09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan

Takdir selalu unik bagi Kinan. Seperti kini, saat ini. Beberapa bulan lalu, dokter Hamzah datang melamarnya. Setelah itu Kinan menerima lamaran tersebut. Lalu, hari ini dokter Hamzah akan menikahinya, dan mereka berdua adalah jodoh yang sebenarnya, yang tertera di Lauhul Mahfudz.

Setelah melalui beberapa bulan selama persiapan pernikahan, akhirnya hari bahagia itu datang. Kinan akan segera menjadi seorang istri.

Gadis yang belum lama ini genap berusia 22 tahun itu hanya menghela napas panjang. Tak ada penyesalan menerima lamaran dokter Hamzah karena itu adalah pilihannya yang menurutnya paling tepat. Hanya saja Kinan merenungi perasaannya sendiri sekarang. Tentang seseorang yang berada di dalam hatinya. Kinan menyimpan cinta dalam diam untuk Dude Danuarta.

Ini mungkin gila. Kinan pun tak henti terus mengutuk perasaannya sendiri. Kenapa Kinan masih saja begitu menyukai Dude? Padahal dia sudah melihat semuanya dengan mata kepala sendiri bahwa Dude memiliki seorang istri. Dude juga memiliki seorang putra yang sudah cukup besar.

"Ya Allah, Ki. Kamu kok daritadi belum keluar sih? Ibu nunggu kamu loh," kata Halimah yang baru saja masuk ke kamar putrinya. Kinan terlihat anggun dengan kebaya berwarna putih dan juga kerudung putih berhiaskan mahkota kecil di atasnya. Kinan meminta agar makeup yang dia kenakan tidak terlalu menor, dia juga tidak menggunakan perias, hanya make up sederhana yang dia lakukan sendiri.

Kinan tersentak kaget. "Maaf, Bu. Tadi Kinan baru selesai ngerapihin jilbab," jawabnya sambil menyentuh garis kerudung di dekat pipinya. Matanya mulai terasa pedih, dia melihat sosok wanita yang selama ini menemaninya setiap waktu, dan mendadak Kinan ingin menangis.

Ibu Kinan memperhatikan wajah putrinya yang tampak murung. "Kok anak ibu cemberut sih? Jangan nangis, nanti make up kamu luntur. Kamu udah cantik banget, anak ibu sebentar lagi akan segera menjadi istri seorang dokter yang saleh, insyaAllah."

Kinan langsung memeluk ibunya. Dia berusaha keras agar tidak menangis, tatapi tetap saja akhirnya Kinan menangis juga.

"Bu, maafkan Kinan, ya. Selama Kinan jadi anak Ibu, Kinan belum bisa membahagiakan Ibu. Kinan selalu bikin susah," ucap Kinan sambil sesenggukan, air matanya tumpah, dan dia tidak peduli dengan make up tipis yang dia kenakan.

Sejujurnya Halimah juga ingin menangis, dia tidak kuat mendengar suara anaknya berkata seperti itu sambil memeluknya. Tapi, dia tidak boleh terlihat lemah dihadapan anaknya, Kinan harus menjadi pengantin yang cantik hari ini.

"Ki, kamu itu kebahagiaan ibu yang terbesar. Jadi, jangan pernah berkata kamu menyusahkan, apalagi tidak pernah membahagiakan ibu. Karena kamu sendiri adalah sebuah kebahagiaan terbesar untuk ibu, Nak."

"Ibu, Kinan nggak mau menikah, Kinan mau menemani ibu aja."

"Ehh .... Nggak boleh gitu, udah, berhenti nangisnya. Ibu nggak mau Kinan sedih, apalagi sampai sesenggukan gini, liat tuh, makeup kamu luntur. Ya Allah, Nak. Sini ibu benerin," kata Halimah.

"Biarin aja, Bu. Kenapa ibu malah mikirin makeup," gumam Kinan cemberut.

"Karena ibu mau anak ibu jadi yang tercantik di hari pernikahannya," jawab Halimah sambil merapikan tatanan makeup di wajah Kinan.

"Kenapa kamu nggak mau pakai jasa perias, Nak? Ini bukannya terlalu sederhana, menurut ibu, dandanan kamu terlalu biasa."

Kinan tersenyum. "Ini juga permintaan dokter Hamzah lho, Bu. Dia suka wanita yang sederhana," Jawab Kinan tersipu.

Ibunya sontak tersenyum. "Owalah, ya sudah kalau memang calon suamimu yang menginginkan, ibu setuju saja," jawabnya.

