Insiden keracunan makanan dan kini lepasnya proyek besar membuat kepantasan Hans sebagai CEO di pertanyakan, tak ada yang berani menyatakan ketidaklayakkannya namun semua orang mengadu kepada Shigima.
Pada akhirnya berita itu terdengar juga oleh Jack, ia cukup kecewa sebab sudah berharap banyak pada cucunya itu. Terlebih ia adalah putra Shigima yang hebat, namun rupanya mulai saat ini ia harus mengubur dalam-dalam harapannya itu.
Senja itu ia melihat Hans duduk sendiri di taman, dari tatapannya ia bisa tahu bahwa Hans pun cukup terpukul atas apa yang menimpanya.
"Setidaknya mintalah secangkir kopi untuk menemanimu" ujar Jack menghampiri.
"Kakek... " panggil Hans tersadar dari lamunannya.
"Pertama kali ayahmu kakek bawa ke kastil ini bentuk dan penampakan taman ini sudah seperti ini, kini kau sudah dewasa dan taman ini tak ada yang berubah. Bunga-bunganya tetap mekar dengan indah, daunnya hijau lebat bahkan anginnya tetap sama. Namun, matamu tak menatap semua keindahan itu"
"Bagaimana bisa aku menatap keindahan yang ada di depan mata jika benak ku memikirkan sesuatu yang fana" jawab Hans kembali memalingkan wajah.
"Kau sudah dewasa, kakek yakin kau tahu apa yang terbaik untuk dirimu sendiri. Sekarang kakek tanya apa rencanamu?"
"Apa yang kumiliki hanya dukungan dari kalian, apa yang bisa ku katakan? kakek bisa melihat sendiri ke arah mana perusahaan ku bawa pergi" ujar Hans putus asa.
Jack tahu saat ini hati Hans benar-benar dalam kegelapan, ia telah mengecewakan semua orang dan dirinya sendiri tentu sangat sulit baginya untuk berfikir jernih. Tapi dia tidak mau memanjakan Hans, sebagai penerus keluarga Hermes ia harus bisa mengambil keputusan sendiri.
"Baiklah Hans, kakek tidak akan memaksamu" ujar Jack mengerti.
Ia hendak pergi agar Hans bisa merenung kembali, tapi tiba-tiba Hans memanggilnya.
"Apakah... kakek kenal dengan seorang wanita yang bernama Joyi?"
"Ke-kenapa kau bertanya seperti itu?" ujar Jack gugup.
"Wanita itu yang telah melunasi hutang kepala desa, dia juga menitipkan salam untuk kakek."
Seketika kepala Jack terasa pening, kenangan-kenangan di masa lampau tiba-tiba muncul dan berputar-putar di atas kepalanya. Berbagai Ekspresi Joyi dari masa ke masa terbayang begitu saja hingga saat-saat terakhir dalam perpisahan mereka, ada air mata dan kata-kata yang Joyi ucapkan penuh dengan dendam namun ia lupa begitu saja.
"Kakek!" panggil Hans dengan suara yang lebih kencang sebab sudah tiga kali ia memanggil tapi Jack tak juga merespon.
"Apa kakek baik-baik saja?" tanyanya khawatir.
"Ya.. kakek hanya tiba-tiba merasa pusing"
"Kalau begitu biar ku antar ke kamar"
"Terimakasih" jawab Jack yang membiarkan cucunya memapahnya.
Tiba di kamar Jack berkata akan tidur untuk menghilangkan pening di kepalanya, namun setelah kepergian Hans dia justru cepat menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu siapa wanita yang bernama Joyi itu.
Besar kemungkinan dia adalah Joyi yang ia kenal, tapi bagaimana bisa Joyi melunasi hutang dengan jumlah besar adalah pertanyaan yang sulit ia dapatkan jawabnya.
Dengan cemas setiap sejam sekali ia menelpon anak buahnya untuk mendapatkan jawaban, tapi rupanya mencari tahu identitas wanita itu cukup sulit hingga membutuhkan waktu beberapa lama.
"Ayah mau kemana?" tanya Shigima esok harinya saat melihat Jack berpakaian rapi.
"Ayah mau bertemu teman lama"
"Oh begitu rupanya, mau kuantar?"
"Tidak perlu, sebaiknya kau perhatikan Hans dengan baik. Semakin hari dia malah semakin murung, jangan sampai Hans kehilangan kepercayaan dirinya"
"Aku mengerti, kalau begitu hati-hati di jalan"
"Baiklah ayah pergi dulu" ucap Jack pamit.
