“Kita pasti akan menemukannya,” Edgar berkata lembut. Ia mengusap bahu istrinya, memberi dukungan.
“Sebaiknya kalian tidur saja, urusan ini serahkan padaku.” Marco menawarkan diri. Ia merapatkan mantel kimono tidurnya, lalu memberi anggukan singkat yang menenangkan pada tiga orang lain dalam ruangan itu.
Edgar dan Renata balas mengangguk, tetapi Jose ingin tetap berjaga.
“Aku juga ingin berjaga,” ucap Jose.
“Kau bisa tahu besok," Marco menukas.
Jose menggeleng. “Aku berhak tahu apa yang terjadi di rumah sendiri.”
Renata menyunggingkan senyum kecil, tetapi Marco tetap menolak. “Kau akan tahu besok pagi. Sekarang kembali saja ke kamarmu.”
“Tidak,” tolak Jose. Ia makin gusar mendengar nada memerintah pria itu. “Karena aku yang melihat penyusup itu, aku pasti bisa mengenalinya lagi kalau dia tertangkap."
Dalam kepalanya kembali terbayang sosok bungkuk hitam yang membuat gerakan mengendus. Jose merinding, tetapi berusaha menyembunyikannya. Ia harap tidak ada yang melihat bahwa tubuhnya sempat bergetar singkat barusan.
“Biarkan saja dia, Kak,” Renata berkata. Ia bangkit dari sofa, diikuti oleh Edgar. “Dia bisa menemanimu mengobrol di sini. Kau tidak akan kesepian."
Marco melengkungkan bibirnya ke bawah tanda tak suka, tetapi Edgar menepuk pundaknya dua kali, menyerahkan tanggung jawab tanpa mengatakan apa pun.
“Baiklah,” Marco mengembuskan napas, membuat Jose tersenyum puas.
“Jangan terlalu malam Sayang, kalau mengantuk tidur saja.” Renata mengecup kening Jose.
Jose membalas dengan tepuk ringan di punggung ibunya dan ucapan selamat malam pada ayahnya. Ketika orang tuanya udah pergi dari ruangan itu, Marco berjalan ke sisi kanan ruangan dan mengangkat telepon kabel untuk menelpon para pelayan di lantai satu.
Jose membenamkan punggungnya pada busa sofa yang empuk, memperhatikan pamannya yang sedang minta dibuatkan kopi.
“Kau mau apa?” tanya Marco padanya.
“Apa pun,” sahut Jose malas.
Marco memerintahkan pelayan untuk membawakan dua cangkir kopi.
“Sosok itu mengendus-endus,” Jose berkata ketika pamannya sudah selesai menelpon. “Kelihatan serba hitam memang, tapi itu bukan permainan cahaya.
Karena kuda-kudanya berisik, aku ingin melihat apa yang terjadi.”
Marco menatap Jose untuk waktu yang agak lama, kemudian mengangguk satu kali. “Kau sudah cerita tadi,” ujarnya sambil memutari meja, menaruh pantat di kursi kerjanya. “Sepertinya tidak ada informasi baru, hanya pengulangan. Apa kau pikir pamanmu ini sudah pikun?”
“Tentu saja tidak,” sahut Jose tawar. Ia menaruh teropongnya di atas pangkuan, menekuri pola ukir hitam yang mengitari bagian pelapisnya. “Aku cuma bilang kalau aku memang melihatnya, itu bukan karena pantulan cahaya, pembiasan cahaya, atau efek fisika rumit semacam itu.”
“Kau anggap pembiasan dan pantulan cahaya sebagai efek fisika rumit?” Marco menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi. “Coba buka teori kuantum, aku mau dengar apa pendapatmu tentang itu.”
“Paman adalah orang yang sangat ahli membahas hal yang bukan poin utama,” ucap Jose jengkel. “Menurut Paman, yang kulihat itu sungguhan?”
“Sekarang kau mulai tidak percaya diri?” sahut Marco. Tangannya bergerak menata barang-barang di atas meja. Kertas dijadikan satu dengan tumpukan kertas, pulpen ditaruh sesuai warna, buku-buku ditata ulang sesuai abjad.
“Bukannya tidak percaya diri,” tukasnya sambil memijit dagu. “Rasanya semua ini masih belum bisa kupercaya.”
“Apanya?” Marco mengangkat wajah, menatap Jose dengan kilat aneh di matanya.
“Apa yang kulihat,” sahut Jose, “Aku masih merinding setiap kali membayangkan itu. Bagaimana cara dia mengendus seolah ... seolah dia bisa mencari dengan bau. Paman tahu, kan? Seperti anjing atau kucing atau semacamnya. Rasanya mengerikan.” Ia menyelesaikan penegasan barusan dengan mengusap lengan.
Marco menghela napas. “Kita memang sedang berhadapan dengan hal yang tidak normal. Kau tahu sendiri Higgins mati kering kehabisan darah, apa menurutmu itu normal?”
“Mungkin sekarang kelihatan normal karena kita tidak tahu saja,” Jose mendebat karena bosan. “Dulu ketika melihat lampu, manusia juga berpikir itu tidak normal. Aneh sekali kalau aliran listrik bisa berubah jadi cahaya, tetapi lambat laun seiring dengan pendidikan, kita menerima itu sebagai sebuah pengetahuan. Kita mengetahui caranya dan cahaya lampu jadi hal yang normal.” Mata Jose berkilat penuh semangat ketika menambahkan, “Cuma karena kita belum tahu apa yang terjadi, belum tentu hal itu tidak normal.”
“Terbalik,” desah Marco. “Justru karena kita tidak tahu, makanya itu jadi tidak normal. Sesuatu yang normal adalah apa yang sudah biasa ada di sekitar kita. Jadi tidak salah sebenarnya kalau menganggap fenomena Bjork ini adalah ketidaknormalan.”
“Andai saja Paman terbuka tentang orang-orang yang meninggal itu, peristiwa ini pasti sudah jadi normal."
“Bagaimana bisa?”
“Tentu saja bisa! Para polisi akan giat mencari, para dokter akan mencari tahu metoda apa yang dipakai untuk membunuh dan dari situ melacak pola jejaknya. Ada banyak detektif hebat di seluruh kerajaan."
“Kau lupa soal orang yang mengendus-endus dan bisa hilang dalam setengah jam?” Marco mendebat. “Bagaimana cara para dokter dan detektif menjelaskan itu?”
Untuk sesaat, Jose mati kutu. Ia bimbang harus menjawab apa. “Kalau Paman mau tahu bagaimana penjelasan mereka, harusnya Paman membuka kasus ini pada publik."
Marco menggeleng pelan. “Kau tidak tahu, Jose. Ada banyak hal yang dipertaruhkan di sini.”
Jose sebenarnya paham, tetapi ia masih belum bisa menerima ketidakjujuran Marco. Kalau pamannya bisa menyimpan satu kebohongan besar seperti ini dengan tenang, bagaimana dengan rahasia lain? Mungkinkah masih ada kebohongan-kebohongan di balik wajah tenang Marco? Pasti.
Banyak hal yang harus dicari tahu, dan Jose bingung harus memulai dari mana.
Mungkin sebaiknya aku membuat sebuah daftar, pikirnya. Untuk membantuku berpikir, mana yang sudah kutahu dan mana yang belum.
Jose mengangguk puas, lalu bangkit untuk kembali ke kamarnya. Sekarang ia perlu waktu pribadi untuk berpikir.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
labib Zack Lee Ramadhani
klo boleh tau ini novel menceritakan tentang apa sih
2021-09-09
1
Iklima kasi💕
tuan marco sama misteriusnya kaya sosok hitam itu,,banyak yg dia sembunyikan...
2020-09-04
2
~Marr 💙💙
kok Marco seperti ada udang di balik bakwan yah 🤔🤔
mencurigakan 😒
2020-05-31
1