07 : Gemuruh Di Hati Kinan

...Takdir memang unik. Saat kamu berharap dan seringkali harapanmu tak kunjung sampai. Tapi kala kau berhenti berharap, justru takdir datang membawa harapan itu kembali. ~Kinan...

...****...

Kinan sudah memutuskan untuk melupakan perasaannya pada Dude Danuarta. Ayah dari pasien yang harus dia jaga saat ini di sebuah rumah mewah yang ada di Jakarta.

"Suster Kinan." Rey datang menyapa Kinan yang sedang duduk di sofa panjang ruang tamu. Senyum terulas tipis di bibir Kinan. Rey terlihat jauh lebih segar sekarang.

"Assalamualaikum, Rey. Apa kabar?" sapa Kinan kembali.

Rey tercengir. "Wa'alaikumsalaam. Maaf Rey lupa salam. Kabar Rey baik, kabar Suster gimana?"

Kinan tersenyum. "Alhamdulillah, baik. Rey terlihat sehat banget sekarang. Syukurlah suster senang banget lihatnya."

"Alhamdulillah, Suster. Oiya, suster mau ketemu sama Mama Rey nggak?"

Deg.

Kinan bukan hanya terkejut. Ucapan Rey itu menyentaknya keras. "Mama Rey ada di sini?"

"Iya Suster. Ada di kamar, Mama lagi kurang sehat," jawab Rey. "Yuk ke kamar Mama. Tadi Mama sih udah bangun. Papa lagi keluar sebentar," tambah anak itu. Kinan masih tercengang dengan ajakan Rey. Apakah dia harus menolak ajakan itu? Tapi kenapa Kinan merasa sedikit kecewa. Ah lupakan Kinan, kamu sudah memutuskan bukan? Kamu memutuskan untuk melupakan perasaanmu pada Dude.

"Baik," angguk Kinan.

Rey mengajak Kinan ke kamar mamanya. Saat itu Kinan gugup dan canggung. Ternyata Dude memang benar masih memiliki istri. Rupanya rumor yang mengatakan ibu kandung Rey meninggal itu tidak benar. Syukurlah, batin Kinan merasa lega karena Rey ternyata masih memiliki ibu. Meskipun itu membuatnya semakin bertekad untuk membuang segala kekagumannya terhadap Dude, papa dari Rey.

"Mama." Rey membuka pintu kamar mamanya.  Terlihat seorang wanita sedang duduk sambil menatap kosong ke dinding kamar yang polos.

Kinan merasa agak aneh. Tatapan wanita itu benar-benar kosong. Mungkinkah karena tadi Rey bilang dia sedang sakit?

"Suster, ini Mama Rey."

Rey mengusap punggung tangan wanita yang hanya diam tidak merespon. Wajahnya agak pucat dan kurus. Meskipun begitu Kinan merasa wanita itu masih sangat muda agaknya. Hanya saja tampilannya terlihat lebih tua karena dia mungkin mengidap penyakit atau alasan lainnya.

"Nyonya. Kenalkan saya Kinan." Kinan berusaha se-natural mungkin menyapa wanita itu. Tapi sama sekali tidak ada respon. Bahkan wanita itu tidak melihat ke arah Kinan atau Rey.

Rey tertunduk. "Mama Rey sakit, Suster."

Nada suara Rey terdengar sedih. "Sakit apa, Rey?"

"Rey nggak tahu, Suster. Tapi kata Papa itu alasannya kenapa selama ini Rey hanya tinggal dengan Papa. Karena Mama Rey harus menjalani pengobatan. Cuma Rey minta Mama di rawat di rumah, biar Rey bisa bantu jagain Mama," tutur Raihan.

Rupanya begitu. Pantas saja wanita itu hanya diam sejak tadi. Melihat hal itu Kinan merasa iba, sepertinya mama Rey itu sangat tertekan dulunya. Mungkinkah dia mengidap gangguan psikologi?

"Semoga Mama Rey cepat sembuh ya. Kalau gitu Rey biarkan Mama Rey istirahat dulu. Jangan di ganggu," tutur Kinan.

Rey mengangguk. "Iya, Suster."

Keduanya pun keluar dari kamar tersebut.

"Rey udah minum obat?" tanya Kinan.

Rey menggeleng dengan wajah sendu. "Rey nggak mau minum obat, Suster. Rey udah sehat," jawab anak itu.

"Rey harus tetap minum ya. Itu vitamin untuk Rey. Tugas suster kan memastikan Rey minum obat dengan baik dan tepat waktu. Kalau Rey nggak mau minum obat nanti tugas suster apa dong?" senyum Kinan pada Rey.

Mulanya Rey terlihat sedih, tapi melihat senyuman Kinan membuat Rey kembali tersenyum. "Iya deh, Rey minum."

Saat Kinan sedang melihat Rey meminum obatnya. Suara dari dalam terdengar.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalaam," jawab Kinan dan Rey bersamaan.

"Eh Suster Kinan udah datang," ucap Dude yang baru pulang dari kantornya.

"Mas Dude. Iya," jawab Kinan canggung.

Dude tersenyum. Kinan langsung tertunduk. Sampai saat ini Kinan masih heran dengan senyuman pria itu, kenapa selalu berhasil membuat irama jantungnya berubah, ritmenya jadi lebih cepat, bunyinya pun agak nyaring dari normalnya.

"Rey udah minum obat? Wah, bener kan kata saya Suster. Kalau sama Suster pasti deh Rey mau minum obat, berkat Suster Kinan nih," imbuh Dude senang. "Terima kasih ya, Suster."

Kinan mengangguk tipis. "Iya, sama-sama, Mas."

Dude memperhatikan Kinan yang sejak tadi terus tertunduk. Dia selalu heran dengan sikap Kinan, kenapa setiap melihatnya dia menunduk seperti tidak ingin bertemu muka dengannya. Apakah dia jelek? Mustahil, batin Dude yang merasa cukup yakin dirinya tampan dari lahir.

"Suster belum di buatkan minum ya? Biar saya ambilkan ya."

Kinan menggeleng. "Jangan, Mas. Merepotkan aja, saya nggak haus kok."

"Nggak repot, kok. Sudah semestinya dibuatkan minum. Iya, 'kan Rey?"

Rey mengangguk. "Benar kata Papa, Suster. Biar Rey aja yang mintain mbak nya buatkan minum ya. Sebentar," ucap anak itu langsung berjalan menuju dapur.

Dude pun duduk di kursi yang tidak jauh dari Kinan. Saat itu Kinan masih terus tertunduk.

"Hm, Suster Kinan gimana dengan acara lamarannya, apakah berjalan lancar?" tanya Dude membuka obrolan. Dude tidak terlalu suka dengan suasana sepi tanpa obrolan, rasanya canggung dan tidak nyaman.

Kinan mengangkat wajahnya, tapi tidak terlalu lama menatap Dude. "Alhamdulillah."

Dude tersenyum simpul. "Syukurlah, selamat, ya, Suster."

"Iya, Mas. Terima kasih," jawab Kinan agak terdengar lesu. Tapi, walau bagaimana pun dia sudah menjawab lamaran dokter Hamzah, dan keduanya sudah sama-sama sepakat untuk saling menjaga sampai hari pernikahan tiba.

Senyum Dude terus terukir, dia terlihat ikut bahagia dengan pilihan Kinan. Walau sebenarnya, di hati Kinan terbesit sedikit keinginan untuk mengutarakan rasa sukanya pada Dude. Tapi, dia sadar, itu tidak boleh terjadi, karena Dude sudah beristri.

'Astaghfirullah, ampuni hamba ya Allah.'

Kinan tersenyum ragu.

Yang terjadi semalam, saat dokter Hamzah dan keluarganya datang.

Kinan tertunduk sambil memegang dadanya yang terus menerus bergemuruh. "Ya Allah tolong kuatkan hati hamba. Buat hamba yakin dengan pilihan hamba. Tolong hamba yang lemah ini," ucapnya pelan.

Tidak lama kemudian ibunya datang menghampiri Kinan lalu mengusap bahu Kinan, putrinya itu terlihat gugup.

"Ki, gimana? Kamu udah mempersiapkan jawaban dari lamaran dokter Hamzah, kan? Di depan, dokter Hamzah datang bersama keluarga besarnya, kali ini ada paman dan juga bibinya. Kamu udah yakin dengan jawaban kamu?" tanya Halimah.

Kinan menatap mata ibunya yang bening, kulit wanita itu sudah mulai mengerut karena usianya tidak lagi muda. Senyum hangat itu, tersimpan harapan yang berisi kebahagiaan untuknya, dan Kinan sangat memahami perasaan ibunya itu. Kinan berharap apa yang dia putuskan dapat memberikan kebahagiaan bagi ibunya. Yang terpenting, Kinan berharap Allah meridhoi pilihannya.

"InsyaAllah, Kinan siap, Bu. Dan insyaAllah Kinan yakin dengan jawaban Kinan," ujarnya pada Halimah disusul pelukan erat ibunya seraya mengusap punggung anaknya lemah. "Alhamdulillah, semoga ini pilihan yang terbaik, ya, Ki. Ibu hanya ingin kamu bahagia."

Bahagia? Kinan lebih mementingkan kebahagiaan ibunya, dibanding kebahagiaan dia pribadi.

"Iya, Bu." Kinan hanya mengangguk, setiap ibu pasti ingin anaknya bahagia, pikir Kinan. Tugasnya sebagai anak, juga tidak berbeda, ingin berusaha membuat ibunya bahagia, minimal tidak menyusahkan, itu saja.

Kinan keluar dari kamar ditemani Halimah menuju ruang tamu menemui dokter Hamzah dan keluarganya. Jantungnya berdentum kencang, menatap wajah lelaki yang sejujurnya teduh saat dipandang. Penampilan sederhana, senyum yang ikhlas, dan kepribadian yang bersahaja ada pada lelaki bernama Hamzah.

"Alhamdulillah, sekarang kita dipertemukan oleh Allah dalam keadaan sehat, dan insyaAllah diberkahi, aamiin." Pak Asnawi selaku orang tua kandung Hamzah memulai membuka obrolan.

Semuanya terlihat khusyuk mendengarkan salam permuka dari pihak keluarga Hamzah, sedangkan Kinan hanya tertunduk di sebelah ibunya yang setia mengusap punggung tangannya, berharap ketegangan Kinan sedikit berkurang.

"Jadi, apakah ananda Kinan sudah mempersiapkan jawaban atas lamaran ananda Hamzah beberapa waktu yang lalu?" tanya paman Hamzah yang bernama Farhan.

"InsyaAllah," jawab Kinan dengan perasaan campur aduk, antara gugup dan tegang.

Hamzah menghela napas panjang, dia juga sama, terlihat gugup dan berharap, semoga saja jawaban Kinan adalah sesuatu yang melegakan.

"Jadi, bagaimana Kinan, apakah kamu menerima lamaran Nak Hamzah?" tanya Halimah pada putrinya. "Kalau saya sebagai ibu Kinan hanya mendukung dan mendoakan pilihan anak saya saja," ujarnya sembari tersenyum tipis.

Kinan menarik napas dalam-dalam sebelum mengatakan apa yang sudah dia putuskan sebagai jawaban.

"Bismillah, atas izin Allah, dan dengan mengarapkan keridhaan-Nya. InsyaAllah, saya menerima lamaran dokter Hamzah."

Perkataan Kinan membuat merinding semua yang ada di sana. Mereka menjadi saksi keputusan yang Kinan berikan. Begitu juga dengan Halimah, dia sangat amat bersyukur. Akhirnya Kinan, putri semata wayangnya menerima lamaran laki-laki saleh bernama Hamzah.

Begitulah akhirnya, Kinan menerima lamaran dokter Hamzah dan sekarang dia duduk di hadapan laki-laki yang sejujurnya sempat membuatnya kagum bahkan sampai sekarang. Laki-laki bernama Dude yang sejujurnya mencuri perhatian Kinan sejak pertama bertemu.

"Semoga semuanya lancar, ya, Suster. Jangan lupa undang saya dan Rey, ya. Kalau nanti suster mengadakan acara pernikahan."

Ucapan Dude itu memecah lamunan Kinan. Tanpa sadar sudut matanya terasa perih. Kinan segera menghilangkan pikiran yang seharusnya tidak dia pikirkan, juga perasaan yang seharusnya tidak dia rasakan.

"Aamiin," jawab Kinan sambil menghela napas. Kenapa dia sangat kecewa.

"Ini minumannya, Tuan." Pelayan rumah Dude membawakan secangkir teh untuk Kinan.

"Terima kasih, mbak," jawab Dude. "Di minum Suster," ucap Dude pada Kinan.

"Terima kasih," balas Kinan mengambil cangkir tersebut dan menyesap isinya sedikit.

Rey datang berlarian. Kinan dan Dude terkejut karena anak itu menangis terisak.

"Rey, kamu kenapa?" tanya Dude. Kinan pun terheran. "Iya, kok Rey nangis?" tambah Kinan.

"Mama marah. Mama ngusir Rey, Pa."

Sontak Dude membulatkan mata. "Hah? Rey tunggu di sini ya, biar Papa yang lihat Mama."

"Rey mau lihat Mama juga, Pa!" tegas anak itu. "Rey takut Mama kenapa-kenapa."

Kinan bingung harus berbuat apa. Dia sendiri tidak mengerti kondisi mama Rey sekarang. "Rey sama suster di belakang ya. Biar Papa Rey duluan yang liat kondisi Mama Rey," ujar Kinan memberi ide.

"Iya, Rey sama Suster Kinan nyusul aja ya. Biar Papa dulu." Dude mengangguk setuju. Rey pun setuju. Kinan berjalan di dekat Rey sementara Dude bergegas masuk ke kamar ibu dari anaknya.

"Hana." Dude masuk dan terkejut melihat Hana sedang menjerit histeris sambil memegangi kepalanya. "Pergi! Pergi semuanya!" teriak Hana.

Kinan terkejut melihat kondisi ibu dari Rey sekarang. Rey menangis keras sambil memanggil mamanya. "Mama! Jangan gitu, Ma. Ini Rey anak Mama!"

"Kamu bukan anak saya! Kamu pergi!" teriak wanita itu. Rey semakin sedih, dia makin mengeraskan tangisnya. Kinan berusaha memegangi Rey dan menenangkan anak itu. "Rey sabar ya, jangan nangis," ucap Kinan.

Dude memeluk Hana yang terlihat ketakutan. Pelukan itu sangat erat. Bahkan Kinan melihat Dude mengecup kening wanita itu berulang-ulang. Saat itu perasaan Kinan sangat sakit, dia juga merasa sangat keterlaluan. Padahal itu adalah istri Dude, wajar saja jika Dude mencium wanita itu. Kinan sangat tidak tahu diri, batinnya meski merasakan sakit.

"Tenanglah Hana. Ada aku, lihat aku di sini, sudah jangan begini, Hana." Dude masih terus memeluk Hana.

"Hana, lihat aku. Kamu ingat kan siapa aku?"

Wanita itu menatap mata Dude seksama. Beberapa saat kemudian ia menangis lagi. "Ingat," jawab wanita itu pelan.

"Ingat?"

Hana mengangguk lagi. "Iya."

Dude memeluk Hana lagi lalu mengecup puncak kepalanya. "Iya, dan Rey adalah anak kamu, Hana. Jangan begini," kata Dude.

"Dia anakku?" tanya Hana linglung.

Rey masih menangis. Sementara Kinan tidak tahu harus berbuat apa sekarang. "Mama. Ini Rey, anak Mama."

Dude mengusap wajahnya lalu meminta Rey datang menghampirinya. Rey pun datang dan langsung memeluk Dude dan Hana.

"Mama."

Raihana adalah ibu kandung Rey. Dude dan Rey juga sangat menyayangi Hana. Mereka saling memeluk sambil menangis. Kinan pun perlahan mundur, menjauh dan keluar dari ruangan itu.

Entah sejak kapan dia meneteskan air mata. Dadanya terasa sesak. Kenapa dia seperti ini?  Kinan merasa sakit. Kinan merasa salah menyukai pria itu. Dude ternyata memang mencintai istrinya, pikir Kinan.

"Astaghfirullah." Kinan gemetar. Apa yang baru saja dia lihat sangat amat dramatis. Dia tidak tahu keadaan ibu kandung Rey sangat menyedihkan seperti itu.

"Astaghfirullah. Ya Allah," ucap Kinan masih mencerna apa yang baru saja dia lihat.

...________...

...Maaf kalau ada typo ya....

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Rizal dody Zakaria

Rizal dody Zakaria

lanjut kak

2022-04-07

0

♥️💕 MomSha 🌹🌹💕❤️

♥️💕 MomSha 🌹🌹💕❤️

apa raihana adiknya dude?aahh...masih teka-teki.

2022-03-07

0

Dati Purwani

Dati Purwani

iyyaa...tak jarang kita sering terjebak dan terombang ambing dlm ujian takdir itu....😥😥😥

2022-01-18

0

lihat semua
Episodes
1 00 : Pria Tampan
2 01 : Harapan Orang Tua
3 02 : Lamaran
4 03 : Bertemu Lagi
5 04 : Rasa Kecewa?
6 05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7 06 : Menerima Lamaran
8 07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9 08 : Rasa Yang Salah
10 09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11 010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12 011 : Bukan Pelakor
13 012 : Serba Salah
14 013 : Menjadi Madu?
15 014 : Kerumitan Takdir
16 015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17 016 : Berteman Dengan Suamiku
18 017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19 018 : Tidur Bersama
20 019 : Subuh Pertama
21 020 : Kupu-kupu
22 021 : Kecupan
23 022 : Makan Siang
24 023 : Kelembutan Membuai
25 024 : Mimpi Kinan
26 025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27 026 : Fakta Tentang Diana
28 027 : Pacaran Setelah Menikah
29 028: Bahagia Kinan
30 029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31 030 : Bercumbu
32 031 : Genophobia
33 032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34 033 : Salah Paham
35 034 : Perubahan Sikap Kinan
36 035 : Penjelasan
37 036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38 037 : Cinta Platonik
39 038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40 039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41 040 : Malam Pengantin
42 041 : Saya Sayang Kamu
43 042 : Sama-sama Sayang
44 043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45 044 : Astaga, Selina?
46 045 : Kisi-kisi Jodoh
47 046 : I Love You, Kinan ~
48 047 : Are You Okay?
49 048 : Lagi
50 049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51 050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52 051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53 052 : Suami Idaman
54 053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55 054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56 055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57 056 : Benar-benar Jatuh Hati
58 057 : Sentuh Aku, Mas!
59 058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60 059 : Cappadocia
61 060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62 061 : Merasa Tidak Pantas
63 062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64 063 : Air Mata Kebahagiaan
65 064 : Hanya Dua Malam
66 065 : Kinan, Tunggu!
67 066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68 067 : Lepaskan Saya!
69 068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70 069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71 070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72 071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73 072 : Aku Milik Kamu
74 073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75 074 : Pasal Berlapis
76 075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77 076 : Aku Mencintaimu
78 077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79 078 : Kesabaran Seorang Suami
80 079 : Tanda Cinta
81 080 : Permintaan Bercinta
82 081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83 082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84 083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85 Extra Part 01
86 Extra Part 02
87 Extra Part 03
88 Extra Part 04
89 Extra Part 05
90 Mendadak Istri Tuan Kalandra
Episodes

