"Ya Allah. Saya benar-benar tidak menyangka apa yang di alami Hana sepahit itu, Mas."
Malam itu Dude dan Kinan duduk di teras untuk mengobrol lebih leluasa tentang Hana dan masa lalunya. Detik itu juga, Kinan baru tahu bahwa Dude adalah kakak kandung Hana yang kuliah di Amerika. Begitu pulang ke Indonesia, Dude terkejut melihat keadaan adiknya yang sangat tragis. Hana berulang kali melakukan percobaan bunuh diri, lalu dia juga hampir membunuh orang tua angkatnya.
Sejak saat itulah, Hana dikirim ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan perawatan. Belakangan baru terkuak, Hana ternyata tengah mengandung dengan usia kandungan empat bulan selama di rumah sakit jiwa.
Mendengar cerita itu membuat Kinan meringis dan tanpa sadar menangis, membayangkan bagaimana tersiksanya batin dan mental Hana selama ini.
"Beruntung Reyhan sangat sayang terhadap mamanya. Karena itu saya, pamannya ingin Rey tidak kekurangan kasih sayang, sehingga saya yang membiarkan Rey menganggap saya sebagai papanya."
Kinan tertunduk pilu, dia selalu merasa musibah yang dialaminya adalah yang terberat, padahal ada yang lebih menderita lagi darinya, Hana adalah salah satu daripada korban bejatnya laki-laki tidak bermoral seperti Bagus Angga Kageswara, seorang anggota kepolisian yang seharusnya menjadi penyelamat masyarakat.
"Laki-laki yang bernama Bagus apakah sudah dipenjara, Mas?"
"Ya, tapi karena dia memiliki relasi, sehingga hukuman yang diberikan tidak sebanding dengan apa yang dia perbuat terhadap Hana, dia hanya dipenjara selama sembilan tahun termasuk remisi."
Kinan hanya bisa menggeleng, dia merasa itu sangat tidak adil melihat kondisi Hana yang belum membaik sampai sekarang.
"Saya ingin Hana mengubur masa lalunya itu, dan bangkit dengan hidup baru yang lebih baik, tapi semuanya tidak semudah yang saya harapkan, sebab tidak ada yang tahu sepedih apa luka yang dimiliki Hana, dia begitu trauma dan nyaris tidak memiliki semangat lagi untuk menjalani hidup."
Kinan bisa melihat kesedihan di mata Dude, siapa yang tidak sedih, dia saja yang belum lama mengenal Hana merasa sangat sedih seolah merasakan apa yang di alami Hana. Dia saja yang hanya dibohongi oleh Hamzah merasa amat sakit hati. Apalagi Hana yang dihancurkan mental juga masa depannya, dia sangat tidak tega.
"Yang dilakukan laki-laki bejat itu sama seperti yang dilakukan Hamzah pada Diana, teman saya, Mas," ujar Kinan mengulik lagi apa yang baru saja menimpanya.
"Saya penasaran dengan laki-laki yang bernama Hamzah itu. Apakah dia adalah Hamzah yang saya kenal? Saya sempat mengira seperti itu, tapi saya sendiri tidak yakin karena saya tidak begitu dekat dengan orang yang bernama Hamzah itu, dia juga memiliki nama yang mirip dengan yang tertera di undangan pernikahan suster Kinan," tutur Dude.
Kinan hanya diam. Dia sangat benci dengan laki-laki bernama Hamzah, laki-laki yang tadinya dia pikir baik dan saleh.
"Terlepas dia adalah Hamzah yang saya kenal atau bukan, saya tetap akan menghajarnya kalau sampai dia berani mengganggu suster Kinan lagi," ucap Dude.
Kinan mengangkat wajahnya menoleh sekilas ke laki-laki yang ada di sampingnya. Dude melempar senyum, dia lalu menatap lurus ke depan.
"Maaf karena saya nekat menikahi suster. Tapi saya melihat suster waktu itu langsung teringat Hana, walau tidak sama dengan yang dialami Hana, tapi bagi saya suster juga telah dikecewakan oleh laki-laki yang tidak bermoral. Maaf karena saya malah memberikan ide yang aneh terhadap suster. Tapi saya tidak ada niat jelek sama sekali," terangnya pada Kinan.
"Mas Dude sangat baik, saya sangat berterima kasih. Jujur saya sempat ragu menerima tawaran itu, bahkan saya menolak dengan keras karena saya pikir Mas memiliki istri," jawab Kinan.
Dude hanya tertawa kecil. "Iya, pasti siapa pun akan berpikiran begitu. Bukan hanya suster, tapi banyak orang mengira saya duda, karena saya punya anak tapi tidak memiliki istri, saya sendiri orangnya tertutup dan memilih diam, membiarkan pemikiran orang di luar sana, apapun itu, mungkin karena saya terlalu cuek," katanya sambil melirik Kinan sekilas.
Kinan hanya berdeham sambil memainkan ujung jari-jarinya. Lalu, sekarang bagaimana nasib pernikahan dadakannya dengan Dude?
"Mas, untuk pernikahan kita. Maaf, saya masih agak bingung."
"Kenapa bingung? Kita menikah secara sah dimata agama. Oiya, untuk mahar yang saya berikan, itu sudah saya transfer sesuai dengan jumlah yang saya tulis dan sepakati saat akad nikah waktu itu. Masalah biaya rumah sakit bu Halimah itu juga biar saya yang menanggung nya. Saya tulus ingin membantu suster Kinan," terang Dude tanpa beban menyatakannya sangat leluasa. Berbeda dengan Kinan yang gugup tidak jelas kalau membahas itu berdua dengan Dude.
"Mas menikahi saya karena empati, rasa kasihan, tidak tega dan ingin menolong. Saya merasa tidak enak, Mas. Bukannya pernikahan seharusnya saling ...."
"Saling? Saling apa, Suster? Menurut saya menikah adalah ibadah dan berharap restu dari yang Maha Kuasa. Ini bagian dari takdir saya, mungkin kalau tidak ada kejadian kemarin, saya berpikir berulang kali untuk menikah. Jadi, terima kasih suster mau menikah dengan saya."
Kinan menundukkan pandangan dengan jantung berdebar kuat. Kenapa Dude selalu berhasil mengobrak-abrik perasaannya. Kinan tidak tahu harus berkata apa lagi sekarang.
"Terima kasih juga karena suster mengubah persepsi saya tentang wanita. Menurut saya menikahi suster seperti hadiah istimewa. Ah, mungkin agak klise, atau terkesan membual, tapi, menurut saya suster Kinan adalah wanita yang sangat pantas dilindungi dan dijadikan pendamping hidup."
Lagi-lagi Dude mengacak-acak perasaan Kinan. Bagaimana dia bisa menjawab, lidahnya kelu seketika, kata-kata Dude seperti heroin yang membius.
"Hm, kita coba menjalaninya pelan-pelan. Kita bisa menjadi teman, bagaimana?" tawar Dude dengan senyuman tipis nan memesona.
Kinan membalas senyuman itu meski agak canggung dan malu. "Boleh, tapi Mas jangan panggil saya suster, bisa?"
Dude terkekeh. "Maaf, saya terbiasa memanggil itu. Baiklah, Kinan. Saya akan usahakan bisa lebih santai sekarang. Begitu juga Kinan, saya harap bisa lebih santai saat berbicara dengan saya."
Kinan mengangguk dengan pipi memerah. "Ya, baiklah Mas," jawabnya.
"Sudah malam, Kinan lebih baik tidur, istirahat lebih awal. Kalau tidak keberatan, besok saya ingin mengajak Kinan ke Jogja untuk mengantar Hana dan Reyhan."
"Reyhan ikut?"
"Rey meminta menemani Hana di sana, ditemani mbah ti dan mbah tung, mereka orang tua angkat saya dan Hana," terang Dude.
"Apa Rey akan baik-baik saja?" tanya Kinan agak cemas melihat Hana yang sering kambuh.
"Hana di rumah sakit jiwa di tangani oleh dokter dan petugas yang kompeten. Rey tinggal bersama kakek neneknya. Jadi, saya rasa itu tidak masalah. Sebab Rey tidak bisa dibantah, jika sudah mempunyai keinginan," jawab Dude.
"Baiklah, Mas. Besok Kinan mau ikut tapi sebelumnya apa Kinan boleh menjenguk Ibu di rumah sakit dulu? Ibu pasti kepikiran tentang keadaan saya, Mas."
"Tentu, boleh, besok saya akan antar."
Perasaan Kinan jauh lebih lega sekarang. Tidak masalah menjalin pertemanan dengan pria yang menjadi suaminya, mungkin kalau langsung ke tahap yang lebih akan terasa memaksa. Kinan memutuskan untuk berusaha menjadi wanita yang pantas untuk Dude nantinya.
...____...
...minta pendapat boleh? menurut kalian ceritanya menarik, nggak? ...
...Komen ya hehe ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Andi Fitri
karna karya author menarik maksx betah bacanya..🙂
2023-11-22
1
@maydina777
menarik kk
2023-02-01
0
Mariana Frutty
✔️
2022-07-28
0