Kinan tertegun di depan ruangan tempat ibunya di rawat. Tepat setelah akad nikah di selenggarakan, ibu Kinan pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Semula Kinan akan melangsungkan resepsi seperti yang tertera di undangan. Tapi, acara resepsi dibatalkan, semuanya diberitahu bahwa ibu Kinan masuk rumah sakit.
Rekan Kinan di tempatnya berkerja juga tidak semuanya tahu, bahwa dia batal menikah dengan Hamzah dan menikah dengan orang lain. Hanya sebatas yang datang ke acara akad saja yang mengetahui hal itu.
Tatapan Kinan kosong, dia tidak memiliki keinginan lain, hanya berharap ibunya baik-baik saja. Sampai kedatangan seorang anak laki-laki yang duduk di sampingnya pun tidak dia sadari.
"Suster," panggil Rey, dia juga terkejut karena papanya menikahi suster Kinan. Padahal kedatangan mereka tadinya untuk menyaksikan hari pernikahan suster Kinan dan calon suaminya.
Untunglah, Rey mengerti setelah dijelaskan oleh Dude. Dia juga memang tidak keberatan jika papanya menikah dengan suster Kinan, apalagi keadaan mamanya belum pulih, pasti Dude kesepian, pikirnya.
"Suster, minum dulu, ya," kata Rey mengulangnya sebab Kinan tidak menjawab panggilan yang pertama tadi.
Kinan menoleh pelan, dia tersenyum kecil lalu mengambil botol minum yang diberikan Rey. "Terima kasih, Rey."
"Iya. Suster belum makan, gimana kalau kita makan?" tawar Rey.
"Enggak, Rey. Suster tidak lapar," geleng Kinan.
"Suster, inget, nggak? Waktu itu suster pernah bilang, kalau kita tidak boleh berbuat dzalim, jangankan dzalim terhadap orang lain, terhadap diri sendiri juga tidak boleh, kan?" ujar Rey.
Kinan mengangguk dengan senyum yang teramat berat. Bagaimana bisa dia makan dalam keadaan begitu, batinnya.
"Suster juga bilang, kalau Rey nggak makan, tandanya Rey dzalim sama diri sendiri, bener, nggak?" tanya anak itu. Lagi-lagi Kinan mengangguk. Itu memang benar, semua yang dikatakan Rey benar.
"Kalau begitu, suster harus makan, ya."
Kinan menghapus jejak air mata yang refleks mengaliri ujung mata peraknya. Dihadapan Rey, Kinan berusaha tetap kuat, padahal Rey juga tahu kalau Kinan pasti sangat bersedih sekarang.
"Makasih, Rey. Suster udah cukup dengan air ini. Sementara ini Suster belum ...." ucapannya terputus karena dia tidak kuasa membendung air matanya lagi.
Tak lama kemudian, Dude datang dan duduk di sebelah Rey. Dia melihat ke putranya, sedikit melirik mengisyaratkan pertanyaan pada putranya tentang keadaan Kinan. Lalu Rey menggeleng, dia memberitahu Dude bahwa Kinan tetap tidak mau makan.
Dude menghela napas berat. Dia mengangguk lalu bertukar posisi dengan Rey.
"Suster, makan, ya. Saya nggak mau kalau suster sakit."
Kinan menoleh, dia terkejut dengan kehadiran Dude. Sejak dia sah sebagai istri Dude, Kinan belum mengatakan sepatah kata pun pada pria itu.
Sekarang pun Kinan hanya diam.
"Suster makan sama Rey aja kalau nggak mau makan sama saya," kata Dude dengan polosnya. Rey menepuk kening, dia hanya bisa menggelengkan kepala melihat kepolosan papanya yang sangat kaku saat berhadapan dengan wanita.
"Pa, kenapa malah ngomong gitu. Ajakin makan bareng, dong, bukan malah disuruh makan sama aku," kata Rey berbisik pada Dude.
"Papa nggak mau kalau suster Kinan nggak nyaman," jawab Dude sambil berbisik juga.
Kinan menoleh lagi, dia lalu beranjak dari duduknya hendak meninggalkan Dude, tapi saat Dude ikut berdiri, kepala Kinan malah terasa pusing. Dude pun sigap memegangi bahu Kinan yang sudah sah menjadi istrinya itu.
"Lepaskan saya, Mas."
Dude menggeleng. "Kamu lemah, Kinan. Kamu harus makan, ya."
Kinan malah menghempaskan tangan suaminya. "Lepas, Mas. Jangan kasihani saya lagi, terima kasih atas kebaikan Mas yang mungkin tidak akan bisa saya balas dengan apapun. Mas sudah menyelamatkan saya dari rasa malu, tapi saya sudah cukup dikasihani. Saya mohon, cukup sampai sini saja, Mas."
"Rey, kamu ke mobil dulu, ya."
"Iya, Papa." Rey pun meninggalkan Kinan dan papanya berdua.
Sebenarnya Kinan tidak mau bersikap begitu di hadapan Rey, anak itu terhitung masih kecil, tapi dia juga tidak dapat menahan dirinya lagi.
"Suster, kita bisa pindah ke restoran untuk bicarakan ini. Kita tidak boleh berisik di rumah sakit, kan?"
Kinan merasa pusing, dia kembali duduk, dia tidak menjawab perkataan Dude, dia hanya duduk sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Dude ikut duduk lagi di samping Kinan. Tidak lama kemudian, seorang perawat keluar dari ruangan ibu Kinan.
"Suster! Bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Kinan.
"Ibu Halimah sudah melewati masa kritisnya. Hanya saja beliau harus tetap menjalani perawatan intensif," jawab suster memberitahu Kinan.
"Alhamdulillah," ucap Dude seraya mengusap wajahnya, ada perasaan lega mendengar orang tua Kinan melewati masa kritis.
"Alhamdulillah, terima kasih, Sus. Jadi, apa saya bisa melihat keadaan ibu saya?"
"Bisa, tapi hanya satu orang yang boleh masuk. Ini suami mbak, kan?"
Kinan tertunduk, dia tidak berani menjawab.
"Ya, Suster. Saya suaminya," jawab Dude.
"Baik, kalau begitu siapa dulu yang mau masuk ke dalam?" tanya suster itu pada Kinan.
"Biar istri saya saja yang masuk, Suster."
"Baik kalau gitu. Silahkan, masuk, Mbak."
Kinan mengikuti suster itu meninggalkan Dude sendiri di luar ruangan.
"Silakan, Mbak. Jangan lupa untuk menjaga agar situasi tetap tenang, ya, karena pasien masih butuh banyak istirahat."
"Baik, Suster."
Kinan duduk pada kursi yang ada di samping ibunya. Sekarang, di hadapannya, Halimah terlihat sangat lemah. Selang oksigen di hidung, jarum infus yang tertempel di punggung tangan Halimah menandakan wanita itu mengalami penyakit yang cukup serius.
"Assalamu'alaikum, Ibu ...." Suara Kinan gemetar, dia menggenggam lemah telapak tangan ibunya, lalu mengecupnya perlahan.
"Ibu, jawab Kinan, ya, Bu. Ibu baik-baik saja, kan?"
Kinan menahan sekuat tenaga, agar air matanya tidak luruh dan membuat suasana jadi lebih menyedihkan lagi di hadapan ibunya.
"Ibu harus kuat, ya. Kinan yakin Ibu akan kembali sehat seperti sedia kala."
Pelan-pelan tangan Halimah mulai bergerak, Kinan tersentak dan langsung mengecup kening ibunya. "Ibu sadar?"
Mata ibunya terbuka sedikit demi sedikit. Kerutan yang mulai terlihat jelas di wajah Halimah membuat Kinan makin sedih. "Bu. Jangan sakit, Bu. Kinan nggak mau sendirian kalau Ibu sakit," ucapnya.
"Ki-na-n ...."
"Iya, Bu. Ini Kinan," jawabnya dengan suara sangat pelan.
"Ki, ja-ngan, se-dih, ya."
Kinan mengangguk cepat sembari menyeka jejak air matanya. "Iya, Bu."
"Ka-mu ha-rus ja-di, is-tri yang sal-e-hah."
"Aamiin," jawab Kinan dengan suara gemetaran.
"Ki, ja-ngan, ber-pis-ah, de-ngan nak Du-de, yaa ..."
Kinan menangis, dia menundukkan kepala sambil menggenggam telapak tangan ibunya.
"Nak Du-de, or-rang ba-ik," ucap Halimah dengan suara terputus-putus sebab lidahnya mendadak berat untuk sekedar berucap saja.
"Bu, sekarang yang terpenting adalah kesehatan Ibu. Kinan mohon, Ibu harus sehat, ya."
"I-bu se-hat, ka-lau, ka-mu ja-di is-tri yang ba-ik, ya, Ki ..."
Dia harus menjawab apa? Kinan memang menyukai Dude, tapi pria itu tetaplah pria beristri. Sekarang yang ada di pikiran Kinan hanya memikirkan perasaan Hana, ibu Reyhan.
Kinan merasa jahat sudah menjadi perebut laki-laki milik orang lain (pelakor).
"Ki-nan, ka-mu bu-kan pe-la-kor, Nak."
Kinan menggeleng lalu mengisyaratkan agar ibunya tidak banyak berbicara. Mendengar suara ibunya yang begitu pelan dan tersengal membuat Kinan tidak tega.
"Ibu jangan berpikir yang berat-berat. Kinan janji, Kinan akan baik-baik saja asalkan Ibu harus sehat, ya. Kata dokter ibu harus dirawat di sini sampai keadaan Ibu benar-benar membaik," tutur Kinan.
"I-ya. Ka-mu sa-ma nak, Du-de, ya."
Kinan akhirnya mengangguk. Walau bagaimana pun dia memang sudah sah sebagai istri Dude, jadi dia harus tetap patuh kepada Dude. Tadinya, Kinan ingin meminta Dude langsung menceraikannya. Tapi, sepertinya tidak bisa semudah itu, ibunya sekarang seolah lupa bahwa suami Kinan itu tidak hanya memiliki istri satu, tidak hanya Kinan, tapi ada wanita lain yang lebih dulu bersamanya, bahkan memiliki anak.
..._________...
...Terima kasih sudah mau menunggu update Takdir Cinta Kinan. ...
Yang mau tau info terupdate tentang karya cherry. Bisa follow IG cherry ya. Biasanya cherry post di story. Tapi maaf IG cherry lagi privat. Jadi harus follow dulu ;)
IG : Cherry.apink
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Rizal dody Zakaria
lanjutanx kak
2022-04-07
1
Dwi Sasi
Lanjuuut...
2022-01-18
1
Sitti Siarah
cepat sembuh bu Halimah kinan bukan pelakor
2021-12-27
2