“Pelaku? Maksudnya Higgins dibunuh?” Lagi-lagi Jose merinding. Ia menatap lurus pada mata hitam pamannya. “Dia bukan diserang binatang liar?”
“Aku bilang begitu supaya kau tidak cemas. Supaya kau tidak merasa bersalah atau apa.” Marco berjalan memeriksa pintu, memastikan bahwa kayu itu sudah tertutup rapat. “Sepertinya yang terjadi adalah sebaliknya, kan? Kau justru menyalahkan dirimu sendiri.”
Jose mengalihkan wajah, merasa malu karena dirinya bisa dibaca dengan jelas oleh Marco. “Soal Higgins,” ujarnya pelan. “Pelakunya siapa? Sudah tertangkap?”
Marco kembali ke depan Jose, kini duduk di sofa di seberang pemuda itu. Matanya menatap hati-hati, menimbang. “Kau tahu bahwa darah Higgins habis.”
“Ya. Katanya ada binatang liar atau semacamnya. Semacam kelelawar pengisap darah.”
“Tidak ada binatang seperti itu di wilayah ini.” Marco berkata muram. “Binatang punya daerah persebarannya sendiri, Jose.”
“Ya, aku tahu,” ucap Jose kesal. Ia selalu jengkel setiap kali Marco menggunakan nada menggurui padanya. “Apa maksud Paman pelakunya sama? Dari mana Paman tahu? Orang-orang yang hilang itu kan tidak pernah ditemukan."
“Beberapa ditemukan.”
Jose mengerutkan kening. "Tidak pernah dengar beritanya."
“Tidak, ini serius. Dengarkanlah dengan baik dan jangan memotong. Juga jangan katakan pada siapa pun."
"Tentu saja tidak, memangnya aku—"
"Meski kepada Maria Garnet," kecam Marco.
Jose menelan ludah dengan gugup. "Kenapa sebut-sebut Maria?"
"Kau menceritakan soal kematian Higgins kepadanya, kan?"
Jose mengumpat dalam hati. Apakah Maria bercerita kepada ayahnya lalu Tuan Garnet bicara kepada Marco? Kalau iya, ini hari sialnya. Namun rasanya Maria bukan jenis orang yang besar mulut.
Seakan membaca pikirannya, Marco berkata, "Garnet tidak mengatakan apa pun. Aku mengenalmu, Jose. Aku tahu kebiasaanmu. Sejak dulu, kau selalu menceritakan segala hal kepada putri Garnet. Semuanya."
"Ah, tidak juga ..."
"Apa hal di rumah ini yang kau tahu tapi dia tidak tahu?" Marco menyipitkan mata.
Dengan agak tersinggung, Jose membuka mulut untuk menyebutkan satu hal, tetapi kepalanya tidak mampu menemukan satu pun contoh. "Aku tidak pernah cerita hal-hal yang bersifat privasi," gumamnya.
"Itu memang sudah seharusnya. Adakah hal lain yang dia tidak tahu? Aku yakin dia bahkan tahu apa sarapan pagimu."
Tentu saja Maria tidak tahu, berhubung mereka tidak mengobrol hari ini, tapi Jose ingat bahwa mereka memang terkadang membicarakan soal sarapan pagi.
"Aku tidak peduli dengan masalah lain, tapi yang ini jangan. Setidaknya, diamlah sampai kau tidak punya pilihan lain untuk bicara!"
Jose mengangguk canggung.
Marco diam agak lama, kemudian membuat wajah penuh tekad seolah baru saja memutuskan suatu hal besar dalam kepala. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, ke arah Jose. Suaranya direndahkan. “Orang-orang yang hilang itu," ucapnya hati-hati. "Mereka semua juga ditemukan dalam keadaan kehabisan darah. Seperti Higgins.”
Jose membeliak. Kedua alisnya diangkat tinggi-tinggi. “Apa?” tanyanya setelah sedikit pulih dari kekagetan. “Paman barusan bilang apa? Siapa yang ditemukan dalam keadaan seperti itu? Maksud Paman, seperti Higgins persis?”
Marco menjawab dalam anggukan. “Tidak semuanya ditemukan. Hanya beberapa. Semuanya sudah jadi mayat dan kondisinya sama dengan Higgins.”
“Siapa saja yang sudah ketemu? Polisi sudah tahu?”
Marco tidak menjawab. Pria itu menatapnya lurus-lurus, membuat Jose menyadari bahwa polisi pasti sudah tahu.
Polisi dan keamanan di kota itu memang dipegang oleh Marco dari belakang. Sejak kecil Jose sudah tahu bahwa Inspektur Bjork selalu melapor kepada pamannya tiap kali ada sesuatu yang terjadi di kota. Jose sudah siap menerima kalau pamannya memiliki satu atau dua rahasia, tetapi yang ini sama sekali tidak disangkanya. Ia bangkit dengan kaget. Wajahnya terpilin dalam raut tak percaya.
“Dan keluarga mereka tahu soal ini?”
“Soal apa? Bahwa anggota keluarga mereka ditemukan dalam keadaan mengenaskan, darahnya habis? Lalu harus bilang apa pada keluarga lain yang berharap menemukan anggota keluarganya yang juga hilang? Yang ada hanya menyebarkan ketakutan serta keputus-asaan yang tidak perlu.”
“Tapi mereka semua menanti kabar terbaru! Hidup atau mati!”
