"Saya nikahkan engkau dan kawinkan engkau, saudara Dude Danuarta bin Darmawan Danuarta dengan ananda Kinan Adelia binti Husein Abdurrahman dengan maskawin berupa uang elektronik dengan nominal Seratus Juta Seratus Ribu Rupiah dibayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya ananda Kinan Adelia binti Husein Abdurrahman dengan maskawin berupa uang elektronik dengan nominal Seratus Juta Seratus Ribu Rupiah!"
"Saksi, apakah sah?"
"Alhamdulillah, sah!" jawab saksi yakni beberapa tetangga dan ketua rt yang sengaja dimintai tolong sebelumnya. Mereka semua juga pasti terkejut, mendengar nama mempelai pria berbeda dengan yang tertulis di kartu undangan pernikahan Kinan.
Kinan menutup wajahnya menggunakan niqob, dia melakukan itu untuk menyembunyikan wajah sembab dan mata merahnya. Kinan sejujurnya tidak ingin melanjutkan pernikahan, tapi keadaan ibunya menjadi taruhan.
Kini, siapa sangka, dia telah sah menjadi istri seorang pria bernama Dude Danuarta.
Kejadian sebelumnya ....
"Apa maksud Mas Dude?" tanya Kinan dengan mata sembab, dia menyekanya sesekali, sedang ibunya masih terlihat down karena kejadian yang mengejutkan di hari pernikahannya
"Kalau boleh, saya mau menjadi mempelai pria, menggantikan dokter Hamzah, untuk menikahi suster Kinan."
Kinan mengangkat wajahnya, dia menatap mata Dude untuk pertama kalinya, dengan amat lekat dan serius mendengar ucapan dari mulut pria itu.
"Mas, saya mohon, ini bukan waktunya untuk bercanda! Astaghfirullah."
"Nak, tolong tinggalkan saya dan putri saya. Tolong jangan membuat putri saya makin terluka, itu tidak mungkin, Nak Dude tidak bisa menikahi Kinan," ujar Halimah dengan suara bergetar.
"Saya serius, Bu. Kinan, saya serius. Saya memang ingin menikahi suster, saya melihat suster adalah wanita yang baik, tulus, dan juga saya memiliki hutang budi pada suster Kinan," tutur Dude.
Kinan mengembuskan napas berat, dia meringis mendengar ucapan Dude. Apakah takdir sedang mengajaknya bercanda, atau Allah sedang menguji keimanannya.
Ya Allah kenapa begitu berat ujian yang Engkau datangkan padaku.
"Mustahil, saya tidak bisa menerima itu, tolong tinggalkan saya dan ibu saya. Ini musibah, Wallahi, ini musibah yang luar biasa dalam hidup saya. Jadi, saya mohon jangan menambahnya, Mas."
"Tapi, bukankah lebih baik dari pada Ibu suster Kinan harus membatalkan pernikahan ini, saya tulus ingin menikahi suster, tapi kalau memang tidak mau menerima tawaran saya, maka saya tidak akan memaksa." Dude merasa kecewa, dia kecewa karena dia tidak bisa menolong wanita baik yang sangat dikagumi oleh putranya. Yang ada dalam pikiran Dude, pasti orang tua Kinan akan menanggung malu yang teramat sangat jika pernikahan ini batal, belum lagi penghulu sudah siap.
"Assalamu'alaikum."
Suara salam membuat Kinan segera bangun untuk membuka pintu ruangan itu. Dia lemah, dia tidak kuat, semua sangat mengejutkan, ditambah lagi keadaan ibunya yang shock makin menambah luka buatnya.
"Walaikumsalaam," jawab Dude, diikuti jawaban lemah dari Kinan dan ibunya.
"Ki, gimana ini? Acaranya mau dimulai jam berapa? Kamu baik-baik aja, kan? Kok kamu nangis, Ki? Tadi kata Zahro, pengantin pria tidak datang, apa itu benar? Saya nggak percaya, Ki. Masa iya, itu tidak benar, kan, Ki?"
Zahro adalah perempuan yang menyampaikan pesan pada Dude, bahwa keluarga dokter Hamzah tidak datang dan membatalkan pernikahan. Sedangkan wanita yang mendatangi Kinan sekarang adalah tetangga nya yang membantu Kinan mengurus serangkaian acara pernikahan hari ini.
"Zahro terlihat bingung, Ki. Karena itu saya mendatangi kamu," tambah tetangga Kinan. Sementara Kinan masih membeku di tempatnya berdiri.
Kinan gemetar, dia tidak tahu harus menjawab apa. Kinan mendengar suara berisik diluar, pasti semua sedang membicarakan pengantin pria yang batal datang.
Kinan membayangkan, bagaimana perasaan ibunya, jika semua orang menggunjing karena kejadian hari ini.
"Astaghfirullah. Ya Allah," kakinya mulai lemas, dia tidak sanggup menjawab pertanyaan itu, dia tidak tahu harus berbuat apa, dia merasa hancur dan dileburkan oleh kepalsuan lelaki yang bernama Hamzah yang dia kira adalah laki-laki baik.
