04 : Rasa Kecewa?

...Ku lantunkan banyak doa. Tapi, doa yang paling ku seriuskan adalah tentangmu, setelah doaku tentang orang tua. Jodohku, aku percaya, kau pasti datang saat hati ini sudah mengikhlaskan. Datanglah, beritahu aku siapa kau sebenarnya... ...

...dalam sujud Kinan Adelia ~ ...

...*****...

Hari ini Kinan baru saja menyelesaikan jam lemburnya. Rey sudah menjalani serangkaian pemeriksaan, setelah hasilnya keluar maka baru bisa dilakukan tindakan selanjutnya oleh dokter Angga.

Waktu menunjukkan pukul 20.00 malam. Kinan masih menunggu angkutan umum yang biasa ia tumpangi. Saat itu jalanan masih agak ramai, lalu lalang kendaraan masih memenuhi jalanan ibukota. Kinan memilih untuk berjalan di sekitar jalanan tempat dia biasa menunggui angkutan umum. Tapi entahlah, malam ini angkutan umum yang biasa dinaiki Kinan belum juga lewat.

"Kok dari tadi belum juga lewat sih," gumam Kinan dengan mata berkeliling menyusuri satu-satu kendaraan yang lewat.

Saat ia masih memperhatikan jalanan. Tiba-tiba dua orang pria berbadan besar mendekati Kinan dengan tatapan tajam ke arahnya.

Kinan beringsut mundur. "Maaf, ada apa ya, Pak?" tanya Kinan sopan.

"Serahkan tas lu!"

Kinan memeluk erat tas yang ada di tangannya. "Kalian rampok?"

"Udah tahu kenapa banyak tanya! Cepet serahin tas lu!" gertak pria itu bergantian mendesak agar Kinan menyerahkan tasnya. Tapi Kinan tetap mempertahankan tas yang ada di tangannya. "Nggak! Pergi atau saya teriak!"

Jalanan begitu ramai, tapi entah kenapa tidak ada orang yang melihat Kinan. Semuanya fokus pada jalanan yang agak macet itu, mungkin suara teriakan Kinan juga tidak terdengar jelas tertutupi oleh suara klakson mobil yang bersahutan.

Kinan terus berdzikir dalam hati, sambil mempertahankan tasnya yang di dekap erat ke dadanya. "Pergi kalian!"

Dua lelaki itu malah tertawa keras.

"Kalau Lu serahin tasnya. Maka semuanya lebih cepat. Kita pasti pergi! Buruan kasih!" tekan mereka yang akhirnya menarik paksa tas Kinan.

Sebuah mobil berhenti tepat di dekat Kinan yang masih berusaha memegangi tasnya yang akan dirampas oleh para preman itu.

Kinan berharap orang yang keluar dari mobil itu akan menolongnya meski ia tidak tahu siapa orang tersebut.

"Lepas!" Kinan berteriak. "Tolong!"

Kinan ingat kata-kata ibunya. Kalau ada orang yang hendak berbuat jahat padanya, maka langsung saja tendang di bagian vitalnya. Kinan pun bertekad mengumpulkan keberanian dan mulai memasang ancang-ancang untuk menendang bagian vital salah seorang preman tersebut.

Bugh!

Satu tendangan mendarat tepat di bagian vital salah seorang preman yang berusaha menarik tas Kinan paksa.

"Arrggh!" Preman itu memekik kesakitan sambil memegangi bagian vitalnya. "Sialan lu!"

Saat teman preman yang lain berusaha membalas perbuatan Kinan. Seorang lelaki keluar dari mobil yang barusan berhenti di sisi Kinan persis.

"Kalian! Pergi sebelum gue habisin kalian satu-satu!" tekan orang tersebut.

"Mas Dude!" seru Kinan yang terkejut, ternyata orang yang keluar dari mobil itu adalah Dude Danuarta.

Dude melihat ke arah Kinan. "Suster Kinan?"

Ternyata Dude pun baru menyadari kalau perempuan yang sedang di rampok oleh preman itu adalah Kinan.

"Banyak bacot lo!" Salah seorang preman itu melayangkan bogem mentah ke arah Dude. Beruntung, karena cekatan dan sigapnya Dude, Bogeman itu berhasil ia hindari.

