"Han! Cepat katakan pada Mas. Siapa laki-laki yang sudah melakukan ini padamu!"
Dude mengguncang bahu adik perempuannya yang terdiam bak manekin bernapas.
"Raihana! Jawab pertanyaan Mas!" Dude berbicara lebih keras, tapi Hana menatap kosong, jangankan menjawab, menangis saja seolah tidak mampu. Hana, dia sangat depresi, seperti mayat hidup, dia bahkan tidak peduli dengan keadaannya sendiri. Hana seolah tidak mendengar apa-apa, tapi ketika Dude mulai melemah, dia peluk adik perempuannya, satu-satunya saudara kandung Dude. Hana adalah harapan Dude, ternyata sekarang adiknya malah hancur karena perbuatan laki-laki biadab yang belum dia ketahui siapa orangnya.
Dude mengecup puncak kepala adiknya, dia menangis tergugu, berharap Hana mau bercerita, setidaknya memberitahu perbuatan siapa? Siapa laki-laki yang telah menodainya sampai seperti sekarang.
Lalu Dude menatap mata Hana dengan besarnya harapan, setidaknya adiknya mau memberitahu walau hanya sedikit petunjuk agar ada kejelasan, dia akan cari walau ke ujung dunia, orang yang sudah menghancurkan hidup adiknya.
"Hana, katakan pada Mas. Beritahu Mas, siapa dia, Dek?" Dude mengapit dua pipi Hana yang pucat, akhirnya ada air mata yang mengaliri pipi adik kesayangan Dude itu. Pertanda, apa yang Dude sampaikan mendapatkan respons dari adiknya.
"Siapa, Dek? Jawab Mas, katakan siapa? Mas akan hancurkan dia sehancur-hancurnya."
Hana lalu beranjak dari posisinya, dia berjalan gontai, sesekali memegang tembok agar tidak jatuh. Hana membuka lemari bajunya, lalu mengambil sebuah buku dan memberikannya pada Dude.
Hana pun langsung menangis tanpa suara, setelah memberikan buku itu pada Dude. Dari buku itulah Dude mengetahui semua yang telah di alami adiknya, kemarahannya seolah terkumpul dan tidak dapat lagi dibendung. Dude berjanji akan memberikan keadilan untuk adiknya.
...***...
"Mas, bangun, sudah subuh."
Suara itu memecah bayangan masa lalu yang hadir dalam tidurnya. Dude berkeringat, dia terengah saat sadar bahwa itu semua hanyalah mimpi.
"Mas?" panggil Kinan lagi, wanita itu tidak berani terlalu dekat menatap Dude, cahaya lampu yang redup membuat Kinan tidak terlalu memperhatikan wajah Dude yang pucat karena baru saja bermimpi.
"Sudah subuh, ya?" Dude lalu menyalakan lampu, dia menyurai rambut dan saat itulah Kinan melihat wajah pucat suaminya dan kening Dude yang berkeringat.
"Mas? Mas kenapa? Kok pucat? Mas Dude sakit?" tanya Kinan.
Dadanya masih berdebar karena mimpi yang hadir dalam tidurnya. Mimpi tentang kejadian Hana di masa lalu, hal yang paling pedih bagi adiknya dan juga Dude sendiri.
"Tidak, tadi saya hanya bermimpi buruk," jawab Dude lalu memindahkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dia kemudian bangun untuk mengambil air wudhu. "Saya wudhu dulu, ya. Kamu sudah salat?"
"Belum, Mas. Kinan mau berjamaah dengan Mas, boleh, kan?"
Dude langsung terlihat kaget mendengar permintaan Kinan. Bukan karena tidak mau mengimami Kinan salat, tapi masalahnya dia saja belum lama belajar salat dan mulai rutin melakukan ibadah wajib umat islam itu setelah Rey memaksanya.
"Em, salat berjamaah?" jawab Dude sambil menggaruk tengkuk. "Sebaiknya kita salat sendiri-sendiri dulu, ya."
Kinan menatap Dude dengan raut agak terkejut, tapi dia mencoba untuk tetap bersikap normal.
"Emangnya kenapa, Mas? Salat berjamaah kan, pahalanya lebih besar," jawab Kinan.
Benar, itu juga yang selalu dikatakan Rey padanya. Tapi, kalau dengan Rey, Dude tidak masalah karena Rey sudah tahu bahwa dia baru belajar salat. Rey juga pasti memaklumi jika dia belum sempurna dalam memimpin salat. Sedangkan Kinan?
"Maaf, Kinan. Tapi, saya belum terlalu paham cara salat berjamaah. Bacaan salat saya masih sangat kurang. Hafalan saya hanya surat pendek, saya ..." putus Dude mulai kikuk menjelaskan kekurangannya sendiri.
Kinan tersenyum. "Tidak apa-apa, Mas. Kinan juga masih belajar. Rey pernah bilang bahwa Mas sering mengimami salat subuh? Jadi, kita salat berjamaah saja, ya," ujarnya.
Dude menghela napas panjang. "Hm, baiklah, kalau gitu saya ambil air wudhu dulu, ya."
"Iya, Mas. Kinan siapkan sajadahnya, ya."
Setelah berwudhu, Dude keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah terkena air wudhu. Dia menyurai rambut di depan Kinan yang sedang duduk menunggu sudah lengkap mengenakan mukena.
Baru kali ini Kinan melihat Dude dengan aura bersinar setelah air membasahi wajah dan rambutnya. Dalam hati Kinan beristighfar, padahal itu suaminya sendiri. Tidak berdosa melihat wajahnya, memandanginya, bahkan lebih dari itu. Tapi dentuman jantungnya yang bergema, sampai dia tidak kuasa terus menatap wajah tampan di depannya, dia terlalu lemah dan akhirnya tertunduk sendiri karena malu.
"Kinan, ayo kita mulai salatnya," ucap Dude. Kinan yang tersentak langsung gelagapan, itu membuat Dude agak mengernyit heran.
"Kamu kenapa? Apa saya ngagetin kamu?" tanya Dude yang sudah mengenakan baju koko dan peci di depan Kinan, berdiri menampakkan keningnya yang terbuka. Demi Allah, jantung Kinan makin tidak bisa dikendalikan saja.
"Enggak, Mas. Ya udah kita salat sekarang, ya."
Dude mengangguk lalu berdiri di depan Kinan, tepat di atas sajadah dia mengucapkan takbir, memulai salat subuh.
Selepas salat subuh, Kinan keluar kamar menuju dapur, setiap pagi pasti Kinan membantu ibunya. Dia juga bermaksud melakukan itu di rumah orang tua angkat Dude, dan benar saja bu Fatimah sedang memotong sayuran, mungkin mempersiapkan sarapan atau untuk makan siang.
"Bu, ada yang bisa Kinan bantu?" tanya Kinan menghampiri wanita paruh baya yang mengenakan daster rumahan lengkap dengan kerudung kecil di kepalanya.
"Eh, anak cantik udah bangun. Masih pagi loh, kalau masih ngantuk tidur lagi nggak apa-apa, kamu pasti capek," ujar bu Fatimah dengan sangat ramah.
"Enggak, Bu. Kalau kata ibu Kinan, anak perempuan nggak boleh tidur lagi habis salat subuh," jawab Kinan sambil menampakkan barisan giginya.
"Masya Allah, ibunya Kinan ada di Jakarta? Kenapa nggak di ajak ke sini? Ibu juga mau bertemu dengan besan. Maafkan ibu ya, Nak, karena anak menikah, ibu malah tidak datang," ujar bu Fatimah.
"Tidak apa-apa, Bu. Pernikahan saya dan Mas Dude emang mendadak. Ibu saya sedang sakit, Bu. Dia di rawat di rumah sakit, jadi mohon maaf belum bisa berkenalan dengan keluarga Mas Dude," sahut Kinan sambil ikut membantu memotong-motong kacang panjang di depannya tanpa menunggu diperintah oleh bu Fatimah.
"Ya Allah, ibu Kinan sakit apa?"
"Jantung, Bu." Kinan tersenyum. "Kinan bantu potong sayurnya ya, Bu."
Bu Fatimah mengangguk senang. "Iya, Nak. Oiya, semoga ibu kamu cepat sembuh, ya."
"Aamiin," jawab Kinan.
"Kamu kenal sama Dude dari mana, Nak? Apa kalian teman atau belum lama kenalan dan langsung menikah?" tanya Bu Fatimah penasaran.
"Em, itu, Kinan belum lama mengenal Mas Dude. Kebetulan Rey itu pasien di rumah sakit tempat saya bekerja, Bu. Dan, saya dipercaya merawat Rey di rumah melalui rekomendasi dokter. Saat itulah saya kenal Mas Dude," jawab Kinan, dia merasa cerita pembatalan pernikahannya tidak perlu diceritakan kecuali nanti Dude yang menceritakannya.
"Oh gitu .... Pantas saja kalian langsung menikah. Ibu juga berharap Dude segera menikah, umurnya sudah tiga puluh tahun tapi belum pernah sekali pun dia mengenalkan teman wanita, ibu cemas dia trauma menikah melihat yang terjadi pada adiknya. Dude sempat bilang tidak mau menikah karena hidup adiknya hancur, dia tidak mau bahagia sendirian sedang adiknya terluka begitu dalam," tutur Bu Fatimah. "Makanya ibu kaget dia datang-datang bilang sudah menikah. Ditambah istrinya salehah seperti kamu, ibu sangat bersyukur," tambahnya.
Kinan baru tahu, jadi itu alasan Dude yang bilang sempat tidak mau menikah. Lalu kenapa Dude malah nekat ingin membantunya dengan menikahinya?
"Namanya jodoh, ya, Ki. Ibu harap rumah tangga kamu dan Dude langgeng selamanya ya."
"Aamiin," jawab Kinan.
..._______...
...Next gak? 🥰...
...Walau pun yang baca belum banyak, tapi aku seneng bisa kembali menulis di sini, semoga nantinya banyak yang baca karyaku ini ya. Aamiin....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Rizal dody Zakaria
up....cumungut kak
2022-04-07
0
Dwi Sasi
Semoga lebih banyak pembaca yg bergabung... Aamiin...
2022-01-18
1
Shasa
Amin
2022-01-15
2