Setelah semuanya siap, Kinan langsung duduk di sebuah mihrab yang disediakan khusus untuknya menunggu sampai mempelai pria selesai membacakan ijab qabul. Kinan sangat gugup, bayangannya malah muncul wajah Dude, selalu dia, tidak pernah pudar barang sebentar saja. Sekuat tenaga Kinan menghilangkan bayangan itu, sekarang seharusnya dokter Hamzah yang ada di dalam bayangannya.

Ibunya juga terlihat sama gugupnya menunggu pihak pengantin pria yang belum datang. Katanya, pihak pria masih bersiap-siap.

Lalu kemudian tidak lama muncul seorang wanita yang datang ingin bertemu dengan Kinan.

Ibunya yang menemui wanita itu, masih muda, kira-kira seusia Kinan.

"Ki, ada wanita muda yang ingin bertemu dengan kamu," kata Halimah.

"Siapa, Bu?"

Wanita itu lalu muncul dari belakang ibunya. "Ki-Kinan ...."

"Diana?"

Selama hampir tiga bulan saat menyiapkan pesta pernikahannya dengan dokter Hamzah, Kinan memang belum pernah bertemu lagi dengan Diana. Teman satu profesinya itu dipindahtugaskan, berbarengan dengan pindahnya calon suami Kinan, mereka pindah ke rumah sakit yang sama.

"Diana, ya Allah, lo kemana aja selama ini," ucap Kinan dengan wajah sumringah, dia senang didatangi Diana, pernikahannya akan makin sempurna saja.

Tapi, wajah Diana tampak murung, ibunya juga agak aneh melihat wajah wanita itu, pucat dan tidak ada raut ceria sama sekali di sana.

"Di, lo kenapa?" tanya Kinan.

Diana berjalan lemah menghampiri Kinan dan menangis, dia seperti tidak sanggup menahan kesedihan yang mendalam. Kinan yang dipeluk erat oleh temannya itu hanya terbengong, dia bingung, apa yang sudah terjadi pada Diana?

"Di, lo kenapa? Lo ada masalah?" tanya Kinan.

"Ki-nan, maa-fin, gu-e, Ki. Gue nggak berm-mak-sud meng-mengkhianat-i lo."

"Lo ngomong apa, sih, Di?" jawab Kinan makin tidak paham maksud omongan Diana. "Jangan bilang lo ngeprank gue, Di?"

Diana malah makin menangis. Ibu Kinan menghampiri Diana, dia menyentuh bahu wanita itu. "Kamu teman Kinan, kamu cerita aja, ada masalah apa? Lalu kenapa kamu malah minta maaf sama Kinan?" tanyanya.

Diana berdiri, dia agak menyingkir dari Kinan dan ibunya. Lalu dia mengeluarkan sebuah amplop dan menyerahkan itu pada Kinan.

"Ini apa, Di?" Kinan mengambilnya, dia menatap amplop putih kecil itu dengan menerka-nerka isinya. "Asli lo lagi ngeprank nih?" ucapnya masih belum paham dengan yang dilakukan Diana padanya.

"Maaf, Ki." Diana hanya terus meminta maaf. "Tolong buka itu, Ki."

Perlahan Kinan membuka amplop itu, dia langsung terkejut melihat isinya. Ternyata di dalamnya ada sebuah alat pendeteksi kehamilan, dan ada dua garis yang tampak di sana.

"Astaghfirullah, ini punya siapa, Di?"

"Astaghfirullah." Ibu Kinan juga ikut beristighfar melihat benda yang ada di tangan putrinya.

"Punya gue, Ki."

Kinan gemetar, dia tahu persis temannya itu belum menikah, lalu di tangannya ada sebuah testpack dengan hasil positif. Pikirannya mulai kacau, dia juga bingung kenapa Diana meminta maaf padanya.

"Lo hamil? Tapi, Di.... Lo, kan belum?"

"Maaf Ki, iya, gue hamil. Gue hamil anak dokter Hamzah, Ki."

Seperti ada gelegar di jantung Kinan. Matanya membulat, tangannya lemah, kakinya juga lemas tidak dapat menopang tubuhnya.

"Astaghfirullah. Kamu jangan bercanda! Maksud kamu apa bilang hamil dengan calon suami anak saya!" tekan Halimah sambil mencengkeram bahu Diana. Diana makin menangis, dia juga merasa amat bersalah terhadap Kinan, teman yang sangat baik padanya. Tapi, semua itu adalah yang terjadi, apalagi dokter Hamzah tidak mau bertanggung jawab padanya dan memilih tetap menikahi Kinan.

"Ibu, saya tahu saya salah. Tapi saya benar hamil anak dokter Hamzah, saya sudah meminta tanggung jawab, tapi dokter bilang yang pantas untuknya hanya Kinan. Lalu bagaimana nasib saya dan anak yang ada di kandungan saya, Bu..." ucap Diana mengatakannya secara lancar tanpa hambatan, meski dengan air mata berderai.

"Ya Allah Kinan, kenapa harus terjadi pada kamu, Nak...." Halimah akhirnya menangis sambil memeluk putrinya. Diana menutup mulut, dia juga merasakan kesedihan dengan kondisi Kinan walaupun dia lebih terpuruk lagi. Kinan mungkin terselamatkan karena tidak perlu menikah dengan pria yang bermuka dua seperti Hamzah.

"Ki, maaf," ucap Diana. Kinan berjalan mendekati Diana lalu menatapnya. "Berapa lama lo menjalin hubungan sama dia, Di! Lo tega sama gue, lo tahu, dan lo juga yang bilang supaya gue menikah dengan dia, kata lo dia jodoh yang cocok buat gue. Kenapa sekarang malah begini, Di! Jawab!"

Itu semua benar, Diana memang mendukung hubungan Kinan dengan Hamzah, semuanya berubah semenjak kepindahannya bersama dokter Hamzah ke rumah sakit yang berbeda dengan Kinan.

Saat itulah Dokter Hamzah mulai berbeda, dia seperti memiliki dua kepribadian yang sangat bertolak belakang. Dokter Hamzah sering menggoda Diana, dan mengatakan itu tidak masalah walau dibelakang Kinan, calon istrinya. Diana menolak, dia sangat menghargai Kinan, dia merasa dokter Hamzah hanya sedang stress sebelum hari pernikahan tiba. Tapi, ternyata dokter Hamzah malah melakukan hal yang tidak diinginkan Diana. Dokter Hamzah memberikan sebuah minuman pada Diana, dan Diana tertidur saat mereka hendak pergi ke suatu tempat. Rupanya itu adalah trik dokter Hamzah untuk menjebaknya. Hal itu terjadi, hingga sekarang Diana berdiri memberanikan diri mengatakan itu di hadapan wanita yang akan dinikahi dokter Hamzah.

"Ini semua jebakan dokter Hamzah, Ki. Percaya sama gue, demi Allah gue nggak pernah niat merebut dia dari lo."

Saat suasana tegang, tiba-tiba muncul seorang laki-laki bersama putranya. Dia adalah Dude. Dia sengaja pergi ke tempat Kinan untuk langsung mengucapkan selamat, dia sudah menunggu keluarga calon mempelai pria tapi belum kunjung datang. Dia terkejut melihat Kinan dan ibunya menangis, dia juga terkejut melihat seorang wanita di depan Kinan sedang bersimpuh seperti memohon sesuatu pada Kinan.

"Maaf, maaf saya..." Dude tergagap.

"Rey, kamu keluar dulu, ya," kata Dude.

"Iya, Pa," Jawab Rey menuruti kata-kata papanya.

Walau dia merasa tidak memiliki hak ikut campur, tapi dia tidak tega melihat Kinan menangis.

"Bu, ini ada apa?"

Dude sudah cukup mengenal Ibu Halimah, orang tua Kinan. Bahkan di hari pernikahan Kinan saha, Dude mengirimkan sebuah karangan bunga sebagai ucapan selamat untuk Kinan dan calon suaminya. Tapi, kenapa di hari pernikahan Kinan malah terlihat sedih?

"Mas Dude...." Kinan makin tidak dapat berkata-kata lagi.

"Bu, Kinan ingin membatalkan pernikahan ini," ucap Kinan.

Halimah menyentuh dadanya, dia merasakan sakit tepat di jantungnya, dia meringis karena sakitnya makin menjadi setelah Kinan mengatakan itu.

"IBU!! IBU KENAPA!" Kinan berteriak melihat ibunya kesakitan memegang dadanya.

"Jantung Ibu," ucap Halimah.

"Astaga!" Dude refleks membantu ibu Halimah untuk berdiri lalu mendudukkannya di sebuah bangku. "Ibu tidak apa-apa Bu? Sebenarnya ini ada apa?" tanya Dude.

Kinan masih menangis, sementara Diana ikut shock melihat ibu Kinan kesakitan.

"Pergi lo! Pergi dari hadapan gue!" Kinan meneriaki Diana.