Dude mencengkeram kepalan preman tersebut. Lalu dengan kakinya yang panjang, Dude menendang preman itu sama seperti yang dilakukan Kinan tadi. Kedua preman itu pun sama-sama merasakan sakit di bagian vitalnya.  Preman yang satu kesakitan karena tendangan Kinan, yang lainnya lagi kesakitan karena tendangan Dude.

"Ouh! Brengsek lo!" pekik preman itu yang akhirnya memancing perhatian orang-orang.

Karena keributan itu akhirnya membuat orang lain ikut melihat ke arah Dude dan menangkap dua preman meresahkan tadi. Kinan mengucap syukur karena Allah memberikan pertolongan untuknya.

"Alhamdulillah. Ya Allah, terima kasih." Kinan mengusap wajahnya sambil terduduk di pinggiran trotoar. "Ya Allah, tadi itu ...." Napasnya terengah-engah, jujur Kinan ketakutan tadi. Baru kali ini ada preman yang hendak merampoknya.

Dude mendekati Kinan lalu terbatuk satu kali. "Khem!"

Kinan mendongak. "Astaghfirullah."

Dude tersenyum menampakkan giginya. "Suster baik-baik aja kan?"

Kinan pun berdiri. "Alhamdulillah. Terima kasih Mas Dude udah nolongin saya tadi."

"Iya, sama-sama. Udah malem gini kenapa belum pulang?" tanya Dude.

"Ah itu, tadi nunggu angkot tapi belum juga lewat."

"Oh gitu," jawab Dude sambil terdiam beberapa saat.

"Hm, Suster Kinan keberatan kalau saya antar pulang? Ini udah malam, takutnya angkot nggak lewat lagi," ujar Dude.

Kinan membulatkan mata. "Di antar? Mas Dude mau anterin saya pulang?"

"Hmm, kalau Suster nggak keberatan, sih. Saya antar sampai rumah."

Kinan berfikir sejenak. Jujur ia masih shock karena dua preman tadi. Belum lagi setelah keramaian tadi pun, angkot belum juga muncul.

"Baiklah, kalau tidak merepotkan Mas Dude," jawab Kinan agak ragu. Dia berpikir ini termasuk urgent, tidak apa lah, batinnya.

"Enggak merepotkan. Kalau gitu silahkan masuk Suster," ujar Dude sambil membukakan pintu mobilnya.

Kinan pun mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil.

Dude menjalan mobilnya dengan kecepatan sedang. Pria itu menatap lurus ke jalanan. Sesekali Kinan melirik kearah Dude. Jantungnya masih terus berdebar sejak pria itu berada di dekatnya. Kinan terus beristighfar, kenapa hatinya terus tertuju pada Dude, bukan Hamzah yang sudah melamarnya. Sedangkan Dude hanyalah pria yang tidak dekat dengannya sama sekali.

"Suster rumahnya dimana?" tanya Dude.

"Di jalan Flamboyan nomor tujuh, Mas."

Dude mengangguk. "Oh, oke."

Kinan begitu kaku, tidak tahu harus membuat obrolan seperti apa dengan Dude.

"Suster setiap hari naik angkot?" tanya Dude lagi, Kinan hanya mengangguk. "Iya, Mas."

Dude tersenyum tipis. Kinan dapat melihat senyuman pria itu dari kaca mobil di depannya. Ya Allah, batin Kinan terus menahan perasaan aneh di dadanya.

"Mas Dude kok nggak di rumah sakit? Nggak jagain Rey?"

Akhirnya Kinan berusaha mencairkan suasana yang agak kaku tersebut.

"Tadi mau ke rumah sakit, abis dari kantor sebentar. Terus liat Suster Kinan di gangguin preman itu." Dude menjawabnya sambil menatap lurus jalanan, fokus mengendarai mobilnya.

"Oh, maaf ya jadi membuat Mas Dude repot."

Kinan merasa tidak enak.

"Nggak kok. Sebagai sesama manusia kita harus saling tolong menolong. Saya malah baru tahu kalau tadi itu Suster Kinan yang di gangguin preman. Kirain siapa," sahut Dude, santai.

Kinan tersenyum sambil mengangguk. "Alhamdulillah." 

Dude ikut tersenyum sambil melirik sekilas ke arah Kinan. Keduanya tidak sengaja saling menatap dan salah tingkah. Dude menarik napas dalam-dalam, terlihat jelas oleh Kinan. Mendadak Kinan merasakan hawa panas itu lagi, dalam hatinya terus beristighfar. Setiap kali di dekat Dude pasti seperti itu.

Ada apa dengan Kinan?

Mobil Dude pun berhenti tepat di depan rumah Kinan.

"Ini rumahnya Suster?"

Kinan mengangguk. "Iya, ini rumah saya, Mas. Benar." 

Gadis itu membuka sabuk pengaman dan langsung keluar dari mobil. Dude pun ikut keluar dari mobilnya.

"Terima kasih banyak ya Mas, udah mau mengantar saya pulang. Sekali lagi maaf sudah merepotkan."

"Iya sama-sama. Saya senang melakukannya. Kalau gitu saya permisi ya, harus ke rumah sakit lagi." Dude tersenyum kepada Kinan. Saat itu Kinan terpaku dengan senyuman tersebut.

"Iya, hati-hati ya."

Dude pun masuk ke dalam mobilnya. "Assalamu'alaikum."

Kinan mengangguk. "Wa'alaikumsalaam."

Ibu Kinan melihat hal itu dari balik tirai jendela rumahnya. Tentu ibu Kinan bertanya dalam hatinya, siapa lelaki yang mengantar Kinan barusan?

"Ya Allah, pipiku panas banget." Kinan memegangi pipinya yang bersemu. Ibu Kinan melihat gelagat itu dan merasa ada yang berbeda dari raut putrinya.

Kinan memasuki rumah, lalu terkejut ketika ibunya muncul secara tiba-tiba di hadapan Kinan.

"Astaghfirullah, Ibu. Assalamu'alaikum, Bu. Kinan kaget," ucapnya.

"Wa'alaikumsalaam. Siapa tadi Ki?"

"Hm, siapa?"

"Yang mengantar kamu tadi, yang bawa mobil bagus itu."

Ternyata Ibunya melihat Kinan turun dari mobil Dude tadi.

"Oh itu, dia orang tua pasien di rumah sakit. Tadi nggak sengaja nolongin Kinan waktu hampir di rampok preman," terang Kinan.

"Astaghfirullah. Kamu mau di rampok Ki?"

Ibu Kinan terkejut. "Ya Allah kamu nggak apa-apa kan, Nak?"

Kinan menggeleng. "Alhamdulillah Kinan nggak apa-apa Bu. Tadi untunglah ada orang tua pasien itu. Jadi Kinan tertolong juga. Berhubung nggak ada angkot jadi Kinan di antar pulang, gitu Bu."

Halimah menghela napas lega. "Oh jadi dia udah punya keluarga?" tanyanya pada putrinya. Untuk sejenak Halimah berpikir Kinan dekat dengan lelaki itu.

"Iya, Bu." Seolah tertampar kenyataan. Benar juga, Mas Dude sudah punya anak.

Halimah melihat raut anaknya berbeda saat itu. Kenapa dia berpikir bahwa anaknya menyukai lelaki tadi? Semoga saja pikiran dia salah.

"Alhamdulillah kalau kamu nggak  kenapa-kenapa, Ki. Kamu sekarang istirahat ya, besok naik ojek aja deh nggak usah angkot ya," ucap Ibu Kinan.

"Iya, Bu. Ya udah, Kinan masuk kamar dulu ya."

Halimah mengangguk. Saat itu Halimah dapat melihat jelas ada raut kekecewaan yang di perlihatkan putrinya.

...******...

...Memendam perasaan itu memang berat. Apalagi seringkali takdir menggoda kita, pertemuan demi pertemuan kerap terjadi. Akhirnya hati kita terpaksa terus memelihara perasaan itu. ...

...Bersambung.. ...

Terpopuler

Comments

Dwi Sasi

Dwi Sasi

Masih menunggu jawaban kinan...