Marco menghela napas. “Mereka menanti, dengan harapan. Karena itu Bjork masih dipenuhi dengan senyum meski dalam kondisi khawatir. Mereka semua punya semangat untuk hidup. Kalau kita memberi tahu masyarakat, yang ada adalah kepanikan—“
“Ini pembohongan publik!” Jose memotong marah. “Semua orang berhak tahu kalau ada bahaya yang menanti mereka!”
“Jose, Jose,” Marco berkata sabar, “dengarkan, masyarakat tidak sepintar yang kau pikir. Kalau mereka tahu ada bahaya mengancam, menurutmu apa yang akan mereka lakukan? Jadi lebih waspada? Tunduk sesuai perintah yang dikeluarkan kepolisian? Tidak. Mereka akan panik. Mereka akan kocar-kacir ke sana-kemari, ketakutan, mungkin malah timbul kerusuhan yang tidak perlu. Kota ini akan lumpuh. Kau mau itu? Ada banyak yang dipertaruhkan di sini, bukan hanya soal satu atau dua hal minor.”
Jose menatap Marco dengan mata terpicing, lalu berbisik tajam, “Paman barusan mencemaskan bisnis Paman, kan?”
Pria tua itu mengerjap kaget, lalu memberi senyum tipis yang tidak kentara. “Tentu itu juga salah satu alasan.”
“Keterlaluan!” sembur Jose. Tetapi ia menarik napas dan menahan emosi. Ia perlu tahu detail lain dari yang diceritakan pamannya barusan. “Jadi, siapa pelakunya?”
“Sedang diselidiki,” Marco berkata. “Dia sudah berani masuk dalam teritorial Argent. Aku sudah melipat gandakan keamanan. Kau tahu kenapa aku cerita padamu? Supaya kau tidak gegabah. Kau selalu menjerumuskan diri dalam bahaya, jadi aku memperingatkanmu duluan. Patuhi jam malam yang sudah ditetapkan kepolisian."
“Paman sudah menemukan petunjuk tentang pelakunya?” Jose mengusap wajah. Lututnya gemetar memikirkan ada makhluk yang berjalan-jalan di tengah mereka, tetapi ia berusaha menguatkan diri.
“Belum."
Jawaban itu membuat Jose kecewa.
“Tapi kau bilang mendengar suara kuda semalam, kan? Kuda adalah binatang yang sensitif. Mereka juga ribut pada saat Higgins terbunuh. Bisa jadi sebuah tanda, aku akan mendiskusikannya dengan ayahmu.”
“Ayah juga tahu soal ini?” Jose hampir berteriak. “Siapa lagi yang tahu? Apa Keluarga Garnet tahu?”
"Kalau mereka tahu, untuk apa aku memintamu merahasiakannya dari Maria?" Marco menggeleng. “Selain Robert, Inspektur Bjork, hanya aku dan Edgar. Kami tidak membicarakan ini di depan Renata, jadi ibumu tidak tahu."
Jose menelusuri wajah pamannya dengan cermat, mencari tanda atau gurat yang menyembunyikan sesuatu. Banyak garis di wajah tua itu, dan ia tahu bahwa pamannya memang menyembunyikan banyak hal. Ia menarik napas, mengembuskannya pelan-pelan sebelum mengangguk. “Aku tidak akan cerita kepada siapa-siapa soal ini. Paman bisa percaya padaku.”
“Aku tahu itu.” Marco memberi anggukan singkat. Ia menarik napas panjang, terlihat lebih relaks. “Dan kalau ada suara kuda atau binatang apa pun ribut, jangan keluar rumah. Jangan ke mana-mana. Kalau perlu sebaiknya kau membangunkan George atau aku.”
Jose mengangguk lagi, kepalanya masih berkabut. “Jadi, sesuatu yang menculik banyak manusia ini melakukannya untuk mengambil darah mereka?”
“Ya, entah untuk apa.”
“Seperti vampir?” Jose mengusulkan, ragu-ragu. Rasanya sama sekali tidak etis mengemukakan spekulasi tidak masuk akal tentang cara mati dari orang-orang malang itu.
“Bisa jadi." Pamannya mengangguk lagi.
“Tapi vampir itu tidak ada,” Jose mendebat sendiri usulnya. Ia menggeleng pelan. “Tidak masuk akal."
“Kita tidak pernah bisa tahu secara mutlak soal satu hal, kan?”
“Soal hal-hal yang bersifat fantasi, tentu saja itu tidak mungkin. Fantasinya sendiri saja sudah membuktikan bahwa hal itu tidak eksis di dunia nyata.”
“Fantasi bisa muncul karena ada konsep lain yang mendahuluinya,” Marco menukas. “Seperti misalnya putri duyung ada karena ikan duyung. Lalu apa yang bisa menjelaskan hilangnya darah ini selain sesuatu yang seperti vampir?”
“Sesuatu yang seperti vampir,” Jose menekankan. "Berarti bukan vampir.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
Ana Mutia
...
2023-10-16
0
Jatmiko
Seperti Vampir berarti manusia penghisap darah. 😃
Korban yang lain menghilang dahulu baru kemudian ditemukan dalam keadaan "kering". Sedangkan Higgins, dieksekusi di pondoknya sendiri. Polanya sedikit berbeda.
2023-03-27
1
Reksa Nanta
Apakah Sir William adalah Dracula yang menghisap darah agar awet muda ?!
2023-03-25
0