"Nyonya ada seorang gadis mencari anda" ujar seorang pelayan saat Joyi tengah menikmati secangkir teh di kantor lewat telpon.
"Siapa?"
"Namanya Alisya, putri dari Eva."
Dia tertegun ketika mendengar nama itu, dengan segera Joyi berjalan keluar kantor dengan jantung yang berdegup cepat. Perasaannya semakin tak karuan saat langkahnya semakin mendekati ruang tunggu, dari balik kaca ia bisa melihat seorang gadis sederhana tengah duduk termenung sendiri.
Ceklek
Pintu di buka dan Alisya segera berdiri, matanya beradu pandang dengan Joyi untuk beberapa saat sebelum akhirnya Joyi memeluknya secara tiba-tiba.
Beberapa menit kemudian mereka telah duduk dan Alisya memberikan sebuah surat kepada Joyi, saat membaca isi surat itu alangkah terkejutnya ia bahwa itu merupakan surat wasiat yang di tujukan untuknya.
"Bagaimana... Eva bisa... " ujar Joyi yang tak tahu harus bagaimana cara menanyakannya.
"Sebenarnya ibu sudah sakit sejak lama, kemudian ayah yang menderita penyakit jantung tak kuasa menahan hatinya saat mendengar berita kepergian ibu. Mereka di kuburkan pada hari yang sama, barulah pengacara datang kepadaku dan menyuruh ku untuk mencari anda" jelasnya.
Joyi hanya bisa menghela nafas, ia teringat saat Jack mengusirnya dari rumah hanya Eva yang mau menerimanya. Meski hanya saudara sepupuan tapi Eva begitu baik kepadanya dan sangat menghormatinya, bahkan Eva sudah menganggap dirinya sebagai ibu kedua.
Berkat pertolongan Eva ia bisa bangkit dan bertemu dengan Jeff, bersama-sama ia membangun hotel Sanwa dari nol hingga akhirnya bisa besar seperti sekarang.
"Aku turut berdukacita atas apa yang telah menimpa keluarga mu, aku memang sudah berjanji padanya jika suatu saat dia membutuhkan pertolongan ku maka jangan pernah sungkan untuk mengatakannya. Nak.... mulai saat ini kau tidak akan sendirian lagi, aku adalah nenek mu dan kau akan hidup bersama keluarga ku" ujar Joyi.
"Terimakasih" ucap Alisya bersungguh-sungguh.
Joyi segera membawa Alisya pulang ke rumahnya, saat baru masuk halaman saja Alisya sudah di buat kagum oleh keindahan taman bunga yang ada. Belum lagi dengan kemegahan rumahnya, ia di sambut oleh pelayan yang membawakan barang-barangnya.
"Cepat siapkan kamar dan panggil Aeda kemari" perintah Joyi.
Pelayan itu segera mengerjakan tugasnya, tak lama kemudian datanglah Aeda menghadap.
"Alisya, perkenalkan ini adalah Aeda kepala pelayan di sini. Jika kau butuh sesuatu atau ingin menanyakan sesuatu carilah dia" ujar Joyi memperkenalkan.
"Halo, aku Alisya" ucapnya mengulurkan tangan.
"Senang bertemu dengan nona" jawab Aeda.
"Aeda, mulai saat ini Alisya akan tinggal di sini dan menjadi bagian dari anggota keluarga. Dia adalah putri dari keponakan ku, orangtuanya baru meninggal jadi itulah alasannya datang kemari. Tolong kau layani dia dengan baik dan beritahukan kepada pelayan yang lain"
"Saya mengerti, nona saya ikut berduka cita atas apa yang menimpa keluarga anda"
"Te-terimakasih" jawab Alisya gugup karena ini adalah kali pertama ia di perlakukan dengan begitu sopan dan baik.
"Kalau begitu saya akan siapkan makan siang, sebelumnya maaf saya lancang tapi apa nona ada alergi pada sesuatu? atau adakah makanan yang nona tidak suka?"
"Ti-tidak"
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu" ujar Aeda yang kemudian berlalu.
"Aeda orang yang sangat berhati-hati, dia tidak mau ada kesalahan dalam pekerjaannya apalagi mengecewakan tuan rumah. Kau pasti akan terbiasa nantinya" jelas Joyi yang melihat keanehan dalam raut wajah Alisya.
Ddddrrrrrrtttt Dd ddddrrrrrrtttt
"Maaf aku permisi sebentar, jika kau bosan kau bisa pergi ke taman atau yang lainnya" ujar Joyi melihat ada telpon masuk di ponselnya.
"Baik" jawab Alisya membiarkan Joyi pergi untuk menerima panggilan itu.
Alisya menatap isi rumah yang begitu mewah dan menawan, saat lulus SMA ia sangat ingin pergi ke kota dan mencoba kehidupan baru yang tidak pernah ia rasakan. Tapi melihat kondisi keluarganya tidak mungkin ia pergi meninggalkan orangtuanya begitu saja, kini tiba-tiba ia berada di kota bahkan tinggal di rumah semewah ini tentu saja rasanya bagai mimpi.
Ia mulai berjalan menyusuri ruangan, melihat semua hal tanpa bisa berhenti kagum. Kemudian perhatiannya tertuju pada kolam renang dimana nampak seseorang sedang berenang di sana.
