019 : Subuh Pertama

"Han! Cepat katakan pada Mas. Siapa laki-laki yang sudah melakukan ini padamu!"

Dude mengguncang bahu adik perempuannya yang terdiam bak manekin bernapas.

"Raihana! Jawab pertanyaan Mas!" Dude berbicara lebih keras, tapi Hana menatap kosong, jangankan menjawab, menangis saja seolah tidak mampu. Hana, dia sangat depresi, seperti mayat hidup, dia bahkan tidak peduli dengan keadaannya sendiri. Hana seolah tidak mendengar apa-apa, tapi ketika Dude mulai melemah, dia peluk adik perempuannya, satu-satunya saudara kandung Dude. Hana adalah harapan Dude, ternyata sekarang adiknya malah hancur karena perbuatan laki-laki biadab yang belum dia ketahui siapa orangnya.

Dude mengecup puncak kepala adiknya, dia menangis tergugu, berharap Hana mau bercerita, setidaknya memberitahu perbuatan siapa? Siapa laki-laki yang telah menodainya sampai seperti sekarang.

Lalu Dude menatap mata Hana dengan besarnya harapan, setidaknya adiknya mau memberitahu walau hanya sedikit petunjuk agar ada kejelasan, dia akan cari walau ke ujung dunia, orang yang sudah menghancurkan hidup adiknya.

"Hana, katakan pada Mas. Beritahu Mas, siapa dia, Dek?" Dude mengapit dua pipi Hana yang pucat, akhirnya ada air mata yang mengaliri pipi adik kesayangan Dude itu. Pertanda, apa yang Dude sampaikan mendapatkan respons dari adiknya.

"Siapa, Dek? Jawab Mas, katakan siapa? Mas akan hancurkan dia sehancur-hancurnya."

Hana lalu beranjak dari posisinya, dia berjalan gontai, sesekali memegang tembok agar tidak jatuh. Hana membuka lemari bajunya, lalu mengambil sebuah buku dan memberikannya pada Dude.

Hana pun langsung menangis tanpa suara, setelah memberikan buku itu pada Dude. Dari buku itulah Dude mengetahui semua yang telah di alami adiknya, kemarahannya seolah terkumpul dan tidak dapat lagi dibendung. Dude berjanji akan memberikan keadilan untuk adiknya.

...***...

"Mas, bangun, sudah subuh."

Suara itu memecah bayangan masa lalu yang hadir dalam tidurnya. Dude berkeringat, dia terengah saat sadar bahwa itu semua hanyalah mimpi.

"Mas?" panggil Kinan lagi, wanita itu tidak berani terlalu dekat menatap Dude, cahaya lampu yang redup membuat Kinan tidak terlalu memperhatikan wajah Dude yang pucat karena baru saja bermimpi.

"Sudah subuh, ya?" Dude lalu menyalakan lampu, dia menyurai rambut dan saat itulah Kinan melihat wajah pucat suaminya dan kening Dude yang berkeringat.

"Mas? Mas kenapa? Kok pucat? Mas Dude sakit?" tanya Kinan.

Dadanya masih berdebar karena mimpi yang hadir dalam tidurnya. Mimpi tentang kejadian Hana di masa lalu, hal yang paling pedih bagi adiknya dan juga Dude sendiri.

"Tidak, tadi saya hanya bermimpi buruk," jawab Dude lalu memindahkan selimut yang menutupi tubuhnya. Dia kemudian bangun untuk mengambil air wudhu. "Saya wudhu dulu, ya. Kamu sudah salat?"

"Belum, Mas. Kinan mau berjamaah dengan Mas, boleh, kan?"

Dude langsung terlihat kaget mendengar permintaan Kinan. Bukan karena tidak mau mengimami Kinan salat, tapi masalahnya dia saja belum lama belajar salat dan mulai rutin melakukan ibadah wajib umat islam itu setelah Rey memaksanya.

"Em, salat berjamaah?" jawab Dude sambil menggaruk tengkuk. "Sebaiknya kita salat sendiri-sendiri dulu, ya."

Kinan menatap Dude dengan raut agak terkejut, tapi dia mencoba untuk tetap bersikap normal.

"Emangnya kenapa, Mas? Salat berjamaah kan, pahalanya lebih besar," jawab Kinan.

Benar, itu juga yang selalu dikatakan Rey padanya. Tapi, kalau dengan Rey, Dude tidak masalah karena Rey sudah tahu bahwa dia baru belajar salat. Rey juga pasti memaklumi jika dia belum sempurna dalam memimpin salat. Sedangkan Kinan?

"Maaf, Kinan. Tapi, saya belum terlalu paham cara salat berjamaah. Bacaan salat saya masih sangat kurang. Hafalan saya hanya surat pendek, saya ..." putus Dude mulai kikuk menjelaskan kekurangannya sendiri.

Kinan tersenyum. "Tidak apa-apa, Mas. Kinan juga masih belajar. Rey pernah bilang bahwa Mas sering mengimami salat subuh? Jadi, kita salat berjamaah saja, ya," ujarnya.

Dude menghela napas panjang. "Hm, baiklah, kalau gitu saya ambil air wudhu dulu, ya."

"Iya, Mas. Kinan siapkan sajadahnya, ya."

Setelah berwudhu, Dude keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah terkena air wudhu. Dia menyurai rambut di depan Kinan yang sedang duduk menunggu sudah lengkap mengenakan mukena.

Baru kali ini Kinan melihat Dude dengan aura bersinar setelah air membasahi wajah dan rambutnya. Dalam hati Kinan beristighfar, padahal itu suaminya sendiri. Tidak berdosa melihat wajahnya, memandanginya, bahkan lebih dari itu. Tapi dentuman jantungnya yang bergema, sampai dia tidak kuasa terus menatap wajah tampan di depannya, dia terlalu lemah dan akhirnya tertunduk sendiri karena malu.

"Kinan, ayo kita mulai salatnya," ucap Dude. Kinan yang tersentak langsung gelagapan, itu membuat Dude agak mengernyit heran.

"Kamu kenapa? Apa saya ngagetin kamu?" tanya Dude yang sudah mengenakan baju koko dan peci di depan Kinan, berdiri menampakkan keningnya yang terbuka. Demi Allah, jantung Kinan makin tidak bisa dikendalikan saja.

"Enggak, Mas. Ya udah kita salat sekarang, ya."

Dude mengangguk lalu berdiri di depan Kinan, tepat di atas sajadah dia mengucapkan takbir, memulai salat subuh.

Selepas salat subuh, Kinan keluar kamar menuju dapur, setiap pagi pasti Kinan membantu ibunya. Dia juga bermaksud melakukan itu di rumah orang tua angkat Dude, dan benar saja bu Fatimah sedang memotong sayuran, mungkin mempersiapkan sarapan atau untuk makan siang.

"Bu, ada yang bisa Kinan bantu?" tanya Kinan menghampiri wanita paruh baya yang mengenakan daster rumahan lengkap dengan kerudung kecil di kepalanya.

"Eh, anak cantik udah bangun. Masih pagi loh, kalau masih ngantuk tidur lagi nggak apa-apa, kamu pasti capek," ujar bu Fatimah dengan sangat ramah.

"Enggak, Bu. Kalau kata ibu Kinan, anak perempuan nggak boleh tidur lagi habis salat subuh," jawab Kinan sambil menampakkan barisan giginya.

"Masya Allah, ibunya Kinan ada di Jakarta? Kenapa nggak di ajak ke sini? Ibu juga mau bertemu dengan besan. Maafkan ibu ya, Nak, karena anak menikah, ibu malah tidak datang," ujar bu Fatimah.

"Tidak apa-apa, Bu. Pernikahan saya dan Mas Dude emang mendadak. Ibu saya sedang sakit, Bu. Dia di rawat di rumah sakit, jadi mohon maaf belum bisa berkenalan dengan keluarga Mas Dude," sahut Kinan sambil ikut membantu memotong-motong kacang panjang di depannya tanpa menunggu diperintah oleh bu Fatimah.

"Ya Allah, ibu Kinan sakit apa?"

"Jantung, Bu." Kinan tersenyum. "Kinan bantu potong sayurnya ya, Bu."

Bu Fatimah mengangguk senang. "Iya, Nak. Oiya, semoga ibu kamu cepat sembuh, ya."

"Aamiin," jawab Kinan.

"Kamu kenal sama Dude dari mana, Nak? Apa kalian teman atau belum lama kenalan dan langsung menikah?" tanya Bu Fatimah penasaran.

"Em, itu, Kinan belum lama mengenal Mas Dude. Kebetulan Rey itu pasien di rumah sakit tempat saya bekerja, Bu. Dan, saya dipercaya merawat Rey di rumah melalui rekomendasi dokter. Saat itulah saya kenal Mas Dude," jawab Kinan, dia merasa cerita pembatalan pernikahannya tidak perlu diceritakan kecuali nanti Dude yang menceritakannya.

"Oh gitu .... Pantas saja kalian langsung menikah. Ibu juga berharap Dude segera menikah, umurnya sudah tiga puluh tahun tapi belum pernah sekali pun dia mengenalkan teman wanita, ibu cemas dia trauma menikah melihat yang terjadi pada adiknya. Dude sempat bilang tidak mau menikah karena hidup adiknya hancur, dia tidak mau bahagia sendirian sedang adiknya terluka begitu dalam," tutur Bu Fatimah. "Makanya ibu kaget dia datang-datang bilang sudah menikah. Ditambah istrinya salehah seperti kamu, ibu sangat bersyukur," tambahnya.

Kinan baru tahu, jadi itu alasan Dude yang bilang sempat tidak mau menikah. Lalu kenapa Dude malah nekat ingin membantunya dengan menikahinya?

"Namanya jodoh, ya, Ki. Ibu harap rumah tangga kamu dan Dude langgeng selamanya ya."

"Aamiin," jawab Kinan.

..._______...

...Next gak? 🥰...

...Walau pun yang baca belum banyak, tapi aku seneng bisa kembali menulis di sini, semoga nantinya banyak yang baca karyaku ini ya. Aamiin....

Terpopuler

Comments

Rizal dody Zakaria

Rizal dody Zakaria

up....cumungut kak

2022-04-07

0

Dwi Sasi

Dwi Sasi

Semoga lebih banyak pembaca yg bergabung... Aamiin...

2022-01-18

1

Shasa

Shasa

Amin

2022-01-15

2

lihat semua
Episodes
1 00 : Pria Tampan
2 01 : Harapan Orang Tua
3 02 : Lamaran
4 03 : Bertemu Lagi
5 04 : Rasa Kecewa?
6 05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7 06 : Menerima Lamaran
8 07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9 08 : Rasa Yang Salah
10 09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11 010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12 011 : Bukan Pelakor
13 012 : Serba Salah
14 013 : Menjadi Madu?
15 014 : Kerumitan Takdir
16 015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17 016 : Berteman Dengan Suamiku
18 017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19 018 : Tidur Bersama
20 019 : Subuh Pertama
21 020 : Kupu-kupu
22 021 : Kecupan
23 022 : Makan Siang
24 023 : Kelembutan Membuai
25 024 : Mimpi Kinan
26 025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27 026 : Fakta Tentang Diana
28 027 : Pacaran Setelah Menikah
29 028: Bahagia Kinan
30 029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31 030 : Bercumbu
32 031 : Genophobia
33 032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34 033 : Salah Paham
35 034 : Perubahan Sikap Kinan
36 035 : Penjelasan
37 036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38 037 : Cinta Platonik
39 038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40 039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41 040 : Malam Pengantin
42 041 : Saya Sayang Kamu
43 042 : Sama-sama Sayang
44 043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45 044 : Astaga, Selina?
46 045 : Kisi-kisi Jodoh
47 046 : I Love You, Kinan ~
48 047 : Are You Okay?
49 048 : Lagi
50 049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51 050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52 051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53 052 : Suami Idaman
54 053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55 054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56 055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57 056 : Benar-benar Jatuh Hati
58 057 : Sentuh Aku, Mas!
59 058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60 059 : Cappadocia
61 060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62 061 : Merasa Tidak Pantas
63 062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64 063 : Air Mata Kebahagiaan
65 064 : Hanya Dua Malam
66 065 : Kinan, Tunggu!
67 066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68 067 : Lepaskan Saya!
69 068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70 069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71 070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72 071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73 072 : Aku Milik Kamu
74 073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75 074 : Pasal Berlapis
76 075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77 076 : Aku Mencintaimu
78 077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79 078 : Kesabaran Seorang Suami
80 079 : Tanda Cinta
81 080 : Permintaan Bercinta
82 081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83 082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84 083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85 Extra Part 01
86 Extra Part 02
87 Extra Part 03
88 Extra Part 04
89 Extra Part 05
90 Mendadak Istri Tuan Kalandra
Episodes

Updated 90 Episodes

1
00 : Pria Tampan
2
01 : Harapan Orang Tua
3
02 : Lamaran
4
03 : Bertemu Lagi
5
04 : Rasa Kecewa?
6
05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7
06 : Menerima Lamaran
8
07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9
08 : Rasa Yang Salah
10
09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11
010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12
011 : Bukan Pelakor
13
012 : Serba Salah
14
013 : Menjadi Madu?
15
014 : Kerumitan Takdir
16
015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17
016 : Berteman Dengan Suamiku
18
017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19
018 : Tidur Bersama
20
019 : Subuh Pertama
21
020 : Kupu-kupu
22
021 : Kecupan
23
022 : Makan Siang
24
023 : Kelembutan Membuai
25
024 : Mimpi Kinan
26
025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27
026 : Fakta Tentang Diana
28
027 : Pacaran Setelah Menikah
29
028: Bahagia Kinan
30
029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31
030 : Bercumbu
32
031 : Genophobia
33
032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34
033 : Salah Paham
35
034 : Perubahan Sikap Kinan
36
035 : Penjelasan
37
036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38
037 : Cinta Platonik
39
038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40
039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41
040 : Malam Pengantin
42
041 : Saya Sayang Kamu
43
042 : Sama-sama Sayang
44
043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45
044 : Astaga, Selina?
46
045 : Kisi-kisi Jodoh
47
046 : I Love You, Kinan ~
48
047 : Are You Okay?
49
048 : Lagi
50
049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51
050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52
051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53
052 : Suami Idaman
54
053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55
054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56
055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57
056 : Benar-benar Jatuh Hati
58
057 : Sentuh Aku, Mas!
59
058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60
059 : Cappadocia
61
060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62
061 : Merasa Tidak Pantas
63
062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64
063 : Air Mata Kebahagiaan
65
064 : Hanya Dua Malam
66
065 : Kinan, Tunggu!
67
066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68
067 : Lepaskan Saya!
69
068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70
069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71
070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72
071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73
072 : Aku Milik Kamu
74
073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75
074 : Pasal Berlapis
76
075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77
076 : Aku Mencintaimu
78
077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79
078 : Kesabaran Seorang Suami
80
079 : Tanda Cinta
81
080 : Permintaan Bercinta
82
081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83
082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84
083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85
Extra Part 01
86
Extra Part 02
87
Extra Part 03
88
Extra Part 04
89
Extra Part 05
90
Mendadak Istri Tuan Kalandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!