"Ini kunci kamar anda, pegawai kami akan mengantar dan membawakan barang-barang anda" ujar seorang gadis yang bertugas sebagai resepsionis.
"Terimakasih" jawab pria itu sambil mengambil kuncinya.
Seorang pelayan pria dengan sigap membawakan tas dan koper tamunya, ia berjalan lebih dulu untuk menunjukkan kemana arah pria itu harus berjalan. Sampai di depan kamarnya sang pelayan mempersilahkan tamunya untuk membuka kunci kamar tersebut, setelah pintu terbuka pria itu masuk di susul sang pelayan yang membawakan kopernya.
"Sebentar lagi waktunya makan siang, apakah tuan ingin saya antarkan makanan tuan ke kamar?" tanya pelayan itu.
"Boleh"
"Baiklah, kalau begitu silahkan tuan istirahat sambil menunggu makanannya datang"
"Oh, aku juga minta segelas air hangat. Aku tidak bisa makan jika air minumnya dingin" pinta pria itu.
"Baik tuan, saya permisi dulu" jawab pelayan itu undur diri.
Tiba waktu makan siang, dapur hotel begitu sibuk mempersiapkan makanan untuk para tamunya. Selang beberapa menit kemudian para pelayan pun mengantarkan pesanan tamunya ke setiap kamar, memastikan mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Namun, saat sore hari tiba-tiba hotel menjadi kacau. Semua tamu menelpon resepsionis untuk meminta pertolongan, beberapa menit kemudian ambulans datang dengan jumlah yang cukup banyak membawa para tamu ke rumah sakit.
"Apa yang terjadi?" teriak Hans menghampiri resepsionis.
Dalam hitungan detik kabar itu telah ia dengar di kantornya, sadar ada sesuatu yang tak beres dengan cepat ia mencaritahu.
"Saya juga tidak mengerti pak, tiba-tiba semua tamu mengeluh sakit perut bahkan ada yang sampai muntah-muntah" ujar pegawai resepsionis.
Hans berfikir keras, rasanya tidak mungkin semua tamu menderita sakit yang sama. Mencium adanya sesuatu yang tidak beres ia segera memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa, mulai dari hidangan makan siang yang di bawa ke rumah sakit untuk di teliti.
Setelah penantian yang cukup mendebarkan Hans di beritahu dokter bahwa tamu-tamunya keracunan makanan, sontak hal itu membuat dirinya syok hingga tak dapat berkata-kata.
"Hans... " panggil Shigima yang segera datang ke rumah sakit setelah mendengar kabar itu.
Hans hanya menatap dengan lesu, ia tak bisa bicara apa pun sebab terbayang konsekuensi yang akan ia terima nanti akibat insiden itu.
"Nak... kita akan cari tahu apa penyebab dari semua ini, ayah yakin pasti ada jalan keluar yang lebih baik" ujar Shigima yang tak tega melihat putranya murung.
"Semuanya tidak akan baik-baik saja, keracunan makanan adalah kesalahan fatal yang tidak bisa di perbaiki" ucapnya lemah.
"Kau tidak boleh putus asa seperti itu"
"Aku tidak bisa memimpin perusahaan dengan baik, ini adalah akhir dari karirku" ujar Hans.
Memang keracunan makanan di sebuah hotel merupakan sebuah kesalahan fatal yang sulit di perbaiki, meski begitu setelah keadaan paru tamu lebih baik ia meminta maaf kepada mereka secara langsung.
Tentu kata maaf itu tidak mudah di terima, beberapa diantaranya mengadukan masalah itu kepihak yang berwajib dan meminta pertanggungjawaban secara penuh.
Hans hanya bisa menerima semua cacian dan amarah mereka, meski ia pun sama syoknya sebab di awal karirnya ia justru membuat kesalahan besar. Malam itu ia melewatkan makan malam dan pulang larut dengan perut keroncongan, Amelia yang tak tahan melihat putranya membawakan segelas susu hangat agar Hans merasa lebih baik lagi.
"Sepanjang perjalanan karir ayah sedikit pun ia tak pernah mengecewakan kakek apalagi tamu, sebagai putra Shigima Hermes aku sudah tidak memiliki muka lagi" ujar Hans merajuk.
"Kenapa kau bicara seperti itu? setiap manusia wajar membuat kesalahan" ucap Amelia menanggapi.
"Tapi bu... kesalahan yang kubuat tidak hanya membahayakan nyawa tamu tapi juga masa depan perusahaan"
"Jangan pantang menyerah, bukankah kau masih ada satu proyek lagi? fokuskan dirimu pada proyek itu agar nama perusahaan tidak jatuh, setidaknya kita masih punya harapan" ujar Amelia.
Hans menatap wajah ibunya yang menyejukkan, kata-kata yang di ucapkan bukan hanya untuk menyemangati tapi juga memberi solusi membuat Hans melapangkan dada atas apa yang telah terjadi.
Kasus keracunan makanan sudah terlanjur tersiar, namun dalam skala kecil sebab Shigima ikut turun tangan agar nama baik Hermes grup tetap terjaga. Kini mereka hanya tinggal fokus pada proyek yang masih dalam tahap rencana, Hans memilih terjun langsung melihat situasi lapangan agar ia tahu langkah apa yang harus ia ambil.
Sesampainya di lokasi telur-telur mentah melayang kepadanya sebagai sambutan, dalam hitungan detik saja pakaiannya sudah bau amis di penuhi telur.
Beruntung para pegawainya cepat tanggap hingga ia tak menderita luka-luka, segera ia pun di ungsikan ke tempat yang lebih aman.
"Sudah berapa lama demo itu berjalan?" tanya Hans pada anak buahnya.
"Sekitar seminggu yang lalu, kami sudah melakukan diskusi dengan kepala desa. Namun belum ada juga kesepakatan"
"Bagaimana mungkin? bukankah dia sudah menandatangani surat perjanjian? cepat atau lambat mereka harus angkat kaki dari sini" ujar Hans mulai emosi.
"Meski sadar akan perjanjian tapi dia tetap bersikukuh meminta waktu untuk membayar hutang-hutangnya"
"Baiklah, atur waktu agar aku bisa bertemu dengannya. Proyek ini adalah satu-satunya harapan Hermes grup, kita tidak boleh menundanya semakin lama"
"Baik Pak" ujar anak buahnya sigap.
Hans tidak ingin melakukan kesalahan lagi, proyek itu adalah caranya untuk menunjukkan kualitas dirinya dihadapan para dewan. Jika ia sampai tidak bisa mengerjakannya maka posisinya dalam bahaya, sebenarnya ia tak begitu peduli pada tanggapan orang lain tapi ia tak bisa tutup mata dari kakek dan ayahnya.
Bertahun-tahun perusahaan di pegang oleh ayahnya semua berjalan dengan lancar, perusahaan justru berkembang lebih pesat hingga memiliki hotel di mana-mana.
Beberapa hari kemudian akhirnya Hans dapat bertemu dan bicara dengan kepala desa, ia mendapat tentangan keras bahkan ancaman jika ia tak mau memberikan waktu untuk pelunasan hutang. Sebenarnya ia juga tak tega saat kepala desa menyinggung masalah warganya yang tidak punya tempat tinggal lain selain di sana, tapi perjanjian tetaplah perjanjian.
Kepala desa masih memiliki waktu selama sepuluh hari untuk berbenah dan meninggalkan tempat itu, Hans memilih kembali ke kantor sebab semuanya sudah berjalan sesuai rencana.
"Wajahmu kelihatan lebih segar" ujar Shigima yang menengok ke kantor.
"Oh ayah, aku sudah bisa tidur dengan nyenyak. Proyek itu sebentar lagi akan di laksanakan, kita hanya perlu menunggu selama sepuluh hari sebelum perataan di mulai" jawab Hans mengakui.
"Bagus, ayah tahu kau bisa melakukannya" puji Shigima.
Hans bahagia mendapatkan pujian itu, kepercayaan dirinya meningkat seketika. Namun delapan hari kemudian tiba-tiba seseorang datang ke kantornya memberikan masalah baru untuknya.
Dia seorang wanita tua yang terlihat masih bugar, dari pakaian dan caranya berjalan Hans tahu dia bukanlah orang sembarangan. Kepala desa datang bersamanya dan terlihat sibuk mendampingi.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Hans saat mereka berada di kantornya.
"Kedatangan kami hari ini adalah untuk membicarakan hutang-hutang kepala desa kepada perusahaan Hermes grup, seperti yang kita tahu kepala desa telah menandatangani surat yang menyatakan bahwa seluruh aset yang digunakan akan menjadi jaminan hutangnya" ujar wanita itu.
"Kepala desa tidak bisa membayar hutangnya hingga jatuh tempo dan sesuai perjanjian semua aset itu kini milik perusahaan Hermes grup"
"Jadi?" tanya Hans.
"Jadi... kedatangan kami adalah untuk membayar semua hutang itu beserta bunganya, sesuai dengan perjanjian yang telah di tandatangani oleh kedua belah pihak" jawabnya.
Tentu Hans terkejut mendengar ucapan itu, ia tak mengira hutang yang jumlahnya milyaran itu akan di bayar lunas beserta bunganya dalam waktu satu hari itu saja.
"Maaf nyonya, ini adalah permasalahan antara perusahaan dan kepala desa. Saya yakin anda mengerti bahwa tidak seharusnya anda mencampuri urusan ini" ujar Hans yang tak mau kehilangan proyeknya.
"Apa yang kau bicarakan? kepala desa ada di sini dan dia akan membayar hutangnya, dari mana asal uang itu aku rasa perusahaan tidak perlu mengetahuinya. Sebaiknya kau ingat, jika kau menghalangi pelunasan hutang ini maka aku bisa melaporkan tindakanmu yang tidak sportif" jawabnya.
Hans tak bisa berkata, ucapan wanita itu benar adanya. Jika si penghutang bisa melunasi semua hutangnya meski sudah jatuh tempo ia masih bisa memiliki asetnya kembali asal membayar serta dengan bunga dan dendanya.
Hans tidak punya pilihan lagi, ia harus merelakan proyeknya hilang begitu saja.
"Terimakasih atas kerja sama anda" ujar wanita itu menyalami Hans setelah pelunasan selesai.
Dengan raut wajahnya bahagia kepala desa membukakan pintu untuk wanita itu, meninggalkan Hans yang terpuruk tapi sebelum pergi wanita itu sempat berkata.
"Oh aku hampir lupa, kita belum berkenalan. Namaku Joyi, tolong sampaikan salam ku kepada kakekmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
insos
ihhh dasar Nene nene
2022-05-09
0