“Jadi, kau akan ke Gedung Diskusi juga akhirnya?” Marco melipat kedua tangan di depan dada, memperhatikan Jose yang sedang mematut diri di depan cermin di kamar.
“Begitulah.” Jose mengangguk, menyisir rambut hitam berombaknya dengan jari.
“Kenapa?”
“Karena sepertinya menarik. Bukankah Paman sendiri yang mendesakku untuk sering ke sana?”
“Ya, dan kau selalu menolak dengan licin seperti belut,” sambut Marco heran. “Dengan siapa kau pergi?”
Jose berbalik, melemparkan tawa heran pada Marco. “Halo? Ayah saja tidak seperti itu, Paman.”
“Justru karena itu. Ibumu sibuk dengan perkumpulannya dan ayahmu sibuk dengan pekerjaan. Mereka menunjukku untuk jadi tutor sekaligus pengawasmu. Kau ada dalam tanggung jawabku. Jadi, dengan siapa kau pergi?”
“Dengan Dave,” jawab Jose, menyerah karena Marco pasti tetap akan rewel dan mendesak untuk mencari tahu. “Kenapa? Memangnya Paman juga akan datang hari ini?”
Marco sudah tidak terlalu sering datang ke Gedung Diskusi akhir-akhir ini. Pria itu sibuk dengan persoalan orang yang hilang. Jose hanya menggoda karena ingin pamannya pergi, lupa bahwa Marco bukan orang yang gampang menyerah.
“Sebaiknya kau pulang tepat waktu Jose.”
“Mungkin aku akan minum dulu dengan Dave," Jose berkata kesal. Marco selalu mengekang dan tidak pernah membiarkannya sendiri, selalu saja membuatnya marah dan jengkel. Karena itulah ia selalu kabur dari pelajaran privatnya.
“Dave siapa yang kau maksud?”
“Lord Dominic,” Jose berkata malas. “Nama kecilnya David dan aku memanggilnya Dave.”
“Ah, anak pertama Wright?”
“Ya,” adalah satu-satunya respon Jose. Ia tahu pamannya pasti akan setuju tanpa banyak protes lagi. Marco mementingkan status lebih dari apa pun juga. Selama ini Jose memang jarang mengumbar pertemanannya karena malas melihat reaksi Marco. Pertemanannya dengan Maria saja sudah cukup membuat keduanya hampir ditunangkan—kalau saja Maria tidak tertawa di depan Marco waktu pria itu mengusulkan pertunangan.
Ia ingat ada cerita bahwa suatu hari Marco dengan sopan menanyakan pada Maria hal yang mengandung pertanyaan tentang pertunangan. Mengetahui apa yang dimaksud oleh Marco membuat Maria lantas tidak bisa menahan tawanya. Hanya tawa kecil, satu semburan tawa kaget karena tidak menyangka pembicaraan itu akan muncul.
Jose mungkin juga akan tertawa seandainya ada di sana. Ia tidak bisa membayangkan pamannya bicara soal pertunangan. Ia tidak tersinggung, tetapi Marco sebaliknya. Pria itu berbalik pergi dengan hati sakit dan hidung terangkat congkak.
Keluarga Garnet mengirim permintaan maaf dengan berbagai koleksi mahal dan berharga, dan Maria sendiri datang untuk meminta maaf atas sikap kasarnya (yang tak beradat, menurut tambahan orang tuanya). Marco mengangguk dan memaafkan, meski Jose tahu bahwa pria itu masih menyimpan sedikit sakit hati.
Jose menarik napas, membuyarkan lamunan dan mengembalikan dirinya ke kenyataan. Ia memutar balik tubuhnya dan berjalan ke pintu, menatap Marco dengan kening berkerut. “Aku boleh lewat?” tanyanya. Pria itu menghalangi pintu dengan berdiri di ambangnya.
“Tentu.” Marco memiringkan tubuh, membiarkan keponakannya lewat. “Kau harus membawa pengawal bersamamu.”
“Paman, aku bukan enam belas tahun lagi."
“Kau baru dua puluh tiga,” tegur Marco.
Jose tertawa mendengarnya. Dua puluh saja sebenarnya sudah sangat tua dan layak memimpin keluarganya sendiri, bukan tinggal bersama orangtua dan pamannya. Ia berkata dengan sabar, “Aku cuma ke Gedung Diskusi, Paman. Jangan berlebihan. Apa kata mereka kalau melihatku datang dengan pengawal? Aku bakal ditertawakan!"
“Baiklah, baiklah. Tapi jangan pulang terlalu malam, kau pasti tidak mau dijemput polisi.”
“Itu ancaman?” Jose berbalik, menatap dengan mata berkilat-kilat.
“Itu kasih sayang. Nah, buat semua orang terkesan dan cepatlah kembali, oke?”
Jose hanya menghela napas sebagai balasan.
***
Sudah lewat jam tiga, tapi Dave masih belum muncul. Jose bolak-balik keluar masuk Toko Pierre karena bosan menunggu. Ia tahu bahwa kawannya itu memang sulit sekali disuruh tepat waktu, tetapi tidak menyangka Dave berani terlambat setengah jam.
Apa dia sedang main perempuan lagi? Jose melirik jam sakunya untuk terakhir kali, kemudian berjalan pelan-pelan menjauh dari Toko Pierre. Terserah saja kalau Dave datang dan kaget melihatnya tidak ada, biar saja dia menunggu selamanya. Jose makin kesal saat berpikir mungkin saja Dave sebenarnya sudah pergi duluan dan lupa soal janji mereka.
Jose bisa saja memanggil kereta sewaan, tapi ia lebih suka berjalan. Berjalan membuatnya bisa berpikir lebih jernih.
Ia masih belum bisa berhenti memikirkan soal orang-orang yang hilang dan apa yang disembunyikan oleh pamannya. Matanya mengawasi jajaran kedai minum serta toko-toko lain. Dari kecil sampai besar, seluruh ekonomi di kota Bjork dikendalikan dari belakang oleh Marco. Tidak ada yang mengatakan itu pada Jose. Bahkan orangtuanya pun tidak. Jose mengetahui itu dengan sendirinya.
Pada saat ia masih kecil dan orang tuanya masih sering pergi jalan-jalan ke luar berdua, Jose selalu jadi penjelajah malam. Bahkan saat ketiga kakaknya sudah tidur dengan nyenyak atau pura-pura tidur karena takut pada kemarahan paman mereka, Jose selalu jadi yang terakhir tidur. Ia akan menjelajahi rumah dari satu kamar ke kamar lain, berpura-pura menjadi polisi yang diincar oleh penjahat tak kelihatan.
Maka, ia selalu menyelinap dan berlatih membuat segala gerakannya tidak terdengar siapa pun. Dari situlah ia mengetahui apa yang sedang dibangun oleh Marco.
Beberapa orang berpakaian rapi datang suatu malam pada Marco, mereka membicarakan banyak hal soal toko ini dan itu, soal penghasilan dan pengeluaran, lalu setelah berdebat dengan wajah serius, semuanya selalu menyerahkan sebuah kantong dan amplop besar pada Marco. Jauh setelahnya, Jose baru sadar bahwa bingkisan itu pasti berisi uang. Orang-orang yang datang pada pamannya adalah para pengusaha.
Di malam lain akan ada orang-orang lain yang datang pada pamannya. Misalnya orang dengan pakaian lusuh dan compang-camping. Mereka akan berbisik-bisik dengan pelan. Kadang bersemangat, biasanya Jose sampai bisa ikut mendengarkan kalau ada yang bicara kelewat semangat. Kadang orang-orang bertipe ini akan menangis atau berlutut sambil menautkan kedua tangannya di depan Marco, dan pria tua itu jadi pihak yang memberikan kantong—meski ukurannya lebih kecil dari yang biasa ia terima. Setelah remaja barulah Jose sadar bahwa itu adalah cara pamannya mencari informasi.
Kemudian ada malam-malam lain yang berbeda dari semua itu. Akan ada para polisi yang datang pada Marco. Jose suka pada polisi, makanya ia memperhatikan pamannya setiap malam tiap kali orangtuanya pergi. Ia ingin melihat kedatangan polisi-polisi itu lagi. Para polisi akan duduk sambil minum cairan berwarna kuning atau oranye, lalu bercanda dengan pamannya. Kadang mereka bicara berbisik-bisik sehingga Jose tidak mendengarnya.
Itu semua adalah ingatan Jose waktu kecil. Ia pernah terpergok sedang menguping pembicaraan para polisi. Setelah itu, Marco selalu memastikan pintu kamarnya terkunci saat memasukkan Jose ke kamar tidur. Sayangnya Marco tidak berpikir untuk mengunci jendela. Jose yang penasaran dan menyukai ketegangan segera saja menemukan hobi baru selain menyelinap. Parkur.
Semua ingatan itu melayang secara sinematik dalam kepala Jose selagi ia meninggalkan Toko Pierre tempatnya janji bertemu dengan Dave.
Dave.
Mengingat sahabatnya membuat Jose sedikit merasa bersalah. Ia jadi berpikir ulang, apakah harusnya aku menunggu dulu barang lima belas menit?
Ah, tapi dia memang sudah sangat terlambat, bantah Jose sendiri, masih dalam pikiran.
Ia melayangkan pandangan ke sekitar, berjaga kalau-kalau melihat Dave di jalan. Ada para perempuan dengan rok mengembang, perempuan lain yang lebih modern dengan rok flapper dan pipa di tangan, ada pria-pria tua yang membeli bunga, anak-anak berlarian membawa buku, lalu ada dua polisi patroli berjalan sambil diam. Tapi tidak ada Dave.
Malahan, mata Jose menangkap sosok lain yang lebih dikenalnya. Orang itu sedang berjalan tenang ke arah yang berlawanan dari Gedung Diskusi. Pakaiannya jas formal serba hitam, dengan topi tinggi seperti pada umumnya dan tongkat jalan yang manis berwarna metalik.
Itu Sir William.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Ana Mutia
the satanic man
2023-10-16
0
uang suap atau upeti ?
2023-04-11
0
Reksa Nanta
Dave diculik ?!
2023-03-25
0