Perlahan ia membuka matanya, mengerjap untuk beberapa kali sebelum akhirnya ia bisa melihat dengan jelas. Di sampingnya tak ada siapa pun kecuali guling, ia pun beranjak turun dari ranjang dan pergi keluar kamar.
Tak ada siapa pun di sana, dengan hati yang mulai kacau ia mencari ke kamar ibunya dan di sanalah mereka berada.
"Ah Agler...kau sudah bangun rupanya" ucap ayahnya yang segera menggendongnya.
"Lihat! adikmu sudah lahir, bukankah dia cantik?" ujar ibunya menunjukkan bayi yang sedang tidur lelap di pangkuan ibunya.
"A... dik" panggilnya.
"Ya... adik, namanya adalah Ima, nanti kalau adik Ima sudah bisa jalan Agler harus ajak main ya.. " ucap ayahnya.
Ia mengangguk meski belum sepenuhnya mengerti, membuat gelak tawa di kamar itu.
Dua belas tahun kemudian.
"Agler.... " panggil ibunya.
"Iya bu..." jawab Agler yang segera bergegas menghampiri.
"Antarkan pakaian ini ke Nyonya Robert, jangan sampai terlambat kalau tidak nanti dia marah"
"Baik bu" jawab Agler.
"Aku ikut.... " teriak Ima yang tiba-tiba datang.
"Tidak boleh, rumah Nyonya Robert cukup jauh" ujar Agler.
"Memang kenapa kalau jauh?"
"Kakak mu pasti akan kembali nanti malam, jadi dari pada menyulitkan pekerjaan kakak mu sebaiknya kau bantu ibu menjahit"
"Ah ibu.... " erang Ima.
"Jangan ngeyel, nanti kakak bawakan kelinci untukmu" bujuk Agler.
"Janji ya... kelinci yang gemuk"
"Iya"
"Hore..... " sorak Ima girang.
"Kalau begitu Agler berangkat dulu bu" ujarnya berpamitan.
"Ya, hati-hati di jalan."
Dengan menggunakan sepeda Agler pergi seorang diri untuk mengantarkan pesanan, di lain pihak ayahnya justru baru pulang di hari yang telah mencapai senja itu.
"Ayah ini minumnya" ujar Ima menyambut kepulangan ayahnya.
"Terimakasih cantik... "
"Sama-sama... " jawab Ima tersenyum senang.
"Kemana Agler?"
"Di pergi mengantar pesanan" jawab sang istri.
"Oh...besok adalah hari ulang tahun Agler yang ke lima belas, apa kau sudah menyiapkan apa yang ku minta?" tanyanya.
Sang istri tak langsung menjawab, di liriknya dahulu Ima yang ada di sana.
"Ima... tolong kupas kentang yang ada di dapur, sebentar lagi waktunya makan malam"
"Baik bu" jawab Ima yang segera pergi ke dapur.
Setelah mereka hanya tinggal berdua saja barulah sang istri berani bicara.
"Mina ada apa?" tanyanya.
"Aku tidak ingin Ima mendengar percakapan kita, dia masih terlalu kecil untuk memahami semua ini" jawabnya.
Colt tersenyum dan menggenggam tangan Mina dengan lembut.
"Ima sudah berusia dua belas tahun, ia juga sudah tahu bahwa dia bukan manusia normal seperti yang lain untuk apa di tutup-tutupi?"
"Ima berbeda dari Agler kau tahu itu!"
"Mina... apa kau menyesal telah menikah dengan ku?" tanya Colt.
"Tidak! sejak awal aku sudah tahu resikonya, hanya saja.... aku tidak ingin melihat putri kita terjebak di dunia yang pernah mengikat mu. Aku mendengar dunia saat ini sedang genting, kaum vampir terpecah menjadi dua kubu. Peperangan itu pasti akan terjadi lagi, aku.... aku sangat takut. Aku tidak mau melihat peristiwa itu lagi" sergah Mina.
Bagi manusia biasa sepertinya memang bukan hal mudah untuk menghadapi hal seperti itu, matanya sudah terlalu sering melihat monster dan pembunuhan yang membuatnya syok.
"Tenanglah, aku tidak mungkin melibatkan anak kita dalam hal seperti itu" ujar Colt.
Mina mengangguk, ia percaya Colt akan menepati janjinya dan pasti berusaha sekuat tenaga demi keselamatan keluarganya.
* * *
"Ini uangnya, kau boleh pergi sekarang" ujar Nyonya Robert.
"Terimakasih" jawab Agler menerima sejumlah uang itu.
Agler hendak berpamitan tapi Nyonya Robert sudah lebih dulu menutup pintu, maka ia pun segera mengambil sepedanya dan bergegas pulang.
Hhhhhh
"Dia benar-benar dingin dan galak" gumamnya setelah pergi cukup jauh dari rumah Nyonya Robert.
Saat melewati hutan ia teringat akan janjinya untuk membawakan kelinci, meski hari sudah mulai gelap tapi Agler tetap menyempatkan diri masuk ke dalam hutan untuk menangkap kelinci.
Cukup sulit baginya menemukan kelinci sebab di jam itu kebanyakan kelinci sudah masuk ke dalam sarangnya, hingga akhirnya ia dapat menemukan satu yang masih berkeliaran.
Bergegas Agler memburu kelinci itu, namun ternyata kelinci itu lebih lincah dari perkiraannya. Ia ikut masuk lebih dalam ke dalam hutan mengikuti arah kelinci itu berlari, sampai matahari benar-benar telah tenggelam dan hutan menjadi gelap total.
Ini adalah kesempatan bagus untuknya sebab ia dapat melihat dengan baik di tengah kegelapan, dengan satu loncatan ia berhasil menangkap kelinci itu bersamaan dengan suara teriakan seseorang.
Agler cukup terkejut, ia tahu telinganya tak salah mendengar. Tak mau terlibat pada masalah ia bergegas pergi dari tempat itu, namun justru ia malah melihat hal yang cukup membuatnya kaget.
Seorang pria besar terlihat sibuk menghisap leher seorang wanita yang tak sadarkan diri, mencoba tetap tenang Agler mundur beberapa langkah namun.
Krek
Ia tak sengaja menginjak ranting kering hingga patah, pria itu seketika memandangnya dengan tatapan tajam yang membuat Agler cukup merasa takut.
Perlahan pria itu melepaskan wanita yang sedang ia mangsa dan berjalan mendekati Agler, semakin dekat semakin nampak wajah pria itu.
"Ah... kau membuat ku kaget, pantas saja aku tidak mencium bau manusia" ujar pria itu.
Dia melihat Agler dengan raut wajah panik dan kelinci dalam genggamannya.
"Rupanya kau pun sedang berburu, berapa usiamu nak?"
"Li-lima belas tahun" jawab Agler terbata.
"Hmmmm masih sangat muda, pantas kau hanya memburu kelinci"
"I-ini... untuk adik ku" ujar Agler masih ketakutan.
"Oh begitu rupanya, tunggu! adik? itu artinya kau punya keluarga?" tanya pria itu menyadari satu hal.
"Ya... rumah kami tidak jauh dari sini" jawab Agler sambil menundukkan kepala.
"Sial! harusnya aku tahu ini, baiklah tunggu sebentar!" ujar pria itu seolah menyesal.
Ia mengeluarkan sebuah botol kecil, disayatnya paha wanita itu hingga mengeluarkan darah dan menampungnya dalam botol kecil itu hingga penuh.
"Ayo kita pulang ke rumah mu!" ajak pria itu.
Meski Agler tidak tahu tujuan pria itu tapi ia tetap membawanya pulang ke rumah, tak ada pertanyaan yang ia lontarkan apalagi mengobrol mereka saling membisu di sepanjang jalan hingga sampai di depan pintu rumah.
Mina yang pertama kali membuka pintu cukup kaget melihat Agler pulang dengan seorang pria asing, tapi pria itu lebih kaget lagi melihat Mina.
Tiba-tiba ia bersujud di depan Mina sambil berkata.
"Mohon maaf atas kelancangan saya, saya benar-benar tidak bermaksud demikian!"
"E-eh... siapa kau?" tanya Mina bingung.
Kegaduhan di depan pintu itu terdengar sampai ke dalam, membuat Colt dan Ima penasaran hingga menengok keluar. Colt yang menatap pria itu langsung mengenalinya meski ia tak memandang wajahnya.
"Mina ajak anak-anak masuk ke dalam" perintahnya.
"Baik" jawab Mina pelan meski sebenarnya dia penasaran tentang identitas pria itu.
"Bangunlah, mari masuk dan bicara di dalam" ajak Colt.
Pria itu menurut, sesampainya di ruang tamu ia menyerahkan botol berisi darah wanita yang ia hisap tadi.
"Aku sungguh menyesal tidak mencari tahu dulu, aku baru datang sehingga tidak tahu bahwa ini adalah wilayah tuan. Aku harap tuan sudi memaafkan kelancangan saya" ujarnya.
"Tidak masalah, itu sudah terjadi tapi lain kali kau harus lebih teliti" jawab Colt.
"Mohon tuan memberi saya hukuman atas kesalahan saya agar saya bisa pergi dengan segera"
"Tidak perlu sampai seperti itu, di banding itu aku lebih senang jika kau pergi dan tak pernah kembali lagi"
"Tidak bisa tuan! saya harus menerima hukuman. Saya tidak mungkin berani mengambil kebaikan hati tuan dengan status tuan yang tinggi" ujarnya bersikukuh.
"Apa maksud mu?" tanya Colt bingung.
"Saya mengetahuinya, tuan adalah asisten Ratu Viktoria" jawabnya.
Colt cukup kaget mendengar ucapan itu, ia tak menyangka vampir asing ini mengetahui identitasnya padahal mereka baru pertama kali bertemu.
"Dari mana kau mengetahui hal ini?"
"Tentu saja dari kalung yang di pakai wanita tadi."
Colt terkesiap, sudah lama sekali ia melupakan kalung itu. Berkatnya ia kembali mengingat kejadian dimana Viktoria memberikan kalung itu dan janjinya untuk melindungi Mina, ia tak menyangka meski Viktoria sudah lama tewas janjinya itu tetap ia penuhi.
"Oh... iya" gumam Colt.
"Jadi.... apa hukuman yang akan tuan berikan untuk saya?" tanyanya.
"Sebelum itu aku ingin mendengar sesuatu darimu"
"Apa itu?"
"Um... bisakah kau lebih dulu memberitahu namamu agar aku mudah memanggilnya?" tanya Colt.
"Oh maafkan saya, nama saya Nick"
"Baiklah Nick, kau bisa memanggilku Colt. Mengingat kau tahu dengan cepat siapa aku, aku menduga kau adalah seorang prajurit apa itu benar?"
"Ya.. dulu saya adalah seorang prajurit di istana, tapi setelah Raja Reinner turun tahta terjadi kegaduhan dimana-mana. Beberapa kaum bangsawan berlomba-lomba untuk mendapatkan tahta, sedang tetua sudah tidak mampu mengurusnya lagi. Pada akhirnya kaum terpecah menjadi dua kubu, satu kubu akan tetap berdamai dengan kaum penyihir dan yang lainnya bersekutu dengan suku Vampirences"
"Suku apa itu? aku baru mendengarnya"
"Itu adalah kaum vampire yang asli, gaya hidup mereka sama dengan kaum vampire di era Lord vampire. Ku dengar mereka mencoba menundukkan para vampire yang ingin berdamai secara paksa dan membuat onar dimana-mana"
"Lalu... pertanyaan ku adalah apa yang sedang kau lakukan di sini? desa ini cukup terpencil dan jauh dari jangkauan kericuhan istana"
"Sekarang saya adalah vampire petualang, saya pergi dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk hidup. Ini adalah satu-satunya jalan yang di miliki oleh kami para prajurit vampire yang ingin bebas. Meski beberapa tahun sekali kami harus kembali ke istana untuk melapor dan mengikuti kegiatan vampire tapi setidaknya kami tidak akan ikut berperang seperti dahulu"
"Begitu rupanya" ujar Colt.
Sejenak ia hanya manggut-manggut sampai akhirnya terlintas sebuah ide dalam pikirannya.
"Baiklah Nick, karena kau telah sembarangan masuk ke dalam wilayah ku dan berburu maka aku akan memberikan hukuman kepada mu. Nick! kau harus tinggal di sini dan menjadi guru untuk anak-anak ku"
"Apa tuan?" tanya Nick yang bingung dengan hukuman itu.
Colt pun menjelaskannya sampai ia mengerti, Nick setuju akan hal itu namun tidak dengan Mina. Ia menentang keras kehadiran vampire di dalam rumahnya.
"Apa yang kau khawatirkan?" tanya Colt saat mereka bicara berdua di kamar.
"Aku sudah katakan aku tidak mau melihat anak-anak kita terjun ke dunia seperti itu"
"Mina.... yang Nick lakukan adalah mengajari anak-anak kita bertahan hidup bukan berperang, kau tahu pengetahuan ku minim bagaimana jika anak-anak kita keracunan saat mereka mencari darah? apa kau mau melihat mereka seperti itu?"
"Tentu saja tidak, tapi bagaimana jika penduduk tahu kita menyembunyikan vampire di dalam rumah?"
"Tidak akan, Nick tidak bisa keluar siang hari dan lagi pula tidak akan ada yang percaya pada hal itu. Aku berjanji padamu keluarga kita akan baik-baik saja, jika terjadi sesuatu pun Nick sudah bersumpah akan menolong kita" jelas Colt.
Sebenarnya Mina masih belum ikhlas, tapi demi anak-anaknya akhirnya ia mau juga menerima keberadaan Nick di rumah itu. Berbeda dengan Agler dan Ima mereka cukup antusias menerima keberadaan Nick di sana, Ima banyak bertanya tentang istana vampire dan kaumnya yang jarang sekali di ceritakan oleh kedua orangtua mereka.
"Ini adalah untuk pertama kalinya aku bertemu dengan vampire lain selain keluarga ku, bahkan vampire murni" ujar Ima.
"Dunia saat ini sedang kacau balau, peperangan terjadi dimana-mana untuk itu tinggal di desa terpencil seperti ini adalah pilihan tepat. Kalian harus bersyukur bisa hidup damai di sini, sebab anak-anak seusia kalian di luar sana banyak yang menderita akibat perang" ujar Nick.
"Tuan Nick mengapa peperangan bisa terjadi?" tanya Agler.
"Mereka saling berebut tahta kerajaan, saling bersaing dan tidak memikirkan hal lain telah merugikan kasta bawah seperti ku"
"Sungguh tragis, kau pasti sangat menderita"
"Yah... tapi sekarang aku adalah vampire petualang yang bebas jadi sekarang aku bisa tenang"
"Tuan Nick, apa kau bisa menceritakan lebih tentang kaum kita?" tanya Ima.
"Apa lagi yang ingin kau ketahui?"
"Um..... bagaimana dengan putri-putri di istana?"
"Yah.... satu-satunya putri yang aku ketahui saat berada di istana hanya putri Viktoria yang naik tahta menjadi Ratu, dia adalah Tuan dari ayah kalian"
"Maksudmu?"
"Apa ayah kalian tidak menceritakan tentang masa lalunya?" tanya Nick yang di jawab dengan gelengan kepala.
"Begitu ya, akan sangat tidak sopan jika aku menceritakannya karena aku juga tidak begitu kenal dengan ayah kalian waktu dulu, jadi sebaiknya kalian tanyakan langsung hal itu kepada ayah kalian. Sesuai pertanyaan mu nona Ima, putri di istana sama seperti para bangsawan lainnya. Mereka nampak anggun dan cantik dengan gaun yang indan, tapi putri Viktoria yang ku kenal lebih hebat lagi sebab dia sangat pintar dan berpotensi itulah mengapa dia bisa naik tahta. Dia adalah putri pertama yang menyelesaikan ujian seleksi kepemimpinan"
"Wah.... sepertinya dia sangat hebat" ujar Ima kagum.
"Ya dia memang hebat, tapi ternyata ada yang lebih hebat dari dia"
"Benarkah? siapa dia?" tanya Agler.
"Nona Anna."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments