014 : Kerumitan Takdir

"Hana tenanglah! Ini Mas, Hana! Hei, kamu kenapa?"

"Mama! Jangan Ma, taruh pisaunya, Ma! Rey mohon!"

Kinan berlari melihat kericuhan yang terjadi di dapur. Hana sedang memegang pisau, dia hendak menggoreskan nya ke nadi.

"Astaghfirullah." Kinan ikut histeris, dia lalu mendekat, tapi Hana malah menjerit.

"Pergi! Pergi!"

Dude melangkahkan kakinya, dia berusaha pelan-pelan meminta Hana membuang pisau buah yang ada di tangannya. "Hana kemarikan benda itu, benda itu berbahaya."

Hana malah berteriak lalu menekan bagian tajam pisau ke telapak tangannya hingga darah mengucur cukup deras.

"Ya Allah, Mas! Ambil pisaunya cepat!" teriak Kinan.

"Mama! Mama jangan, Ma!"

Rey berlari nekat mendorong tangan Hana hingga benda itu terlempar jauh, secepatnya Dude mengambil benda tajam itu.

Kinan mengambil kotak obat, dia langsung membalut telapak tangan Hana yang terluka.

"Mau mati! Saya mau mati!" Hana kini menangis, dia menatap kosong, dia tidak peduli ditangannya banyak darah, padahal orang-orang disekitarnya semua panik bukan main.

"Ya Allah mbak, sabar, ya. Istighfar, Astaghfirullah," ucap Kinan sambil membersihkan luka Hana, mengoleskan antiseptik dan membalutnya, walau Hana sesekali menarik tangannya, enggan untuk diobati.

Dude yang kalut langsung menelepon dokter, dokter jiwa yang biasa menangani Hana.

Sementara Rey terus memeluk mamanya, dia tidak mau mamanya terluka. "Ma, jangan melukai diri Mama, Rey mohon...."

Rey menangis terisak, Hana juga sama, bedanya dia menangis tanpa suara, tatapan matanya kosong, seolah tidak sadar apa yang baru saja dilakukannya.

"Saya benci pria. Saya benci siapa saja, saya benci."

Hana terus mengatakan itu, dan itu makin membuat Rey menangis.

"Minggir kamu, kamu laki-laki?" ucap Hana sambil menatap Rey. Mata polos itu basah dengan air mata tergenang, dan sekarang Hana malah melotot seolah marah pada Rey, putra kandungnya.

"Mama, tapi Rey anak Mama."

Hana menggeleng. "Saya tidak punya anak. Saya sudah bunuh anak saya."

"Enggak, Ma. Mama bukan pembunuh." Rey terus menggeleng sambil memegangi Hana.

Kinan bingung, dia hanya takut Hana menyakiti Rey dalam keadannya yang tertekan begitu. "Rey, kamu menyingkir dulu, ya. Biar suster yang bicara dengan Mama Rey, oke?"

Tadinya Rey menolak, tapi Hana tidak mau bersikap lembut padanya, Rey berpikir Mamanya mungkin lebih baik jika bersama Kinan. "Baik, Suster."

Kinan meneguk ludahnya, dia belum pernah mendapat pasien yang seperti Hana. Kinan hanya bermodalkan nekat mendekati Hana, karena Dude sedang panik menghubungi dokter.

"Kamu wanita yang telah menghancurkan saya? Kamu manusia sok suci!"

Ucapan Hana langsung menyentak batin Kinan. "Mbak, istighfar, ya. Saya Kinan, Mbak. Saya susternya Rey."

Hana menggeleng, dia terlihat makin geram. "Kamu wanita yang membuat hidup saya hancur. Kamu yang menyakiti saya. Kamu jahat!"

"Astaghfirullah." Kinan tidak tahu apakah yang dibicarakan Hana itu benar untuk dirinya. Tapi, dia memang jahat karena menikah dengan suami Hana. Apakah Hana seperti ini sekarang karena hal itu? Pikir Kinan.

"Hana!" Dude baru saja selesai menelepon, sebentar lagi dokter akan datang.

"Suster, biar saya saja yang menangani Hana," ucap Dude. Lalu Kinan mundur pelan-pelan membiarkan Dude mengambil alih.

"Hana, ini aku, Mas mu," ucap Dude dengan lemah lembut sambil menyentuh pipi Hana.

"Mas? Siapa kamu? Saya tidak kenal," geleng Hana. Tapi di dekat Dude, Hana tidak terlalu mengamuk seperti saat orang lain mendekatinya.