"Ki .... Kinan ...." panggil Halimah, wanita yang tidak kalah terpuruk dan terkejut karena perbuatan Hamzah. Dia malu, tapi dia juga hancur melihat putrinya dipermalukan dan diinjak-injak harga dirinya.
"Ibu Halimah, ada apa ini, Bu? Apa benar yang dikatakan Zahro? Astaghfirullah, yang sabar ya, Bu, Kinan," kata tetangga Kinan lalu menghampiri Bu Halimah bersama dengan Kinan yang dia tuntun karena kondisi lemahnya.
Dude benar-benar tidak tega, tapi Kinan dan ibunya bersikukuh menolak tawarannya.
"Bu, Kinan, izinkan kali ini saya membantu. Bagi saya suster Kinan adalah penolong Rey, dan saya sudah pernah bilang saya berhutang budi pada suster, kan? Izinkan saya membantu kali ini, saya janji akan bertanggung jawab sepenuhnya."
Kinan yang gemetar tetap menolak. "Tapi bukan Mas Dude yang seharusnya bertanggung jawab. Sudahlah, Mas."
"Mas ini siapanya Kinan?" tanya tetangga Kinan.
"Saya kenalan suster Kinan. Begini, Bu. Saya menawarkan diri untuk menikah dengan suster Kinan. Saya ingin menggantikan posisi mempelai pria, saya merasa itu lebih baik, saya tidak ada niat buruk," terang Dude, dia berharap tetangga Kinan itu mau membantu meyakinkan Ibu Kinan dan juga Kinan sendiri.
"Masya Allah, Bu Halimah, Kinan, menurut saya itu lebih baik. Apalagi Mas ini juga kelihatan baik, daripada batal, saya tidak tega dengan Kinan dan Bu Halimah, pasti jadi bahan pergunjingan nantinya," Terang tetangga Kinan itu.
"Kinan, apa kamu mau menikah dengan Nak Dude?" tanya Halimah, tentu saja Kinan kaget, kenapa ibunya malah bertanya demikian padanya?
"Bu," geleng Kinan. "Ibu tahu, kan, kenapa Kinan nggak mau?"
Walau dia sejujurnya menyukai Dude, tapi Dude itu sudah memiliki istri. Dia tidak mungkin mau menjadi istri kedua Dude. Apalagi keadaan istri Dude sedang sakit.
"Kinan, kalau nanti tidak cocok kamu bisa berpisah. Maafkan Ibu, Kinan. Tapi ibu lebih baik mati jika harus melihat kamu dipermalukan!" Tangis Halimah pecah di pelukan tetangganya.
Kinan juga ikut histeris melihat keadaan ibunya. Tapi lidahnya kaku, dia juga seperti lemas tidak memiliki tenaga lagi.
Semua terlalu mendadak, ini adalah musibah yang tidak pernah Kinan bayangkan akan menimpanya. "Mas Hamzah kamu jahat Mas. Wallahi, kamu sangat keji, kamu keterlaluan!" geramnya masih memegang tubuh ibunya yang histeris dengan tangis tak berkesudahan.
Dude memijat kening, kenapa dia sangat tidak tega, pikiran dan juga perasaannya sama sekali tidak tenang. Keadaan Kinan dan ibunya amat menyakitkan buatnya. "Astaga, apa yang harus saya perbuat lagi," katanya sambil mengusap kasar wajah tampannya.
"Ki, menikahlah dengan Nak Dude, Ibu yakin dia bisa bertanggung jawab menjadikan kamu wanita yang paling bahagia nantinya."
Kinan menggeleng, tapi Dude mulai menatap serius wajah Bu Halimah, dia juga memerhatikan Kinan yang tetap menolak.
"Kinan nggak bisa, Bu!" tegasnya.
"Kinan, menurut saya benar yang dikatakan ibu kamu, Ki."
Tidak! Tetangganya itu sama sekali tidak tahu bahwa yang berdiri menawarkan diri untuk menikahinya itu bukan seorang pria yang bisa dia nikahi. Dude, dia adalah suami wanita lain. Dude bahkan sudah memiliki anak.
Batin Kinan menjerit, keadaan itu sangat teramat sulit.
"Kinan, lakukan sebelum ibu meninggalkan dunia ini," ucap Halimah, dan kali ini Kinan melemah, dia untuk pertama kalinya merasa menjadi wanita yang paling jahat saat mengatakan .... "Baiklah, Mas, Kinan bersedia ...." ucapnya dengan perasaan hancur se-hancur-hancurnya.
...________...
...semoga terhibur :)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Rizal dody Zakaria
Alhamdulillah akhirx
2022-04-07
0
Dwi Sasi
Jalan terjal berliku ini
2022-01-18
1
Uswatun Khasanah
merending bgttt. syukur mas dude dtg gantiin calon suami yg bejat kelakuan y km zah.
2022-01-15
1