2022-01-18

1

Dian_melati

Dian_melati

duhhhh dude makin ehem deh 😍

2021-12-29

3

Sumiyati

Sumiyati

lagi seru"nya mlh bersambung,,lanjut

2021-12-23

3

lihat semua
Episodes
1 00 : Pria Tampan
2 01 : Harapan Orang Tua
3 02 : Lamaran
4 03 : Bertemu Lagi
5 04 : Rasa Kecewa?
6 05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7 06 : Menerima Lamaran
8 07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9 08 : Rasa Yang Salah
10 09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11 010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12 011 : Bukan Pelakor
13 012 : Serba Salah
14 013 : Menjadi Madu?
15 014 : Kerumitan Takdir
16 015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17 016 : Berteman Dengan Suamiku
18 017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19 018 : Tidur Bersama
20 019 : Subuh Pertama
21 020 : Kupu-kupu
22 021 : Kecupan
23 022 : Makan Siang
24 023 : Kelembutan Membuai
25 024 : Mimpi Kinan
26 025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27 026 : Fakta Tentang Diana
28 027 : Pacaran Setelah Menikah
29 028: Bahagia Kinan
30 029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31 030 : Bercumbu
32 031 : Genophobia
33 032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34 033 : Salah Paham
35 034 : Perubahan Sikap Kinan
36 035 : Penjelasan
37 036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38 037 : Cinta Platonik
39 038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40 039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41 040 : Malam Pengantin
42 041 : Saya Sayang Kamu
43 042 : Sama-sama Sayang
44 043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45 044 : Astaga, Selina?
46 045 : Kisi-kisi Jodoh
47 046 : I Love You, Kinan ~
48 047 : Are You Okay?
49 048 : Lagi
50 049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51 050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52 051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53 052 : Suami Idaman
54 053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55 054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56 055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57 056 : Benar-benar Jatuh Hati
58 057 : Sentuh Aku, Mas!
59 058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60 059 : Cappadocia
61 060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62 061 : Merasa Tidak Pantas
63 062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64 063 : Air Mata Kebahagiaan
65 064 : Hanya Dua Malam
66 065 : Kinan, Tunggu!
67 066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68 067 : Lepaskan Saya!
69 068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70 069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71 070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72 071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73 072 : Aku Milik Kamu
74 073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75 074 : Pasal Berlapis
76 075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77 076 : Aku Mencintaimu
78 077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79 078 : Kesabaran Seorang Suami
80 079 : Tanda Cinta
81 080 : Permintaan Bercinta
82 081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83 082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84 083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85 Extra Part 01
86 Extra Part 02
87 Extra Part 03
88 Extra Part 04
89 Extra Part 05
90 Mendadak Istri Tuan Kalandra
Episodes

Updated 90 Episodes

1
00 : Pria Tampan
2
01 : Harapan Orang Tua
3
02 : Lamaran
4
03 : Bertemu Lagi
5
04 : Rasa Kecewa?
6
05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7
06 : Menerima Lamaran
8
07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9
08 : Rasa Yang Salah
10
09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11
010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12
011 : Bukan Pelakor
13
012 : Serba Salah
14
013 : Menjadi Madu?
15
014 : Kerumitan Takdir
16
015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17
016 : Berteman Dengan Suamiku
18
017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19
018 : Tidur Bersama
20
019 : Subuh Pertama
21
020 : Kupu-kupu
22
021 : Kecupan
23
022 : Makan Siang
24
023 : Kelembutan Membuai
25
024 : Mimpi Kinan
26
025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27
026 : Fakta Tentang Diana
28
027 : Pacaran Setelah Menikah
29
028: Bahagia Kinan
30
029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31
030 : Bercumbu
32
031 : Genophobia
33
032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34
033 : Salah Paham
35
034 : Perubahan Sikap Kinan
36
035 : Penjelasan
37
036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38
037 : Cinta Platonik
39
038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40
039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41
040 : Malam Pengantin
42
041 : Saya Sayang Kamu
43
042 : Sama-sama Sayang
44
043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45
044 : Astaga, Selina?
46
045 : Kisi-kisi Jodoh
47
046 : I Love You, Kinan ~
48
047 : Are You Okay?
49
048 : Lagi
50
049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51
050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52
051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53
052 : Suami Idaman
54
053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55
054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56
055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57
056 : Benar-benar Jatuh Hati
58
057 : Sentuh Aku, Mas!
59
058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60
059 : Cappadocia
61
060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62
061 : Merasa Tidak Pantas
63
062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64
063 : Air Mata Kebahagiaan
65
064 : Hanya Dua Malam
66
065 : Kinan, Tunggu!
67
066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68
067 : Lepaskan Saya!
69
068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70
069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71
070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72
071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73
072 : Aku Milik Kamu
74
073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75
074 : Pasal Berlapis
76
075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77
076 : Aku Mencintaimu
78
077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79
078 : Kesabaran Seorang Suami
80
079 : Tanda Cinta
81
080 : Permintaan Bercinta
82
081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83
082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84
083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85
Extra Part 01
86
Extra Part 02
87
Extra Part 03
88
Extra Part 04
89
Extra Part 05
90
Mendadak Istri Tuan Kalandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!