Kediaman Colt nampak sepi saat senja tiba, hari itu adalah hari dimana Agler tepat berusia lima belas tahun. Semua anggota keluarga berkumpul untuk merayakannya termasuk Nick, Mina telah menyiapkan makanan kesukaan Agler sedang Colt telah menyiapkan sesuatu yang paling di butuhkan Agler saat ini.
Setelah ucapan selamat dan acara potong kue kini tiba saatnya Colt memberikan hadiahnya, benda itu berupa cairan merah yang berada di botol kecil. Agler sangat tahu benda apa itu sebab ia ingat Nick yang mengambilnya.
"Mulai saat ini kau harus terbiasa meminumnya, jika tidak perlahan tubuhmu akan lemah dan tak bertenaga. Seperti yang telah ayah jelaskan mau tidak mau kau harus bisa melakukan hal ini demi kelangsungan hidupmu" ujar Colt.
"Aku mengerti ayah" jawab Agler.
Ia mencoba mengambil botol itu, mencermati cairan yang ada di dalam dan seketika bayangan itu muncul dalam benaknya. Saat-saat dimana wanita itu berteriak ketakutan, meronta mencari pertolongan hingga akhirnya tewas mengenaskan.
"Minumlah... " ujar Colt.
Agler hanya mampu terpaku, merasakan mual dari dalam perutnya yang bergejolak.
"Ayah.... bisakah kita menundanya?" tanya Agler pelan.
"Kenapa?"
"Aku... hanya beluk siap" jawab Agler sambil menundukkan kepala.
Jujur ia memang tidak bisa melakukan hal itu, meski ia memang bukan manusia seutuhnya tapi dengan wujud yang sama dan selalu berinteraksi dengan orang-orang baik membuatnya tak tega melakukan hal itu meski meminum dari sebuah botol.
"Nak... umurmu sudah lima belas tahun, siap tidak siap inilah waktunya kau meminum darah itu" ujar Colt memberi pengertian.
"Tidak apa, kita masih bisa menundanya beberapa hari" ucap Mina yang tahu persis bahwa Agler memang tidak sanggup.
"Tapi...."
"Jangan terlalu di paksakan, aku yakin suatu saat Agler pasti akan melakukannya" ujar Mina memotong ucapan Colt.
"Hhhhh, baiklah... pergilah ke kamarmu dan beristirahatlah" kata Colt mengalah.
"Baik ayah."
Agler cukup senang karena orangtuanya mau memberinya sedikit pengertian meski pengertian itu sedikit membuatnya bersalah, ada juga perasaan kesal pada diri sendiri yang tak bisa meminum meski hanya setetes saja.
Perasaan-perasaan itu membuatnya tak bisa tidur, Agler memutuskan untuk menghabiskan waktunya di atas atap menatap taburan bintang yang indah.
"Tidak bisa tidur?" tanya Nick yang tiba-tiba sudah berdiri di sana.
"Oh,mm... iya" jawabnya sedikit kaget.
"Apa aku boleh ikut bergabung?"
"Duduklah" jawab Agler mempersilahkan.
Nick mengambil posisi tepat di samping Agler, berbaring di atas genteng sambil menatap langit malam yang cukup meriah hari itu.
"Tuan Nick... bagaimana rasanya meminum darah manusia?" tanya Agler yang sedikit mengejutkan Nick.
"Hmm.... tentu menyegarkan, tubuhku menjadi bugar dan kekuatan ku bertambah setiap harinya"
"Apa kau selalu berburu manusia setiap malam?" tanyanya lagi.
Hahahaha
Agler tidak mengerti di mana letak lucu dari ucapannya, dengan heran ia hanya bisa menunggu Nick selesai tertawa.
"Sepertinya ayah kalian memang tidak mengajarkan apa pun pada kalian"
"Maksudmu?"
"Hanya seorang Vampirences yang meminum darah manusia setiap hari, vampire sepertiku bahkan tidak perlu berburu karena istana sudah menyiapkan darah untuk kami para prajurit"
"Begitukah?" tanya Agler melongo.
"Apa... alasan mu menunda hal itu karena kau tidak tega memburu manusia?" tanya Nick yang di sambut dengan anggukan pelan dari Agler.
"Dengar nak, kita tidak membunuh manusia. Kita hanya mengambil sedikit darah mereka untuk membuat kita tetap hidup" jelas Nick.
"Tapi wanita di hutan itu... "
"Dia tidak mati, dia hanya pingsan dan ketika sadar ia akan lupa telah bertemu dengan ku karena sebelumnya aku telah membiusnya dengan obat khusus"
"Aku pikir.... " ujar Agler yang tak menyelesaikan kalimatnya.
"Istirahatlah! kita masih punya banyak waktu untuk belajar, sebelum itu segera siapkan mental mu untuk menerima kenyataan bahwa kau memang harus meminum darah manusia" ujar Nick sambil beranjak dan pergi meninggalkan Agler sendirian.
Sisa malam yang semakin larut itu menghanyutkan benak Agler pada pengetahuannya tentang dunia vampire, ayahnya telah menceritakan garis besar tentang kaumnya itu dan apa yang akan terjadi pada tubuhnya nanti setelah mencapai umur lima belas tahun.
Kadang ia berfikir mengapa harus hidup menjadi seorang manusia setengah vampire, kadang juga ia ingin mengambil keputusan untuk lebih baik mati dari pada mengorbankan nyawa manusia tapi ucapan Nick membuatnya penasaran juga.
Akhirnya Agler meminta Nick untuk menunjukkan terlebih dahulu bagaimana ia berburu tanpa mengorbankan nyawa seperti yang ia katakan.
Di bawah sinar rembulan yang pucat Nick membawa Agler pergi jauh dari desanya, mencari mangsa yang tepat agar Agler mudah belajar. Cukup jauh mereka pergi dari desa, hanya dalam waktu beberapa menit saja mereka sudah sampai di desa tetangga.
Kecepatan Nick dalam berjalan membuat Agler kagum sekaligus kewalahan sebab meski setengah vampire tapi kekuatan Agler sama dengan manusia pada umumnya.
Dalam perjalanan itu Nick tiba-tiba menghentikan langkah mereka dengan isyarat, di balik pepohonan ia mengawasi sebuah rumah dimana salah satu ruangan terlihat masih terang.
"Kenapa kita berhenti di sini?" bisik Agler.
"Di desa seperti ini tidak ada orang yang berkeliaran pada malam hari, kita tidak punya pilihan selain masuk ke dalam salah satu rumah"
"Apa? ta-tapi itu terlalu beresiko bukan?" ujar Agler kaget.
"Tenanglah kita tidak akan ketahuan, ikuti langkahku dan kau akan aman"
"Ta-tapi.... "
Ssssttt
Nick memberi isyarat saat ia melihat bayangan seseorang yang melintas di kamar dan mematikan lampu, dengan instingnya yang tajam Nick mulai membaca keadaan sekitar untuk memastikan bahwa semuanya aman.
Ia segera mengajak Agler maju dan berdiri tepat di bawah jendela kamar yang baru saja gelap, hanya dengan satu lompatan ia berhasil naik ke atas jendela dan membukanya tanpa kesulitan.
Tanpa suara Nick masuk dan menatap seorang gadis muda yang baru saja tertidur, dioleskannya sebuah minyak khusus tepat di bawah hidung gadis itu agar ia tertidur pulas. Setelah di rasa semua persiapan itu cukup ia pun menengok ke bawah jendela dimana Agler menunggunya dengan was-was.
"Naiklah!" seru Nick.
"Bagaimana cara naiknya?" tanya Agler.
"Kau bisa melompat!" jawab Nick.
Agler nampak bingung, melihat Nick naik hanya dengan satu lompatan memang mudah tapi sulit di praktekan sebab jendela kamar itu cukup tinggi. Tak ada cara lain, Agler memanjat sebisa mungkin membuat Nick bingung.
Dengan penuh perjuangan yang menghabiskan waktu Agler akhirnya bisa sampai di jendela itu tanpa bantuan.
"Apa kau bisa melompat?" tanya Nick heran melihat Agler yang kesulitan naik.
"Aku bukan vampire sejati seperti mu" tukas Agler.
"Umumnya manusia setengah vampire bisa melompat setinggi lima meter ah..... kini aku mengerti mengapa tuan Colt menyuruhku untuk menjadi gurumu, ternyata kau lebih mentah dari kelelawar" ujar Nick berkomentar.
"Sudahlah lupakan hal itu, kita mulai pelajaran menghisap nya" lanjutnya fokus pada gadis yang sedang tertidur pulas itu.
Nick memberi isyarat agar Agler lebih mendekat lagi, meski ruangan itu gelap tapi mereka dapat melihat dengan cukup jelas. Nick membuka kerah baju gadis itu, memperlihatkan leher yang mulus dan fokus pada darah yang mengalir di dalam urat.
"Kebanyakan vampire akan menghisap di bagian leher karena kau tidak perlu usaha untuk menghisapnya, satu lagi adalah bagian pergelangan tangan. Meski begitu aku tidak akan menyarankan mu untuk melakukannya"
"Kenapa?" bisik Agler.
"Vampire mentah seperti mu berpotensi membunuhnya, saat kau menghisap di bagian ini maka cara menghisap mu harus lembut dan teratur jika tidak maka kau akan membuat luka yang sulit di sembuhkan dan akhirnya tanpa sengaja malah membunuhnya. Rata-rata vampire prajurit yang menghisap di bagian ini sebab kami tidak selalu mendapatkan suplai darah dari istana, kami sering di posisi kelaparan dan inilah cara mendapatkan tenaga dengan cepat"
"Begitu ya... "
"Paha adalah satu-satunya tempat paling bagus untuk mengambil darah untuk mu, kau hanya perlu menyayat nya dengan kuku mu lalu menghisapnya. Setelah selesai minum gunakan cairan obat agar belas sayatan itu tertutup"
"Jadi... kita tidak akan membunuh gadis ini?" tanya Agler memastikan.
"Kita memiliki perjanjian dengan kaum penyihir sejak ribuan tahun yang lalu, kita di ijinkan untuk meminum darah manusia tapi tidak boleh membunuhnya."
Agler mengangguk tanda mengerti, maka Nick pun mempraktekkan bagaimana caranya menghisap di bagian paha. Semua ia lakukan sesuai penjelasannya tadi, mereka selesai dengan cepat sebab Agler sudah paham.
Dengan melihat sendiri kini Agler lebih tahu dan paham bahwa ia bukanlah monster seperti bayangannya selama ini, saat pulang ke rumah ia segera masuk ke dalam kamar dan menatap lama botol berisi cairan merah.
"Aku.... harus berani melakukannya" ujarnya meyakinkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
insos
ternyata kau lebih mentah dari kelelawar🤣🤣🤣🤣
2022-05-09
0