"Ki, gue mohon maafin gue, Ki. Dokter Hamzah yang jahat, dia melakukan itu saat gue tidur, percaya, Ki! Percaya gue nggak pernah mau menyakiti lo! Gue bilang ini sama lo hari ini karena dia bungkam, dia nggak mau tahu apa yang terjadi sama gue, Kinan!"

"Pergi gue bilang! Gue benci sama lo!" teriak Kinan. Halimah makin lemah, ibu Kinan itu terus merintih kesakitan.

Dude yang tidak tahu apa-apa juga ikut panik. Baginya Kinan adalah orang yang baik dan berjasa karena sudah merawat Rey belakangan ini. Jadi, dia tidak bisa hanya berdiam diri melihat apa yang terjadi di depan matanya.

Diana akhirnya pergi, dia menyesal telah datang, tapi kalau dia tidak mengatakannya mungkin Kinan nantinya akan lebih menderita. "Maafin gue, Ki."

"Ibu jangan sakit, Bu. Kinan mohon, Kinan nggak apa-apa batalin pernikahan ini, semua belum terlanjur, Kinan nggak mungkin menikahi pria yang bejat seperti dokter Hamzah."

"Suster, memangnya apa yang dilakukan dokter Hamzah?" tanya Dude.

Halimah masih menangis, dia memeluk putrinya, dia hanya takut putrinya terluka, dia tidak mau putrinya terluka karena fakta yang baru saja dia dengar itu.

Kinan menyeka air matanya, dia tidak mengerti kenapa harus Dude yang datang di saat dia hancur seperti sekarang ini.

"Dia menghamili teman satu profesi ku, Mas." Kinan menjawabnya dengan air mata bercucuran. "Dia jahat."

"Astaga." Dude sangat amat terkejut, dia meremas telapak tangannya, dia tanpa sadar menahan geram. Padahal menurutnya Kinan adalah wanita yang baik.

"Tapi Ibu ingin kamu menikah, apa Ibu nggak bisa lihat kamu menikah sebelum ibu meninggal, Nak? Kenapa ini harus terjadi sama kamu," ucap Halimah dengan napas tersengal.

"Jangan ngomong gitu, Bu. Ini semua takdir," jawab Kinan berusaha kuat walau sejujurnya ini sangat amat menyakitkan.

Dude tidak tahu harus berbuat apa. Tapi kemudian seorang perempuan datang memberitahu bahwa penghulu sudah datang, tapi perwakilan pengantin pria juga datang untuk mengatakan pernikahan tidak bisa dilanjutkan. Orang itu bingung menyampaikannya pada Kinan sehingga dia menyampaikannya pada Dude yang terlihat lebih tenang.

"Saya akan sampaikan pada Kinan dan ibunya," kata Dude setelah diberitahu orang itu.

"Suster, penghulu sudah datang, tapi, pengantin pria mengirim utusan mengatakan pernikahan tidak dapat di lanjutkan. Dokter Hamzah pergi ke luar negeri hari ini," kata Dude yang hanya menyampaikan tanpa menambahnya.

Kinan makin terpukul. "Ya Allah apa yang harus hamba lakukan!"

"Ya Allah kenapa Engkau hancurkan perasaan anak hamba sehancur-hancurnya!" Isak Halimah.

Kinan sangat sakit, dia sakit melihat tangisan ibunya yang hanya mengharapkan kebahagiaannya. Belum lagi ibunya akan menanggung malu jika pernikahan ini batal.

"Suster Kinan kalau boleh saya ingin memberi solusi," Kata Dude secara tiba-tiba.

Kinan dan ibunya masih menangis, dia tidak tahu apakah ada solusi dari kerumitan yang terjadi padanya hari ini. Bukankah semua sudah hancur berantakan, tidak dapat diperbaiki lagi. Mungkin juga Kinan tidak akan menikah selamanya, itu yang ada di dalam pikiran Kinan sekarang.

..._______...

...lanjut nggak? hehe...

Terpopuler

Comments

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

untung ada dude... jd pengganti hamzahh... takdir ini bu...

2023-02-21

0

Sri Widjiastuti

Sri Widjiastuti

untung blm menikah... duhlahhh

2023-02-21

0

Rizal dody Zakaria

Rizal dody Zakaria

hmmmmmm makin ke sini makin penasaran aq kak

2022-04-07

0

lihat semua
Episodes
1 00 : Pria Tampan
2 01 : Harapan Orang Tua
3 02 : Lamaran
4 03 : Bertemu Lagi
5 04 : Rasa Kecewa?
6 05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7 06 : Menerima Lamaran
8 07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9 08 : Rasa Yang Salah
10 09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11 010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12 011 : Bukan Pelakor
13 012 : Serba Salah
14 013 : Menjadi Madu?
15 014 : Kerumitan Takdir
16 015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17 016 : Berteman Dengan Suamiku
18 017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19 018 : Tidur Bersama
20 019 : Subuh Pertama
21 020 : Kupu-kupu
22 021 : Kecupan
23 022 : Makan Siang
24 023 : Kelembutan Membuai
25 024 : Mimpi Kinan
26 025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27 026 : Fakta Tentang Diana
28 027 : Pacaran Setelah Menikah
29 028: Bahagia Kinan
30 029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31 030 : Bercumbu
32 031 : Genophobia
33 032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34 033 : Salah Paham
35 034 : Perubahan Sikap Kinan
36 035 : Penjelasan
37 036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38 037 : Cinta Platonik
39 038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40 039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41 040 : Malam Pengantin
42 041 : Saya Sayang Kamu
43 042 : Sama-sama Sayang
44 043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45 044 : Astaga, Selina?
46 045 : Kisi-kisi Jodoh
47 046 : I Love You, Kinan ~
48 047 : Are You Okay?
49 048 : Lagi
50 049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51 050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52 051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53 052 : Suami Idaman
54 053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55 054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56 055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57 056 : Benar-benar Jatuh Hati
58 057 : Sentuh Aku, Mas!
59 058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60 059 : Cappadocia
61 060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62 061 : Merasa Tidak Pantas
63 062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64 063 : Air Mata Kebahagiaan
65 064 : Hanya Dua Malam
66 065 : Kinan, Tunggu!
67 066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68 067 : Lepaskan Saya!
69 068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70 069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71 070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72 071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73 072 : Aku Milik Kamu
74 073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75 074 : Pasal Berlapis
76 075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77 076 : Aku Mencintaimu
78 077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79 078 : Kesabaran Seorang Suami
80 079 : Tanda Cinta
81 080 : Permintaan Bercinta
82 081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83 082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84 083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85 Extra Part 01
86 Extra Part 02
87 Extra Part 03
88 Extra Part 04
89 Extra Part 05
90 Mendadak Istri Tuan Kalandra
Episodes

Updated 90 Episodes

1
00 : Pria Tampan
2
01 : Harapan Orang Tua
3
02 : Lamaran
4
03 : Bertemu Lagi
5
04 : Rasa Kecewa?
6
05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7
06 : Menerima Lamaran
8
07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9
08 : Rasa Yang Salah
10
09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11
010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12
011 : Bukan Pelakor
13
012 : Serba Salah
14
013 : Menjadi Madu?
15
014 : Kerumitan Takdir
16
015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17
016 : Berteman Dengan Suamiku
18
017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19
018 : Tidur Bersama
20
019 : Subuh Pertama
21
020 : Kupu-kupu
22
021 : Kecupan
23
022 : Makan Siang
24
023 : Kelembutan Membuai
25
024 : Mimpi Kinan
26
025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27
026 : Fakta Tentang Diana
28
027 : Pacaran Setelah Menikah
29
028: Bahagia Kinan
30
029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31
030 : Bercumbu
32
031 : Genophobia
33
032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34
033 : Salah Paham
35
034 : Perubahan Sikap Kinan
36
035 : Penjelasan
37
036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38
037 : Cinta Platonik
39
038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40
039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41
040 : Malam Pengantin
42
041 : Saya Sayang Kamu
43
042 : Sama-sama Sayang
44
043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45
044 : Astaga, Selina?
46
045 : Kisi-kisi Jodoh
47
046 : I Love You, Kinan ~
48
047 : Are You Okay?
49
048 : Lagi
50
049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51
050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52
051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53
052 : Suami Idaman
54
053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55
054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56
055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57
056 : Benar-benar Jatuh Hati
58
057 : Sentuh Aku, Mas!
59
058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60
059 : Cappadocia
61
060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62
061 : Merasa Tidak Pantas
63
062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64
063 : Air Mata Kebahagiaan
65
064 : Hanya Dua Malam
66
065 : Kinan, Tunggu!
67
066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68
067 : Lepaskan Saya!
69
068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70
069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71
070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72
071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73
072 : Aku Milik Kamu
74
073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75
074 : Pasal Berlapis
76
075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77
076 : Aku Mencintaimu
78
077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79
078 : Kesabaran Seorang Suami
80
079 : Tanda Cinta
81
080 : Permintaan Bercinta
82
081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83
082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84
083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85
Extra Part 01
86
Extra Part 02
87
Extra Part 03
88
Extra Part 04
89
Extra Part 05
90
Mendadak Istri Tuan Kalandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!