"Mas Dude, kamu pasti ingat."

Mendengar nama itu, Hana langsung menangis. "Mas Dude?"

"Iya, Han. Jangan begini lagi, ya. Kasian Rey, dia cemas sama kamu," jawab Dude.

Rey masih gemetaran di dekati oleh Kinan yang penasaran, kenapa Hana bisa sampai begitu?

"Mau pulang ke Jogja," ucap Hana. "Tidak mau di sini," tambahnya.

"Hana mau ke Jogja? Kenapa tidak mau di sini sama Mas?"

"Di sini ada orang jahat. Wanita sok suci dan laki-laki brengsek."

Kinan tidak tahu yang dimaksud Hana itu siapa. Tapi, dia merasa mungkin saja yang dimaksud Hana adalah dirinya?

Dude langsung memeluk Hana, wanita itu masih dingin dengan tatapan kosongnya.

"Baik, nanti Hana ke Jogja ya. Hana boleh tinggal di Jogja lagi," ucap Dude mencoba membuat Hana tenang.

Saat Dude memeluk Hana, dia juga menyuntikkan obat penenang yang digunakan ketika Hana kambuh. Dokter sudah memberitahu dosis yang diperlukan, dan itu seringkali terjadi. Kalau bukan karena Rey yang ingin merawat Hana, mungkin Dude tidak akan membawa Hana ke Jakarta, sebab Hana jauh lebih tenang saat di Jogja, di rumah sakit jiwa.

Tak lama kemudian, Hana tertidur.

Dude menggendong Hana, memindahkannya ke tempat tidur. Rey ikut berjalan di belakang Dude, dia tidak mau jauh dari Hana walau keadaan mamanya itu sangat memprihatinkan, seringkali membahayakan.

Setelah Hana terbaring tenang di tempat tidur, Rey memeluk Dude, Kinan hanya menunggu di dekat pintu, dia tidak berani masuk.

"Pa, kalau mama mau dibawa ke Jogja lagi, Rey juga mau ikut ke Jogja menjaga Mama, Pa."

Dude menghela napas berat, dia mengusap punggung Rey pelan. "Tapi Rey, Papa harus tetap di Jakarta. Papa sudah pernah bilang, mama lebih baik di Jogja, kan?"

"Tidak, Pa. Rey anak mama satu-satunya. Rey sebentar lagi besar, dan Rey mau membantu Mama sembuh."

"Tapi papa nggak bisa nemenin Rey di Jogja," balas Dude.

"Papa nggak perlu tinggal di Jogja, cukup sesekali berkunjung. Di sana juga ada mbah tung dan mbah ti yang menemani Rey."

Dude mengusap wajahnya sambil berpikir tentang permintaan Rey itu. Dia juga baru ingat kalau dia belum memberitahu orang tuanya tentang pernikahannya yang mendadak.

"Kinan, dia pasti kaget." Dude bergumam.

"Papa temui suster aja. Rey akan jaga mama di sini," ucap Rey.

"Mama sudah tidur, Rey tungguin Mama tapi kalau ada apa-apa, Rey panggil Papa ya."

"Iya, Pa."

Kinan berjongkok di depan pintu kamar Hana, dia tidak tahu harus melakukan apa. Tak lama kemudian dokter datang, Dude juga baru saja keluar dari ruangan.

"Dokter, Hana sudah tidur, saya beri dia obat," ujar Dude.

"Baik, Pak. Tapi, sebenarnya saya ingin memberitahu tentang keadaan Bu Hana."

"Suster, saya bicara dengan dokter dulu ya. Suster istirahat saja dulu, nanti saya minta pelayan bawakan sarapan untuk suster, ya."

"Jangan pikirkan saya, Mas. Saya ke kamar dulu, ya," jawab Kinan lalu meninggalkan Dude berdua dengan dokter.

Dude mengajak dokter duduk lalu mulai membicarakan tentang Hana.

"Pak, sebaiknya bu Hana tetap di rumah sakit jiwa. Lagi pula perawatan bu Hana lebih terjamin di sana, dari pada keadaan bu Hana yang belum stabil bertambah buruk. Saya menyarankan secepatnya bu Hana dibawa kembali ke tempat bu Hana dirawat sebelumnya."

"Tapi, Dokter. Apa Hana bisa sembuh seperti sediakala?"

