Kinan baru saja keluar dari ruangan ICU tempat ibunya dirawat. Dude menunggu dengan sabar, dia berharap Kinan baik-baik saja setelah melihat kondisi ibunya. Dia juga berharap ibu Kinan akan membaik dengan segera.
"Gimana, Suster? Keadaan bu Halimah?"
"Alhamdulillah, walaupun ibu kelihatan lemah tapi ibu mau menjalani segala perawatan di rumah sakit."
"Alhamdulillah," jawab Dude, terlihat kelegaan yang cukup jelas.
"Mas, bisa kita bicara?" tanya Kinan. Dude menyanggupinya, dia langsung mengangguk setuju. "Boleh."
"Hm, di mana ya, enaknya." Kinan bingung sekaligus canggung. Tapi, dia tidak mungkin mendiamkan Dude terus menerus.
"Kita ke food court atau cafe di depan?" tawar Dude.
"Em, tapi, Rey masih nunggu di mobil?"
"Rey udah pulang dijemput supir. Tadi saya sengaja meminta supir menjemput Rey agar dia istirahat sekaligus menjaga Hana."
Deg.
Saat Dude menyebut nama Hana, jantung Kinan berdentum sangat kencang. Jadi, dia kembali disadarkan, bukan dia yang seharusnya bersama Dude sekarang. Ada wanita yang lebih berhak darinya.
"Maafkan saya, ya, Mas. Seharusnya Mas tidak direpotkan dengan semua ini. Saya merasa sangat bersalah terhadap Mas Dude."
Dude malah tersenyum, dia menggeleng pelan. "Saya yang menawarkan bantuan, itu tandanya saya siap melakukannya tanpa paksaan, jadi, Suster tidak perlu merasa terbebani, apalagi merasa bersalah."
Kinan tertunduk, terdengar helaan napas berat, juga kegugupan yang tak bisa dia tutup-tutupi.
"Kita jadi ngobrol? Ah iya, Rey titip pesan, suster harus makan, sebagai pertanggungjawaban dari kata-kata Suster. Kata Rey, suster selalu bilang bahwa kita tidak boleh dzalim? Dia bilang suster sudah dzalim jika tidak mau makan dan memikirkan kesehatan suster."
Kinan tertegun, itu memang yang dia katakan setiap kali Rey tidak mau makan dan minum obat, itu dia lakukan demi pasiennya, yang sekarang, malah menjadi anak tirinya?
"Ya, baiklah, Mas. Nanti saya akan makan," angguk Kinan.
"Alhamdulillah, kita jalan sekarang, ya. Silakan, suster jalan duluan saja," ujar Dude.
Kinan mengikuti kata-kata Dude, dia berjalan duluan, sementara Dude mengikuti Kinan di belakang. Mereka menuju cafe yang ada di samping rumah sakit.
Sesampainya di cafe, sesuai kesepakatan awal, Kinan akan mengisi perutnya yang kosong sejak pagi tadi. Dia memesan sepiring nasi goreng dan juga teh hangat tawar. Sedangkan Dude memesan secangkir kopi favoritnya.
"Silakan suster makan dulu," ucap Dude.
Kinan berdeham, dia agak grogi makan di hadapan seorang pria, sebab itu kali pertama Kinan makan berduaan dengan lawan jenis.
Haruskah dia katakan, dia tidak bisa bersikap tenang, bahkan tangannya gemetar, jari-jarinya tidak bisa diam, kalau dia memegang sendok, mungkin sendok itu akan bergetar saking gugupnya dia duduk di hadapan Dude Danuarta.
"Hm, saya akan fokus pada ponsel, kebetulan saya juga ada pekerjaan sedikit, jadi suster bisa makan dengan leluasa. Tidak masalah, kan?"
Kinan mengangguk ragu. Dude mulai fokus pada ponselnya, dan Kinan mulai berani memegang sendok, benar saja, dia gemetaran. Kinan berusaha menenangkan dirinya. Ini normal, dia sangat normal sebagai muslimah yang belum terbiasa bersama lawan jenis. Padahal Dude adalah suami sahnya. Tapi tetap saja Kinan masih sangat canggung.
Pelan-pelan Kinan mulai menyendok nasi goreng ke mulutnya, lalu dia mengunyahnya. Ternyata nasi goreng itu sangat enak, atau dia saja yang kelaparan jadi makanan apapun akan terasa sangat nikmat menyentuh lidahnya.
Dude sama sekali tidak memerhatikan Kinan yang mulai lahap menyantap nasi gorengnya. Dia hanya merasa lega, karena Kinan mau makan.
Setelah berlalu, satu sendok nasi goreng yang terakhir menutup makan malam Kinan, ditambah satu gelas teh hangat yang langsung habis dia teguk.
"Alhamdulillahilladzi at'amana ...." ucap Kinan pelan. Dude tersenyum, Kinan sangat mirip dengan Rey yang baru selesai makan, pasti doa itu yang diucapkan. Ah tidak, dia saja yang keterlaluan sudah tua begini belum hafal doa sesudah makan.
"Em, alhamdulillah, terima kasih sudah mau menemani saya makan, Mas." Kinan masih tertunduk, Dude lagi-lagi tersenyum, tapi lebih mirip tawa pelan karena merasa lucu dengan sikap Kinan yang malu-malu.
"Oiya, ini ponsel suster Kinan, maaf saya lupa memberikannya, tadi sewaktu suster sedang sibuk, tetangga suster menitipkannya pada saya," kata Dude menyerahkan ponsel berwarna pink pada Kinan.
"Ponsel?" Kinan tidak yakin ingin melihat benda itu. Pasti sekarang banyak yang bertanya padanya, termasuk teman-temannya, tentang suami Kinan yang bukan dokter Hamzah. Berita itu menyebar dengan cepat, dan sangat tidak nyaman baginya.
"Terima kasih, Mas." Tetapi Kinan tetap menerima ponselnya. Dia menatap layar yang hitam, sebab benda itu belum dia nyalakan. Kinan ingat dia mematikan ponsel saat grup-grup chat berbunyi berisi banyak pertanyaan dari teman-temannya tentang pernikahan nya.
Namun, mata Kinan terpejam sebentar sambil menyalakan benda itu. "Semua harus kamu hadapi, Ki," gumamnya.
"Suster, apa suster baik-baik saja? Hm, saya mengerti kalau banyak yang bertanya macam-macam tentang pernikahan suster. Tapi, saran saya tidak perlu dipikirkan, biarkan saja, mereka tidak tahu yang suster lalui," tutur Dude.
Kinan mengangguk. "Iya, Mas. Karena itu saya mencoba menghadapi semuanya. Saya akan jelaskan, walau hanya garis besar nya saja agar tidak menimbulkan fitnah," jawabnya.
Dude hanya bisa menatap Kinan yang mulai merubah ekspresinya saat melihat layar ponselnya menyala. Jemarinya mupai menggulir layar ponsel itu lalu dia terlihat mengetikkan sesuatu di sana.
"Bismillah," ucap Kinan bersama dengan hela napas berat.
Dude tahu, itu semua tidak mudah. Terlepas dari yang Kinan rasakan, Dude juga tidak menyangka dia akan senekat itu menikahi Kinan. Sudah pasti Kinan merasa sangat tertekan, kalau tidak karena terpaksa, karena Dude tahu Kinan tidak menyukainya. Rasa geram dia tahan terhadap Hamzah, menurutnya lelaki seperti Hamzah adalah lelaki yang bodoh karena menyakiti wanita sebaik Kinan Adelia.
Kinan sudah selesai menjawab beberapa pertanyaan teman, rekan, atau kenalan dekatnya. Mereka semua mengerti posisi Kinan dan ikut mendoakan yang terbaik bagi Kinan.
"Suster, gimana? Kalau terlalu banyak pesan yang masuk, tidak perlu suster balas semuanya," ucap Dude mengingatkan.
"Iya, saya baik-baik saja, kok, Mas."
Kinan tadinya ingin menaruh kembali ponselnya tapi ada rentetan pesan baru yang masuk ke ruang obrolannya.
Dokter Hamzah
Kinan, maafkan saya, demi Allah saya menyesal telah menyakiti kamu. Saya ada di depan rumah kamu, saya berbalik arah dari bandara ke tempat kamu. Saya abaikan permintaan keluarga saya untuk membatalkan pernikahan. Saya sangat menginginkan kamu menjadi istri saya, Kinan. Saya juga tahu, ibu kamu pingsan, saya bertambah menyesal. Tapi, saya juga dengar kamu menikah, kamu menikah dengan lelaki lain. Kenapa kamu lakukan itu? Apa ini sengaja kamu lakukan untuk membalas saya? Kinan seharusnya kamu dengarkan saya dulu. Saya belum bisa melepaskan kamu. Yang Diana katakan tidak sepenuhnya benar, Kinan.
Kinan sangat shock membaca pesan itu. Dia tak kuasa membendung air matanya, dia merasa dadanya kembali sesak. Bagaimana bisa lelaki yang telah menggoreskan luka itu malah balik menyalahkannya. Karena lelaki itu juga ibunya terbaring di rumah sakit. Kinan sangat kecewa, dia begitu marah, dia ingin menghajar lelaki yang bernama Hamzah itu.
"Suster?"
"Suster Kinan?"
Dude mulai panik melihat Kinan menangis sesenggukan sesekali dengan napas tersengal-sengal.
"JAHAT!! KAMU JA-HAT!"
Kinan memaki, dan Dude tidak tahu apa yang membuat Kinan semarah itu.
"Suster!!"
Dude langsung menghampiri tempat duduk Kinan, dan benar saja selepas dia berteriak memaki orang yang mengirimkan pesan padanya itu, Kinan langsung jatuh pingsan.
"Suster Kinan bangun!" Dude menepuk pipi Kinan, tapi wanita itu tetap terpejam tidak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Andi Fitri
ntah siapa yg benar Diana juga bersumpah atas nama Allah gtu juga dgn hamzah..
2023-11-22
0
Rizal dody Zakaria
Hamzah......????
2022-04-07
0
Dwi Sasi
Setiap nama dude muncul, sy membayangkan dude herlino, kl danuarta yg muncul roger🤭😂😂
2022-01-18
4