Saat ia melangkah keluar rumah seorang supir sudah siap di depan mobil dan membukakan pintu untuknya, Jack segera masuk dan mobil pun melaju keluar dari kediaman Hermes.
Tak jauh dari sana mobil berhenti tepat di pinggir jalan, Jack membiarkan seorang pria muda masuk ke dalam mobil dan segera menyerbu nya dengan berbagai pertanyaan.
"Kau sudah dapatkan semuanya? siapa wanita itu? kau tahu alamat rumahnya?"
"Tuan, dia adalah nyonya Joyi pemilik hotel Sanwa. Dia tidak melunasi hutang itu demi penduduk melainkan membelinya dengan cara melunasi hutang tersebut, kini tanah itu tetap rapih kan dan sudah masuk ke tahap pembangunan" ujar pria itu.
"Sanwa? bukankah itu hotel baru?" tanya Jack.
"Hotel itu berdiri sekitar Sepuluh tahun yang lalu, tapi sudah mendapatkan rating yang bagus bahkan diminati oleh kalangan artis dan pengusaha. Ku dengar hotel itu sudah memiliki cabang dimana-mana dan proyek pembangunan yang awalnya akan di buat oleh Hermes grup akan menjadi hotel terbesar dan termegah yang dimiliki Sanwa"
"Aku yakin dia bukan orang sembarangan, masih baru tapi sudah mampu bersaing dengan Hermes grup pemilik hotel itu patut di beri pujian" gumam Jack mengakui kehebatannya.
"Bisakah kau atur waktu agar aku bisa menemui wanita yang bernama Joyi itu?" tanya Jack.
"Akan saya usahakan"
"Baiklah, terimakasih"
"Sama-sama tuan" jawab pria itu sambil menundukkan kepalanya sedikit.
Entah mengapa Jack merasa sangat mengenali wanita pemilik Sanwa hotel, hatinya mengatakan dia benar adalah Joyi yang ia kenal. Tapi sebelum bertatap muka ia juga tidak bisa menuduh begitu saja, dengan tidak sabar Jack kembali menunggu kabar yang akan dibawa anak buahnya itu.
Hingga tiba waktunya dimana ia di beritahu bahwa wanita yang bernama Joyi itu menerima undangan pertemuan darinya, di sebuah restoran mewah tempat para orang berstatus tinggi menghabiskan uang mereka menjadi tempat pertemuan itu.
Ia di beritahu pertemuan diadakan pukul tujuh malam tapi Jack sudah tiba di tempat dari pukul enam, jarum jam terus berputar memperlihatkan waktu yang Jack tunggu-tunggu.
Kini sudah pukul delapan malam tapi wanita itu belum juga datang, Jack menelpon anak buahnya untuk bertanya apakah jadwal yang ia berikan sudah tepat. Tak ada yang salah, tapi wanita itu tetap tak datang juga.
"Mungkin dia sedang sibuk oleh suatu urusan yang mendadak" gumam Jack mencoba berfikir positif.
Tepat pukul Sepuluh malam, ia sudah putus asa dan berniat untuk pulang tapi dari pintu masuk restoran berdiri seorang wanita yang sangat tak asing baginya. Kecuali gaun merah marun yang nampak berkelas dan aksesoris seperti kalung emas dan anting-anting, ia masih bisa mengenali wajah itu meski di tutup oleh make up yang membuatnya terlihat anggun.
Wanita berjalan ke arahnya, meski usianya sudah tua tapi caranya berjalan masih lancar meski agak pelan. Dengan senyum yang memperlihatkan sedikit kerutan di pipi dan mata akhirnya ia sampai di depan Jack.
"Maaf sudah membuat anda menunggu lama, saya ada keperluan mendadak tadi. Sebagai gantinya biar saya yang bayar semua pesanan anda" ujarnya.
Jack tak bisa bicara, antara percaya dan tidak ia hanya mampu menatap.
"Jo.... yi..... " panggil Jack akhirnya.
"Jack, lama tidak bertemu. Sesuai perkiraan ku kau masih tetap gagah meski di usia yang sudah tidak lagi muda" jawab Joyi.
"Ini... adalah kau...Joyiku.... " ucap Jack pelan.
"Tidak Jack, aku bukan Joyi mu lagi. Sekarang aku adalah Nyonya Joyi pemilik Sanwa!" ujar Joyi tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments