“Mau ke mana?” tanya Marco ketika melihat Jose bangkit dari duduk.
“Ke kamar,” sahut Jose, tidak sadar bahwa pamannya memperhatikan. Ia barusan terlalu sibuk berpikir.
“Sudah mengantuk?” Marco tersenyum miring. “Makanya tadi kusuruh kau tidur. lain kali patuhi ucapan orang yang lebih tua.”
Kedua alis Jose melengkung ke dalam. “Provokasi semacam itu tidak berhasil lagi untukku," katanya. "Aku cuma mau ambil pulpen."
“Di sini ada pulpen.” Marco menggerakkan dagu, menunjuk pada sudut meja tempat ditaruhnya wadah pulpen berbentuk tabung.
Jose tidak bernafsu lagi menulis apa pun. Ia mengempaskan tubuhnya ke sofa tepat pada saat pintu diketuk dari luar.
“Masuk,” ucap Marco lagi, masih dengan gaya tenangnya yang biasa.
Jose memutar tubuh, menoleh ke arah pintu dengan antusias. Ia berharap pelayan yang datang akan membawa kabar tentang si penyusup. Mungkinkah Gerald menemukannya? Tetapi ketika pintu itu akhirnya dibuka, yang muncul hanya Anne. Pelayan itu membawa meja dorong yang berisi makanan ringan serta minuman panas untuk mereka.
“Silakan, Tuan,” Anne berkata selagi menyajikan makanan dan minuman di atas meja.
Gadis itu berambut merah dengan kepang satu yang dijalin dengan gaya kuno. Jose mengamatinya lekat-lekat, melihat bahwa tangan Anne gemetar.
“Kenapa tanganmu gemetar?” tanya Jose, tidak memperhatikan bahwa Marco mengangkat wajah dan menatapnya tajam.
Anne menunduk dan mundur satu langkah, mengucapkan permintaan maaf yang sangat sopan sampai tiga kali. Jose buru-buru melambai untuk menyuruhnya diam, ia membiarkan Anne berjalan keluar dari kamar dengan langkah kikuk. Bukan permintaan maaf yang dia inginkan. Jose hanya ingin mengobrol dengan orang lain, siapa pun asal bukan pamannya yang sinis.
“Kenapa kau menegurnya?” tanya Marco. “Apa dia menumpahkan kopi atau bagaimana?”
“Menegur?” Jose mengerutkan kening. “Aku tidak menegur. Aku cuma bertanya kenapa tangannya gemetar.”
“Tidak perlu menunjukkan perhatian kepada pelayan," tukas Marco. "Mereka dipekerjakan untuk melayani kita, kalau kau menunjukkan hal yang lebih dari itu, mereka justru akan jadi salah tingkah dan gugup.”
“Kurasa tuan yang baik harusnya memberi perhatian pada para pekerjanya.”
"Manusia memiliki pengelompokan. Tiap manusia harus bertindak sesuai porsi yang sudah ditetapkan oleh kotak golongan tersebut. Gadis berambut merah barusan adalah pelayan, kau tuan. Higgins adalah sais, kau tuan. Kau adalah anak dari keluarga ini. Jangan lupakan itu.”
“Nyatanya status dan nama tidak mengubah apa pun. Ada gadis bermartabat yang tinggal di lingkungan kumuh dan ada banyak manusia kalangan atas yang penuh tipu daya,” sindir Jose.
Marco tersenyum. “Pada akhirnya, siapa yang bisa mendapatkan segala hal? Gadis kumuh itu?”
Jose memutar cangkir di atas tatakan, membuat bunyi gesekan samar di ruangan sunyi itu. Bagaimana bisa ia mendebat Sir William di Gedung Diskusi? Bahkan di ruang kerja pamannya saja ia tidak bisa mempertahankan pendapatnya.
Sebagai usaha terakhir untuk tidak kalah, Jose hanya menarik napas dan berkata dengan suara setenang mungkin, “Tidak semua hal bisa diukur dengan uang dan status.”
“Tentu saja tidak,” Marco tertawa. "Tapi kedua hal itu menentukan nasib banyak orang."
Sebelum Jose menemukan celah untuk mendebat lagi, pintu diketuk dari luar. Ia baru membuka mulut untuk mempersilakan masuk, tetapi pintu sudah dibuka duluan dengan satu sentakan keras ke dalam. Marco berbalik heran.
Ini jelas perbuatan yang tak termaafkan. Keluarga Argent sangat menjunjung tinggi tata krama, terlebih Marco. Membuka pintu sebelum dipersilakan bisa saja membuat seorang pelayan langsung dipecat—seandainya yang muncul masuk tidak berwajah setegang itu.
Jack ada di ambang pintu dengan raut pucat. Kulit cokelatnya bahkan berubah sepucat susu. Rambut hitamnya berantakan dan ada sedikit tanah bercampur keringat di bagian pelipis.
“Tuan, kami menemukannya,” ujarnya dengan napas tersengal, kelihatan takut. “Dia melawan dan menyerang beberapa pekerja. Gerald menyuruh saya datang melapor ke sini. Dia benar-benar liar!”
“Mana?” Jose sudah langsung berdiri ketika mendengar kalimat pertama Jack. Jantungnya berdegup kencang dengan antusias. “Seperti apa rupanya? Dia binatang atau manusia?”
Jack baru membuka mulut hendak menjawab ketika Marco memotong dengan suara dinginnya yang biasa, “Apa makhluk itu berhasil ditangkap?”
Jack menggerakkan matanya dengan gelisah. Ada sesuatu dalam nada suara Marco yang membuatnya terintimidasi. Cengkeraman tangan kirinya di bahu kanan makin mengetat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Iklima kasi💕
pelakunya ketangkep tp marco ky gk suka y,,,
2020-09-04
0
~Marr 💙💙
Adaapa dengan Marco??
2020-05-31
0
Tiffany_Afnan
pak marco penuh misteri ??
2020-03-22
5