Sebelum pergi bertugas para ksatria berkumpul di ruang rapat, Komandan mereka memberikan pengumuman atas perubahan regu. Hans dan Reah masuk ke regu A dimana mereka akan berjaga di wilayah sin, itu mencakup pasar hingga halte bus.
Karena beda tempat maka Hans pun harus belajar kembali cara bertarung di area yang rawan adanya manusia, bukan hal mudah karena dia bisa berada di satu kondisi yang harus melawan vampire sekaligus menjaga manusia.
Seperti biasa Reah yang akan mengajarkan hal itu kepadanya, cara bertarung yang tidak menimbulkan banyak kerusakan pada tempat.
Mereka kembali berada di pos yang sama, bisa di bilang Reah menjadi guru privat bagi Hans dan akan terus mendampinginya sampai ia bisa bertugas sendiri.
"Aku mendapat laporan beberapa waktu lalu seseorang tewas di area ini, darahnya di hisap habis dan terdapat beberapa luka benturan juga" ujar Reah memberitahu.
"Aku tak menyangka mereka bisa menyerang di kawasan yang padat penduduknya"
"Yang mereka pedulikan hanya makan, selebihnya itu terserah nanti" jawab Reah.
Di kawasan ini mereka harus berpatroli sesuai area pos masing-masing, Hans dan Reah memutuskan untuk berpencar dan akan menyalakan sinyal tanda bahaya jika menemukan vampire.
Layaknya seperti orang biasa Hans berjalan-jalan di tempat yang sepi, vampire hanya akan mencium aroma manusia dari tubuhnya tanpa mengetahui bahwa ia adalah seorang penyihir. Hal itu cukup menguntungkan karena dengan begitu ia bisa memancing vampire itu keluar dan menjebaknya.
* * *
"Sial! aku tidak mengecek persediaan ku" gumam Agler menatap botol-botolnya yang kosong.
"Bagaimana ini? sudah sebulan berlalu, tidak masalah jika hanya selama beberapa minggu saja tapi aku butuh tenagaku untuk bekerja" gumamnya.
Ia menengadah, menatap langit-langit sambil memutar otak.
"Ah.... tidak ada pilihan lagi, aku harus mencarinya" ujarnya memutuskan.
Meski hari sudah larut tapi di kota masih banyak orang berkeliaran dengan urusan masing-masing, bukan hal yang sulit untuk mencari makanan tapi untuk mendapatkannya adalah hal yang berbeda.
Agker memilih pergi ke bar, itu merupakan tempat yang paling bagus untuk mencari makanan. Ia memesan segelas minuman dan tak lama kemudian seorang wanita mendekatinya.
"Aku belum pernah melihat mu" ujar wanita itu memperhatikan.
"Aku orang baru" jawabnya.
Mereka saling menatap, hanya butuh waktu beberapa menit saja bagi Agler untuk memutuskan.
"Kau mau pergi denganku?" tanyanya.
"Tentu" jawab wanita itu yang segera tergoda ketampanan Agler meski dengan pakaian sederhana.
Agler segera membayar minumannya dan mengajak wanita itu pergi dari sana, mereka berjalan keluar bar menuju tempat yang lebih sepi. Wanita itu menawarkan apartemennya, tapi Agler tak mau memasuki kehidupan wanita itu.
Ia takut rasa kasihannya muncul di waktu yang tidak tepat, sebagai gantinya mereka pergi sebuah bangunan yang sedang dalam masa pembangunan.
"Kau yakin akan melakukannya disini?" tanya wanita itu melihat ngeri pada tempat yang gelap.
"Ini hanya sebentar"
Ah...
Secepat kilat Agler membuat wanita itu tertidur, ia merebahkannya dan segera menyayat paha wanita itu untuk mengeluarkan darahnya. Bukan hal sulit karena ia sudah terbiasa melakukannya, di goresan pertama itu ia simpan darahnya di dalam botol.
Setelah botolnya penuh ia pun mengoleskan krim khusus agar luka dari bekas sayatan itu cepat hilang, untuk menghilangkan dahaganya ia memilih bagian leher agar mudah menghisapnya.
Syyuuuuuutttt
Bruk
Entah dari mana datangnya tapi tiba-tiba seorang pria menyerangnya dengan menggunakan pedang, Agler berhasil menghindar sebab ia sempat merasakan hawa manusia yang mengancam.
Wanita itu masih dalam pelukannya dengan darah yang mengucur sebab Agler melepas hisapannya begitu saja, sadar bahwa pria itu akan menyerangnya lagi dengan cepat ia mengoleskan krim agar luka di leher wanita itu tertutup.
"Rupanya kau sungguh cepat, aku tak menyangka akan bertemu vampire yang berpakaian seperti manusia pada umumnya. Tapi mau bagaimana pun kau tetaplah monster yang harus di basmi" ujar pria itu.
"Tunggu dulu!" teriak Agler menghentikan langkah manusia itu.
'Di-dia bisa bicara!' batin Hans kaget.
'Aura vampirenya juga tidak terlalu kuat, siapa dia sebenarnya?' lanjut Hans meneliti.
"Kenapa kau tiba-tiba menyerang ku?" tanya Agler.
"Sudah jelas kan, karena kau vampire dan memangsa manusia tidak berdosa" jawab Hans mencoba fokus setelah terkejut.
Agler termangu, ia teringat akan ucapan Nick yang menjelaskan musuh bangsa vampire yaitu kaum penyihir. Dimana pun ia berada bila bertemu dengan penyihir maka hanya ada satu hal yang terjadi, perseteruan.
"Aku tidak membunuh wanita itu, kau bisa mengeceknya!" ujar Agler mencoba meluruskan kesalahpahaman itu.
"Mungkin belum" jawab Hans bersikukuh.
'Astaga.. kenapa aku harus berurusan dengannya di saat seperti ini' batin Agler bingung.
Syyuuuuuutttt
Trang
"Hei!" teriak Agler sebab tanpa ancang-ancang Hans menyerbu begitu saja.
Sebisa mungkin Agler terus menghindar, ia bukanlah vampire pada umumnya yang akan menyakiti manusia terlebih dalm dirinya sendiri pun masih ada bagian dari manusia.
Trang Trang Trang
Buk Buk Buk
'Dia kuat sekali, jika terus begini bisa gawat' batin Agler kewalahan.
Buk
Bruk
Argh
Berhasil merobohkan Hans dengan satu pukulan telak di perut dengan cepat Agler pun melarikan diri, tak ingin kehilangan Hans sendiri meluncurkan sinyal tanda bahaya. Namun saat Reah sampai ia kehilangan jejak sehingga tak dapat menemukan keberadaan vampire, ia membiarkan Hans istirahat dulu sementara dirinya menolong sang korban.
"Ini aneh" ujar Reah memeriksa kondisi pria itu.
"Ada apa?" tanya Hans yang mencoba bangkit.
"Aku tidak menemukan adanya bekas gigitan atau pun luka, tubuh wanita ini mulus lalu dari mana asalnya darah ini?"
"Apa?" tanya Hans kaget.
Dengan cepat ia memeriksa leher si wanita itu, jelas-jelas ia melihat Agler menghisap darah dari lehernya dan itulah asal dari noda darah yang ada di pakaian wanita itu.
"Hans, sebenarnya apa yang terjadi?"
"Aku akan melaporkannya kepada komandan"' jawab Hans.
Karena tidak adanya bekas luka apa pun maka Reah membawa wanita itu ke tempat yang lebih aman, ia menunggu wanita itu sadar dan menginterogasinya untuk laporan tambahan.
Saat tiba di Akademi mereka segera menemui komandan dan menceritakan apa yang telah terjadi.
Awalnya Hans merasakan aura vampire dalam diri Agler dan itulah yang menariknya untuk mengikuti kemana Agler pergi, di tambah dengan adanya seorang wanita yang bersama Agler sudah pasti ia harus membututinya.
Ia sempat kehilangan jejak saat melewati keramaian dan ketika berhasil menemukan Agler dengan jelas ia melihat Agler tengah menghisap darah wanita itu dari lehernya, mereka terlibat satu pertarungan namun sayang Hans kehilangan sang vampire.
"Yang aneh adalah tidak ada luka apa pun di leher korban begitu juga di bagian tubuh lainnya, padahal jelas ada noda darah di pakaian korban sebab saat aku berhasil menemukannya ia melepaskan taringnya sehingga darah itu keluar dari lehernya. Dan yang lebih aneh adalah.... vampire itu bisa bicara!"
"Apa? dia bicara?" tanya Reah kaget.
"Tak hanya itu, dia berpakaian seperti manusia normal dan tidak tanduknya juga seperti manusia biasa" lanjut Hans sambil mencoba mengingat.
"Bagaimana dengan laporan mu Reah?" tanya sang komandan.
"Ah itu... aku telah menginterogasi wanita yang menjadi korban, ia tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi. Yang ia ingat hanya bahwa dia sedang berada di bar, ia juga heran mengapa tiba-tiba ada di tempat lain"
"Begitu ya... " ujar komandan.
"Baiklah, laporan kalian aku terima. Kalian boleh pergi beristirahat" lanjut Komandan itu membubarkan.
"Siap pak!" jawab Hans dan Reah secara bersamaan.
Mereka pergi ke kamar masing-masing, setelah membersihkan diri Hans mencoba untuk tidur. Tapi meski ia sudah mengantuk matanya tak mau terpejam juga, ia masih memikirkan vampire yang semalam ia temui.
"Ah benar, guru Shishio" ujarnya mengingat bahwa Shishio pernah menceritakan jenis vampire seperti ini.
Ia pun bangun dan dengan cepat mencari keberadaan Shishio, di laboratorium tempat Shishio bekerja Hans menemukannya dan meminta waktu sebentar untuk bicara.
Ia segera menceritakan apa yang telah terjadi semalam, dan segala keanehan yang baru Hans ketahui.
"Sudah lama sekali aku tidak mendengar keberadaan mereka, semenjak timbulnya vampire ganas aku pikir semua vampire sudah berubah" sahut Shishio menanggapi cerita Hans.
"Hans, apa kau benar-benar melihat taring mencuat dari mulutnya?" tanyanya.
"Ah.. itu.... " Hans tiba-tiba berfikir, ia mencoba mengingat kembali sedetail apa wajah vampire yang ia temukan.
"Ti-tidak, tidak ada taring" ujar Hans tersadar.
"Untuk sekarang bisa di simpulkan ada dua jenis vampire di dunia ini, mereka adalah vampire ganas dan baik"
"Vampire baik? apa ada makhluk yang seperti itu?" tanya Hans tak percaya.
"Seperti yang sudah pernah ku bilang, jaman dulu jarang ada vampire yang membunuh untuk mendapatkan makanan. Bahkan sebelum peperangan terjadi para penyihir dan vampire hidup secara berdampingan"
"Apakah... perdamaian seperti itu pernah ada?" tanya Hans sebab saat ia lahir yang ia tahu dunia sudah kacau balau.
"Aku adalah salah satu yang paling beruntung, aku pernah hidup di jaman itu dan mengalami perubahan dunia yang drastis. Vampire baik yang ku maksud adalah dia yang tidak membunuh demi makanan, dia hanya membuat luka di tubuh korban dan menghisapnya dengan cukup. Setelah itu ia akan mengobati sendiri luka yang telah ia buat, karena itu kau tidak akan menemukan bekas gigitan atau luka apa pun sebab vampire itu tidak memiliki taring"
"Apa? tidak ada taring? lalu bagaimana caranya menghisap darah korban?" tanya Hans bingung.
Shishio mengangkat satu telunjuknya dan mengatakan.
"Kuku, vampire itu akan menggores kulit manusia dengan menggunakan kukunya. Setelah darah keluar dari bekas goresan yang ia buat barulah ia menghisap darah itu dengan mulutnya, vampire jenis ini tidak akan menghisap lebih dari cukup. Itulah mengapa korban tidak sadar kalau ia telah di hisap, bahkan mereka tidak ingat apa yang terjadi pada mereka sebab tidak ada luka apa pun yang mereka terima"
"Lalu.. guru apakah vampire ini berbahaya?" tanya Hans.