Updated 90 Episodes

1
00 : Pria Tampan
2
01 : Harapan Orang Tua
3
02 : Lamaran
4
03 : Bertemu Lagi
5
04 : Rasa Kecewa?
6
05 : Bayi Yang Tidak Berdosa
7
06 : Menerima Lamaran
8
07 : Gemuruh Di Hati Kinan
9
08 : Rasa Yang Salah
10
09 : Kekacauan Di Hari Pernikahan
11
010 : Menikahi Pria Yang Berbeda
12
011 : Bukan Pelakor
13
012 : Serba Salah
14
013 : Menjadi Madu?
15
014 : Kerumitan Takdir
16
015 : Raihana Sayang, Raihana Malang.
17
016 : Berteman Dengan Suamiku
18
017 : Masa Lalu Hana, Masa Depan Kinan.
19
018 : Tidur Bersama
20
019 : Subuh Pertama
21
020 : Kupu-kupu
22
021 : Kecupan
23
022 : Makan Siang
24
023 : Kelembutan Membuai
25
024 : Mimpi Kinan
26
025 : Mimpi Aneh Yang Bukan Sekedar Keanehan Biasa
27
026 : Fakta Tentang Diana
28
027 : Pacaran Setelah Menikah
29
028: Bahagia Kinan
30
029 : Apa Ini Mimpi Lagi?
31
030 : Bercumbu
32
031 : Genophobia
33
032 : Pesan Singkat Untuk Suamiku
34
033 : Salah Paham
35
034 : Perubahan Sikap Kinan
36
035 : Penjelasan
37
036 : Bolehkah Aku Mencium Kamu?
38
037 : Cinta Platonik
39
038 : Mas, Aku Ingin Hamil
40
039 : Berhubungan Dua Hari Sekali?
41
040 : Malam Pengantin
42
041 : Saya Sayang Kamu
43
042 : Sama-sama Sayang
44
043 : Kamu Jodohku, Bukan Rencana ku
45
044 : Astaga, Selina?
46
045 : Kisi-kisi Jodoh
47
046 : I Love You, Kinan ~
48
047 : Are You Okay?
49
048 : Lagi
50
049 : Saya Yang Beruntung Menikahi Kinan
51
050 : Saya Dulu Hidup Penuh Kebebasan
52
051 : Apa Yang Harus Saya Lakukan?
53
052 : Suami Idaman
54
053 : Aku Tidak Punya Tuhan
55
054 : Dunia Itu Memang Sempit, Ya
56
055 : Karena Manisnya Itu Dari Kamu
57
056 : Benar-benar Jatuh Hati
58
057 : Sentuh Aku, Mas!
59
058 : Bimbing Papamu, Reyhan!
60
059 : Cappadocia
61
060 : Boleh, Sayang. Boleh Istriku.
62
061 : Merasa Tidak Pantas
63
062 : Sebuah Pertanyaan & Syarat
64
063 : Air Mata Kebahagiaan
65
064 : Hanya Dua Malam
66
065 : Kinan, Tunggu!
67
066 : Wangi Parfum Yang Menempel
68
067 : Lepaskan Saya!
69
068 : Itu Fitnah, Mas. Fitnah!
70
069 : Aku Tidak Rela, Kinan.
71
070 : Aku Hanya Laki-laki Biasa Yang Dapat Terbakar Cemburu
72
071 : Maaf Beribu Maaf, Sayang.
73
072 : Aku Milik Kamu
74
073 : Diana Sadar. Lo Berharga.
75
074 : Pasal Berlapis
76
075 : Saya Hanya Mencintai Kinan Adelia
77
076 : Aku Mencintaimu
78
077 : Kinan Mau Kasih Sesuatu
79
078 : Kesabaran Seorang Suami
80
079 : Tanda Cinta
81
080 : Permintaan Bercinta
82
081 : Sebentar Lagi Aku Akan Menikah
83
082 : Kapan Aku Merasakan Hamil Kembali
84
083 : Bahagia Dan Rasa Syukur
85
Extra Part 01
86
Extra Part 02
87
Extra Part 03
88
Extra Part 04
89
Extra Part 05
90
Mendadak Istri Tuan Kalandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!