti perseneling. Meskipun punya supir pribadi, ia lebih suka mengendarai Tin Lizzie-nya sendiri. Keluaran yang paling baru bisa berjalan sampai empat puluh kilo per jam. “Pada ibumu maksudku, bukan aku. Kadang kita memang tidak merasakan betapa kasarnya perbuatan yang kita lakukan pada orang lain. Kita pikir semuanya sudah biasa terjadi dan sudah wajar.”
“Wow, kau jadi bijak begini karena ibuku?” Maria mulai berpikir bahwa tindakannya barusan mungkin memang terlalu kasar.
Jose menggeleng. “Aku teringat Higgins.”
“Ah, bagaimana perkembangan kasusnya?”
“Bukan kasusnya, maksudku aku.” Jose mendadak berubah muram. “Rasanya aku tidak memperlakukannya dengan baik. Aku menganggap hubungan kami sekadar atasan dan bawahan. Kalau kupikir-pikir lagi, apa aku pernah memperlakukannya dengan baik? Apa aku keterlaluan padanya? Apa yang dia pikirkan tentang aku?”
“Kau memperlakukannya dengan baik,” hibur Maria. “Kau tidak membangunkannya supaya dia bisa istirahat.”
“Itu masalahnya. Bagaimana kalau seharusnya aku membangunkan dia? Bagaimana kalau dia bisa selamat seandainya bangun?”
“Jose, kau menyalahkan dirimu sendiri.”
“Setengahnya memang tanggung jawabku.”
“Tidak, bukan kau yang mengisap darahnya,” Maria mencoba bercanda, tetapi kawannya sekarang sedang dalam suasana hati yang buruk sehingga bahkan tersenyum pun tidak bisa.
“Dia ada di bawah lindunganku.”
“Di bawah lindungan orangtuamu.”
“Malam itu aku merasakan hal yang aneh!” Jose menoleh, wajah tenang dan sopan yang ada di hadapan Nyonya Garnet hilang digantikan seraut ekspresi putus asa seorang pemuda. “Kuda-kuda berisik setengah mati sampai aku tidak bisa tidur! Higgins pengurus kuda! Binatang-binatang itu memberi kode untukku, mencoba menarik perhatianku agar menolong Higgins. Tapi apa yang kulakukan? Tidak ada. Aku tidak menyadarinya. Dia tidur di pondoknya, aku melihatnya lewat jendela, dia tidur di atas meja. Tapi aku tidak membangunkan dia. Apa yang kulakukan?”
“Kau tidak tahu apa yang akan terjadi, Jose.”
“Jendelanya terbuka tapi aku tidak menganggap itu hal yang besar!” Mereka berbelok ke daerah yang lebih tinggi, tepat ke arah puri gubernur yang lama tinggal. “Aku cuma mengintipnya sekilas lalu kembali tidur! Bukankah aku juga membunuhnya? Aku juga punya andil karena sudah tidak peduli.”
“Jose, kurasa kau sedang kacau.”
“Tidak, aku cuma sadar bahwa mungkin ini juga yang terjadi di Bjork! Bukan sesuatu yang misterius yang membawa pergi orang-orang itu. Bukan apa-apa selain ketidakpedulian kita semua. Perasaan kelewat nyaman yang membuat kita mengangap remeh hal-hal kecil!”
“Jose, ada apa denganmu?” Maria melotot. “Kita mau ke pesta dan kau malah bermuram durja?”
Jose memutar kemudi, gantian menatap Maria dengan kesal. “Dan ada apa denganmu!? Ada orang mati tapi kau tidak merasakan apa pun? Dari dulu kau memang selalu begini! Tak peduli pada penderitaan orang kalau kau tak kenal dengannya!"
“Kau mau bilang aku tidak punya hati?"
“Wow, bukan aku yang mengatakannya. Kau mengambil kesimpulan itu sendiri.”
“Cukup! Ini mulai menyebalkan!” Maria memalingkan wajah. Kedua matanya berkaca-kaca.
Jose menarik napas perlahan, lalu berkata lembut, “Maafkan aku, Mary. Tidak bermaksud jadi orang yang menyebalkan buatmu. Aku cuma merasa ... gelisah, kurasa.”
“Aku tahu." Maria mengusap sudut mata dengan hati-hati, mencegah supaya riasannya tidak rusak. “Aku juga minta maaf.”
Jose menepuk singkat punggung tangan Maria. Mobil berjalan mulus melewati gerbang besi raksasa yang melindungi puri tujuan mereka. Jose menelan ludah, mendadak merasa bulu kuduknya merinding. Namun perasaan itu ditepisnya kuat-kuat.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Ana Mutia
and the show is begin
2023-10-16
0
Ardelia Citra
keren
2021-06-15
1
M_khuwailied awang
aku membayangkan kisah ini seperti di zaman sir Arthur Conan Doyle...pengarang fiksi misteri Sherlock Holmes..
2021-06-12
0