"Aku tidak bisa mengatakan mereka tidak berbahaya hanya dari cara mereka mencari makanan, mereka bisa bicara layaknya manusia dan berfikir secara normal. Terkadang vampire seperti ini yang justru lebih berbahaya sebab kepintarannya dapat membohongi kita"
"Jika aku bertemu lagi dengan vampire jenis ini apa yang sebaiknya aku lakukan?"
"Jangan bunuh dia, ajak dia bicara dan bawa dia padaku hidup-hidup. Dia pasti tahu apa yang mengakibatkan perubahan pada kawanannya"
"Baiklah aku mengerti" ujar Hans.
* * *
Hhhhhhhh
Agler hanya mampu menghela nafas setelah bebas dari kejaran para Ksatria, ia tak menyangka nasibnya hari itu lebih sial dari biasanya. Beruntung ia sudah mendapatkan satu botol darah untuk persediaan, dengan begitu ia bisa tenang untuk beberapa minggu saja.
Apa yang terjadi pada dirinya sungguh di luar dugaan, kembali ia mengingat pertempuran yang ia alami dengan Ksatria penyihir. Pembelajaran yang di berikan Nick ternyata benar-benar bermanfaat, tak hanya berburu tapi cara bertarung yang di ajarkan Nick pun telah membantunya terbebas dari malapetaka.
Namun ia tak tak bisa tenang meski telah aman, suatu saat dia pasti akan bertemu lagi dengan penyihir dan terlibat satu perkelahian yang tidak perlu.
Tak nyaman akan hal itu ia segera menghubungi Nick dan meminta sedikit saran darinya. Kabar yang Nick dapat tentu cukup mengejutkan, ia tidak bisa membiarkan anak tuannya dalam bahaya. Oleh karena itu ia mengatakan akan menemui Agler secepat mungkin, meski Agler hal itu tidak perlu tapi Nick tetap bersikeras sehingga mau tak mau Agler mengiyakan.
* * *
Dalam kegelapan pekat satu-satunya cahaya hanya lilin yang dalam waktu beberapa menit lagi akan mati, bau busuk bercampur dengan aroma apek yang membuat indera penciuman rusak.
Tapi bagi Alabama yang seluruh hidupnya telah ia habiskan di tempat-tempat seperti itu justru membuat otaknya lebih cair dari es yang meleleh, sensitifitas inderanya juga semakin meningkat apalagi saat penelitiannya membuahkan hasil bagus.
Berbeda dengan vampire yang baru berusia ratusan tahun, begitu masuk ke dalam ruangan itu pun ia sudah batuk-batuk tak terkendali.
Alabama memberinya masker agar ia bisa bernafas lebih baik, setelah beberapa menit berlalu vampire itu bisa jauh lebih tenang. Ia berbaring di atas ranjang yang sudah di siapkan, tangan dan kakinya di ikat dengan kencang dan dengan satu suntikan jarum semuanya mulai berubah.
Perlahan vampire itu merasakan sakit dari ujung tangannya, menjalar bersamaan dengan obat yang mulai menyebar ke segala arah kini kakinya terasa kram.
Setiap detiknya rasa sakit itu semakin bertambah, seperti terbakar dan tersayat secara bersamaan. Saat obat itu telah mencapai ke organ vitalnya matanya pun berubah keunguan, dua taring mencuat dari giginya hingga keluar dari mulutnya.
Aaaarrrrrrggggggghhhhhhh......
Teriakan itu menjadi pertanda bahwa rasa sakit itu telah mencapai puncaknya, vampire itu terus meronta tanpa henti mencoba menyingkap rasa sakit itu. Tapi apa pun yang ia lakukan adalah sia-sia, karena pada akhirnya rasa sakit itu akan menghilang setelah semua obat itu berhasil mengisi semua pembuluh darahnya.
Hhhhhhh Hhhhhhh Hhhhhhh
Lelah namun tak kehilangan tenaga, vampire itu masih bisa mengangkat sedikit tubuhnya saat Alabama menaruh darah di ujung pucung hidungnya. Aroma yang menggoda itu membuat sang vampire mengendus-endus mencari sumbernya, matanya yang keunguan menatap kiri kanan tanpa ada jiwa di dalamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments