Dude memutuskan membawa Kinan pulang ke rumahnya. Keadaan Kinan pasti sangat lemah, sehingga dia memanggil dokter keluarga untuk memeriksa keadaan Kinan.
"Dia harus banyak istirahat aja, nggak apa-apa, kok," tutur dokter yang diminta Dude untuk memeriksa keadaan Kinan.
"Oke. Terima kasih, dokter."
"Sama-sama, kalau gitu saya permisi dulu, ya."
"Ya, sekali lagi terima kasih, Dok."
Dokter itu keluar dari kamar. Kinan sudah tertidur pulas, pelayan di rumah Dude membantu Kinan berganti pakaian. Saat melihat keadaan Kinan yang lemah, perasaan Dude jadi makin tidak tega.
"Kenapa suster Kinan bisa sampai sekaget itu?"
Dude sebenarnya ingin tahu, tapi dia tidak berani memeriksa ponsel Kinan.
"Ini pertama kalinya kamu nekat De, kamu udah menikahi perempuan yang belum tentu menyukai kamu. Tapi, hati saya tidak tega kalau melihat keadaan kamu, Kinan. Apa saya salah, atau saya terlalu nekat dan konyol? Satu sisi saya merasa ini agak menggelikan, tapi keadaan kamu sangat memperihatinkan, dan saya tiba-tiba ingin melakukan itu, membantu kamu meski dengan cara yang nekat."
Dude tidak berani menyentuh walau hanya telapak tangan Kinan, dia tahu, kalau Kinan sadar, pasti gadis itu tidak akan mengizinkan dia menyentuhnya.
"Kamu wanita yang luar biasa, lembut dan hangat, saya tidak menyesal membantu kamu, Kinan."
Namun kemudian Dude memutuskan untuk keluar dan tidur di kamar Rey bersama dengan Hana.
Dude berjalan menuju kamar Hana, saat pintu dibuka, Dude melihat Rey sedang tidur sambil memeluk Hana, lalu Dude tersenyum, dia lega karena Hana tidak lagi ingin menjauhi Rey.
"Udah pules, papa tidur di sini, ya." Dude lalu ikut tidur memeluk Rey dan Hana, dia juga lelah sehingga tidak butuh lama untuk terlelap.
Keesokan paginya.
Suara adzan shubuh terdengar cukup nyaring sehingga membangunkan Kinan. Matanya terbuka pelan-pelan, dia melihat sekeliling, tempat dia tidur.
"Ini di mana?"
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. "Suster, ini Rey."
Kinan tersentak, dia baru teringat kalau semalam dia berada di sebuah cafe menerima chat dari Hamzah.
"Jadi, ini di rumah Mas Dude?" ucap Kinan masih berusaha menyadarkan dirinya seratus persen. "Terus Mas Dude mana?"
Kinan mengedarkan pandangan dengan jantung berdegup kencang. "Nggak ada siapa pun di sini, cuman ada aku," ucapnya sedikit lega. "Jadi mas Dude nggak tidur di sini? Tapi, dia semalam nolongin aku, apa aku pingsan atau ketiduran ya?"
Kinan terus meracau sembari mengingat yang terjadi.
"Suster, waktunya salat subuh. Rey cuman mau nganterin mukena," kata Rey dari kuar pintu.
Kinan melihat dirinya masih mengenakan kerudung, hanya saja bajunya berubah, dia mengenakan piama tidur panjang.
"Siapa yang mengganti baju aku!" decaknya.
"Suster belum bangun, ya?"
Suara Rey membuat Kinan segera beranjak dari tempat tidur lalu pelan-pelan memutar gagang pintu. Padahal pintu itu tidak di kunci, tapi Rey menghargai Kinan sehingga dia tidak mau langsung masuk begitu saja.
"Rey, maaf tadi suster Kinan agak kaget," kata Kinan saat membuka pintu lalu melihat Rey yang berdiri membawa kain berwarna putih dan juga sajadah.
"Semalam suster Kinan pingsan, kata Papa gitu. Tapi dokter bilang suster nggak apa-apa, itu tadi papa juga yang kasih tahu Rey. Papa dan Rey udah salat, ini mukena buat suster, salat subuh dulu, kan?" ujar anak berumur sepuluh tahun yang sangat amat sopan pada Kinan.
"I-iya, makasih, ya, Rey." Kinan menerima mukena dan sajadah dari Rey.
"Suster tidak perlu cemas, semalam pelayan yang bantu suster ganti pakaian, semalam juga papa tidur sama Rey dan Mama, tadi papa minta Rey kasih tau suster seperti itu," katanya. Kinan lagi-lagi merasa sesak mendengar nama Hana di sebut. Dia kembali tersadar bahwa dia adalah wanita jahat yang sudah menikahi suami orang begitu saja.
"Em, makasih, ya. Kalau gitu suster salat subuh dulu." Kinan tersenyum pada Rey.
"Iya, selesai salat nanti Rey ajak suster sarapan dan minum obat ya. Kata papa suster harus minum vitamin biar nggak sakit."
"Hm, papa Rey sekarang di mana?"
Rey mengusap wajahnya pelan, lalu dia tercengir pada Kinan. "Papa tidur lagi setelah salat subuh, katanya ngantuk banget. Karena papa udah baik sama suster, jadi Rey biarin papa tidur lagi," jawabnya dengan tawa kecilnya yang ceria.
Kinan tersenyum. "Oke. Suster salat dulu ya. Makasih Rey anak baik," ucapnya.
"Sama-sama, Suster, kalau gitu Rey tinggal dulu, ya."
Kinan mengangguk lalu kembali menutup pintu. Dari balik pintu Kinan menyentuh dadanya, dia seperti belum percaya yang telah terjadi dalam hidupnya. Sekarang dia sudah menikah, tapi bukan dengan laki-laki yang semula dia kira jodohnya. Justru Kinan malah menikah dengan suami wanita lain, dan dia seperti sangat jahat. Kinan sangat membenci keadaannya yang sekarang. "Ya Allah ...." ringisnya pedih.
Selepas salat subuh Kinan langsung duduk di ranjang, masih mengenakan piama tidur. Dia tidak memiliki baju ganti karena semua bajunya ada di rumah. Kepalanya masih terasa pusing, seketika takdir hidupnya berubah, semua hari-harinya terasa berbeda, seharusnya hari ini dia sah menjadi istri Hamzah tapi ini malah menjadi istri suami orang.
"Mas Hamzah, aku harus memberinya pelajaran atau diam? Dia sudah sangat keterlaluan!"
Kinan hanya terus menahan geram, dia ingat kembali pesan singkat yang dikirimkan Hamzah padanya. Dia juga masih belum bisa memaafkan laki-lakinitu, dia yang sudah membuat ibunya masuk rumah sakit.
"Assalamu'alaikum, suster Kinan, boleh saya masuk?"
"Mas Dude?"
Suara Dude membuat Kinan secepatnya menghapus air mata, dia lalu berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Mas."
"Suster ini koper berisi pakaian suster, tadi saya meminta supir untuk mengambil nya, kebetulan tetangga suster sudah membantu membereskan pakaian suster, ada laptop, dan benda yang biasa suster gunakan sehari-hari, ini silakan di ambil," ujar Dude.
Kinan mengambil koper dah satu tas jinjing dari tangan Dude. "Tapi, Mas. Kenapa dibawa ke sini? Saya, kan, tidak tinggal di sini," katanya seolah lupa, atau belum sadar kembali, bahwa dia itu sudah menjadi istri sah pria di hadapannya.
"Emm ...." Dude menggaruk sebelah alis, dia tersenyum kemudian menampakkan sekilas barisan giginya.
"Tapi suster, kan, sekarang adalah istri saya?"
"Hah?"
Kinan malah terkejut, tapi beberapa detik kemudian dia sadar lalu menutup mulutnya cepat. "Astaghfirullah."
Dude terbatuk pelan. "Oke, saya tunggu suster di meja makan ya. Suster harus makan, tadi Rey sudah bilang, kan, suster harus minum obat?"
Semua masih begitu asing bagi Kinan, dia harus menerima kenyataan itu, dia sudah sah menjadi seorang istri. Pernikahan mereka juga tidak boleh dijadikan candaan dengan sangat mudah berkata cerai, kan?
"Baik, Mas." Kinan tertunduk. Dude tersenyum lagi, dia lalu meninggalkan Kinan, dan pintu kembali di tutup rapat.
"Ya Allah, semalam bukannya bertanya tentang mbak Hana, aku malah pingsan, lalu sekarang bagaimana aku menjelaskan pada mbak Hana, pasti dia sangat sedih kalau tahu aku menikahi suaminya?"
Kinan menghela napas panjang, sambil membuka kopernya, dia memilih pakaian untuk dikenakan, dia harus tetap bertahan demi pesan ibunya untuk tidak berpisah dari Dude.
Setelah berganti pakaian, Kinan merapikan jilbabnya. Sampai detik ini, Kinan belum berani melepas jilbab, dia selalu menutup auratnya di hadapan Dude, padahal pria itu suaminya sendiri. Semua masih terlalu asing, semua juga seperti mimpi baginya. Takdir yang Allah tetapkan, benar-benar diluar bayangannya sama sekali. Mungkin dia pernah menyukai Dude, tapi sudah beberapa bulan terakhir dia berusaha mengubur perasaannya itu karena dia akan menikahi pria lain.
Namun siapa sangka, laki-laki yang akan menikahinya tidak sebaik yang dia kira. Kinan sudah memblokir nomor Hamzah, dia juga bertekad melupakan orang itu dari dalam hidupnya. Kinan juga memblokir nomor Diana, teman yang dia kira tulus disampingnya. Jadi, karena ini Kinan selalu merasa ada keraguan saat bersama Hamzah?
"Lupakan semuanya, Ki. Mulai dari awal.... Tapi, mulai dengan suami wanita lain?"
Hidup Kinan tetap saja rumit. Setelah ini Kinan bertekad membicarakan lagi dengan Dude tentang istri pertama Dude, mama dari Rey, yaitu Hana. Kinan akan pergi jika nyatanya Hana tidak berkenan dengannya. Membayangkannya saja belum pernah, seumur hidup Kinan tidak ada cita-cita menjadi madu orang.
Tak lama kemudian terdengar suara jeritan seorang wanita hingga Kinan melonjak kaget.
"HANA!" Dan itu adalah suara teriakan Dude.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Andi Fitri
dude kmu main nikah aja tpi ga menjelaskan pada kinan..apa mgkin hana adiknya dude?
2023-11-22
0
@maydina777
masih penisiran dengan sosok Hana itu siapa🙄
2023-02-01
0
Rizal dody Zakaria
sabar dan semangat kak
2022-04-07
0