Dokter itu terdiam sejenak sebelum dia mengangguk. "Bisa, kalau Tuhan mengizinkan apapun bisa terjadi. Karena itu kita harus berupaya dan berdoa semaksimal mungkin. Salah satunya dengan mempercayakan bu Hana pada yang lebih berkompeten di bidangnya."

Tapi, apakah Rey sanggup berpisah dengan Rey? Karena anak itu juga ingin ikut untuk menjaga ibunya.

Saat itulah Dude mulai bimbang, dia juga harus secepatnya memberi keputusan.

...***...

"Mbak Kinan, ini saya bawakan sarapan dan vitamin. Mbak Kinan harus habiskan ya supaya bisa cepat pulih," ujar pelayan di rumah Dude, Kinan sudah cukup kenal dengan pelayan di rumah Dude saat dia beberapa kali berkunjung untuk memeriksakan kesehatan Rey sebelumnya.

"Terima kasih, ya, Bi." Kinan mengambil nampan berisi makanan, air, dan juga obat-obatan.

"Bibi tinggal ya, Mbak."

"Iya, Bi. Terima kasih sekali lagi," ucap Kinan.

Pelayan itu pun keluar dari kamar Kinan. Saat keadaan seperti itu, jangankan untuk makan, melihatnya saja Kinan tidak berselera. Kinan ingin pulang, Kinan ingin kembali menjadi Kinan yang dulu, Kinan anak Bu Halimah yang belum menikah. Takdirnya seolah berubah menjadi sangat rumit sekarang.

"Mbak Hana begitu apakah karena aku?" Pertanyaan itu belum terjawab sampai sekarang.

Kinan menaruh nampan yang berisi makanan, tapi kemudian dia ingat, bahwa makanan tidak boleh di buang-buang karena itu Mubadzir namanya.

Lalu Kinan mengambil sepotong roti isi memakannya sedikit disusul segelas susu. Setelah memakannya hampir separuh, dia menaruh nampan itu ke atas meja.

Tak lama kemudian Dude datang menemui Kinan. "Suster, saya masuk, ya?"

Kinan agak terkejut, tapi dia mempersilakan Dude untuk masuk dan duduk di sampingnya.

"Suster sudah makan?"

"Sudah, Mas."

"Syukurlah. Maafkan saya, ya, Sus. Atas kejadian tadi, karena suster pasti terkejut," ujar Dude.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan mbak Hana, Mas? Apa ini semua karena saya? Saya rela diceraikan Mas Dude kalau sampai mbak Hana tertekan karena keberadaan saya, Mas."

Dude menghela napas pelan. "Ini bukan karena suster. Hana memang seperti itu sejak dulu, sejak dia mengandung Rey dan kejadian buruk yang menimpanya sehingga dia hamil Rey."

"Maksud Mas?"

"Hana korban perkosaan pacarnya, Suster."

"Astaghfirullah. Jadi, mbak Hana bukan istri Mas Dude?"

"Istri?"

Kinan yang terkejut tambah bingung melihat raut Dude yang juga terkejut. "Ya Allah, Suster. Kapan saya bilang Hana istri saya? Maaf, mungkin saya belum banyak cerita. Astaga, jadi selama ini, ya Allah, sekali lagi saya minta maaf, ya, sudah membuat Suster salah paham," terang Dude.

Mendengar penjelasan Dude membuat Kinan bernapas lega, dia lega karena dia bukan pelakor seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Walau masih banyak pertanyaan lain yang belum terjawab tentang siapa Dude, siapa Raihana dan siapa Reyhan, juga apa hubungannya mereka dengan Dude Danuarta, suaminya.

Terpopuler

Comments

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

tuh kan. klihatsn bodonya nii

2023-02-21

0

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

mikirlah kinan, seblm dude menikah si hana kan sdh sakit jiwa...

2023-02-21

0

Dewi Purnama Dewi

Dewi Purnama Dewi

akhirnya terkuak

2022-03-03

0

lihat semua
Episodes
1 00 : Pria Tampan
2 01 : Harapan Orang Tua
3 02 : Lamaran
4 03 : Bertemu Lagi
5 04 : Rasa Kecewa?
6 05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7 06 : Menerima Lamaran
8 07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9 08 : Rasa Yang Salah
10 09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11 010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12 011 : Bukan Pelakor
13 012 : Serba Salah
14 013 : Menjadi Madu?
15 014 : Kerumitan Takdir
16 015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17 016 : Berteman Dengan Suamiku
18 017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19 018 : Tidur Bersama
20 019 : Subuh Pertama
21 020 : Kupu-kupu
22 021 : Kecupan
23 022 : Makan Siang
24 023 : Kelembutan Membuai
25 024 : Mimpi Kinan
26 025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27 026 : Fakta Tentang Diana
28 027 : Pacaran Setelah Menikah
29 028: Bahagia Kinan
30 029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31 030 : Bercumbu
32 031 : Genophobia
33 032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34 033 : Salah Paham
35 034 : Perubahan Sikap Kinan
36 035 : Penjelasan
37 036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38 037 : Cinta Platonik
39 038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40 039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41 040 : Malam Pengantin
42 041 : Saya Sayang Kamu
43 042 : Sama-sama Sayang
44 043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45 044 : Astaga, Selina?
46 045 : Kisi-kisi Jodoh
47 046 : I Love You, Kinan ~
48 047 : Are You Okay?
49 048 : Lagi
50 049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51 050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52 051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53 052 : Suami Idaman
54 053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55 054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56 055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57 056 : Benar-benar Jatuh Hati
58 057 : Sentuh Aku, Mas!
59 058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60 059 : Cappadocia
61 060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62 061 : Merasa Tidak Pantas
63 062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64 063 : Air Mata Kebahagiaan
65 064 : Hanya Dua Malam
66 065 : Kinan, Tunggu!
67 066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68 067 : Lepaskan Saya!
69 068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70 069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71 070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72 071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73 072 : Aku Milik Kamu
74 073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75 074 : Pasal Berlapis
76 075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77 076 : Aku Mencintaimu
78 077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79 078 : Kesabaran Seorang Suami
80 079 : Tanda Cinta
81 080 : Permintaan Bercinta
82 081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83 082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84 083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85 Extra Part 01
86 Extra Part 02
87 Extra Part 03
88 Extra Part 04
89 Extra Part 05
90 Mendadak Istri Tuan Kalandra
Episodes

Updated 90 Episodes

1
00 : Pria Tampan
2
01 : Harapan Orang Tua
3
02 : Lamaran
4
03 : Bertemu Lagi
5
04 : Rasa Kecewa?
6
05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7
06 : Menerima Lamaran
8
07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9
08 : Rasa Yang Salah
10
09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11
010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12
011 : Bukan Pelakor
13
012 : Serba Salah
14
013 : Menjadi Madu?
15
014 : Kerumitan Takdir
16
015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17
016 : Berteman Dengan Suamiku
18
017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19
018 : Tidur Bersama
20
019 : Subuh Pertama
21
020 : Kupu-kupu
22
021 : Kecupan
23
022 : Makan Siang
24
023 : Kelembutan Membuai
25
024 : Mimpi Kinan
26
025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27
026 : Fakta Tentang Diana
28
027 : Pacaran Setelah Menikah
29
028: Bahagia Kinan
30
029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31
030 : Bercumbu
32
031 : Genophobia
33
032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34
033 : Salah Paham
35
034 : Perubahan Sikap Kinan
36
035 : Penjelasan
37
036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38
037 : Cinta Platonik
39
038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40
039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41
040 : Malam Pengantin
42
041 : Saya Sayang Kamu
43
042 : Sama-sama Sayang
44
043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45
044 : Astaga, Selina?
46
045 : Kisi-kisi Jodoh
47
046 : I Love You, Kinan ~
48
047 : Are You Okay?
49
048 : Lagi
50
049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51
050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52
051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53
052 : Suami Idaman
54
053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55
054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56
055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57
056 : Benar-benar Jatuh Hati
58
057 : Sentuh Aku, Mas!
59
058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60
059 : Cappadocia
61
060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62
061 : Merasa Tidak Pantas
63
062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64
063 : Air Mata Kebahagiaan
65
064 : Hanya Dua Malam
66
065 : Kinan, Tunggu!
67
066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68
067 : Lepaskan Saya!
69
068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70
069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71
070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72
071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73
072 : Aku Milik Kamu
74
073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75
074 : Pasal Berlapis
76
075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77
076 : Aku Mencintaimu
78
077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79
078 : Kesabaran Seorang Suami
80
079 : Tanda Cinta
81
080 : Permintaan Bercinta
82
081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83
082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84
083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85
Extra Part 01
86
Extra Part 02
87
Extra Part 03
88
Extra Part 04
89
Extra Part 05
90
Mendadak Istri Tuan Kalandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!