Ia cukup tertarik dan mulai berjalan menuju kolam renang, apalagi saat dia melihat seorang pria muncul dari dalam kolam renang dan mengeringkan wajahnya dengan handuk. Alisya cukup penasaran sebab sekilas rasanya ia pernah melihat wajah pria itu, saat ia semakin mendekat tanpa sengaja tangannya menyenggol vas bunga dan.
Prang......
Chad terkejut mendengar suara barang yang pecah begitu pun dengan Alisya yang tak bisa bergeming menatap pecahan vas yang berserakan di lantai, melihat seorang gadis hanya berdiri di sana dengan geram Chad menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan? siapa kau?" tanyanya.
Alisya menatap Chad dan lebih terkejut lagi saat wajah Chad nampak lebih jelas.
"Hei! aku bicara padamu!" bentak Chad menyadarkannya.
"Chad.... ada apa?" tanya Joyi menghampiri dengan beberapa pelayan serta Aeda.
"Ma-maafkan aku... aku tidak sengaja... " ujar Alisya pelan.
"Oh tidak apa-apa sayang, tidak apa-apa. Apa kau terluka?" tanya Joyi menghampiri.
Alisya menggeleng, Joyi pun menyuruh pelayan untuk membersihkan pecahan vas itu.
"Nenek siapa dia?" tanya Chad heran karena Joyi terlihat dekat dengan gadis itu.
"Dia adalah anak dari keponakan nenek, namanya Alisya dan mulai saat ini dia akan tinggal bersama kita"
"Oh, begitu" jawab Chad dingin.
"Alisya, perkenalkan namanya Chad"
"Ha-hai" sapa Alisya masih syok.
"Lain kali hati-hati, nenek aku ganti pakaian dulu" ujar Chad tak menghiraukan.
"Chad orangnya memang seperti itu, jangan di ambil hati ya. Sejujurnya dia anak yang baik tapi memang kurang suka bersosialisasi, nenek harap kau dan Chad akan rukun di sini" ujar Joyi.
Alisya hanya bisa mengangguk, setelah istirahat sebentar mereka pun makan siang bersama. Mata Alisya tak bisa lepas dari wajah Chad, ia sempat mengira bahwa Chad adalah Agler. Pria yang sempat ia sukai waktu dulu, namun ternyata mereka adalah dua orang yang berbeda.
Meski begitu ia tetap kaget sebab mereka begitu mirip sampai Alisya tak bisa membedakan keduanya kecuali dari sifat mereka. Selesai makan Alisya diantar ke kamarnya untuk beristirahat, Aeda sendiri yang mengantarkannya.
"Apa nona suka dengan kamar ini?" tanyanya.
"Mm, kamarnya sangat indah dan luas"
"Dari jendela itu nona bisa melihat pemandangan taman sekaligus kolam renang, jika ada sesuatu yang menurut nona kurang bisa nanti kita ubah"
"Tidak perlu, semuanya sudah bagus terimakasih bibi"
"Saya senang jika nona merasa puas" ujar Aeda tersenyum.
"Um..... apa nona sakit?" tanyanya melihat wajah Alisya yang pucat.
"Tidak, mungkin aku hanya kelelahan saja. Aku juga masih terkejut dengan Chad"
"Tuan muda memang seperti itu, harap nona bisa memakluminya" ujar Aeda prihatin.
"Tidak apa-apa, aku hanya terkejut karena Chad mirip dengan temanku" jawab Alisya yang membuat Aeda terkejut.
Seketika ia teringat pada pemuda di pasar bernama Agler.
"Mirip?" ulang Aeda.
"Ya, wajahnya cukup mirip karena itu aku pikir awalnya dia adalah temanku tapi ternyata dia orang yang berbeda"
"Jika saya boleh tahu siapa nama teman nona"
"Namanya Agler" jawab Alisya membuatnya lebih terkejut lagi.
'Ternyata nona juga berasal dari kampung yang sama dengan pemuda itu, sungguh sebuah kebetulan yang sulit di percaya' batin Aeda.
"Sebaiknya nona beristirahat, pasti nona lelah karena perjalanan jauh" ujar Aeda.
"Baiklah"
"Kalau begitu saya permisi dulu" ujar Aeda sebelum pergi.
* * *
"Alisya, aku sudah memutuskan. Mulai besok kau akan kembali kuliah dan aku sudah menetapkan universitas yang bagus untukmu, kau tidak keberatan kan?" tanya Joyi saat mereka makan malam.
"Tidak, tentu tidak. Justru aku senang karena bisa kembali belajar"
"Bagus, besok manager San akan mengantarmu sebab aku ada urusan."
Alisya mengangguk tanda mengerti, di balik kesedihannya yang baru saja di tinggalkan oleh kedua orangtua ia mendapat kebahagiaan baru yang justru jauh lebih baik lagi.
Esoknya saat matanya baru saja terbuka di pagi hari Aeda sudah menyiapkan pakaian untuknya pergi kuliah, hal itu cukup membuatnya terkejut apalagi saat sarapan ia di beritahu bahwa Chad dan Joyi sudah pergi karena ada urusan pekerjaan.
"Selamat pagi nona, perkenalkan saya manager tuan muda. Nona bisa memanggil saya manager San seperti yang lain" ujar manager San memperkenalkan diri.
"Selamat pagi, aku Alisya. Kau tidak perlu memanggilku nona, sebab semua memanggilku seperti itu dan rasanya agak aneh" jawab Alisya kikuk.
"Eh, saya tidak berani. Nona adalah anggota keluarga nyonya Joyi jadi tidak mungkin saya bersikap tidak sopan"
"Baiklah, terserah kau saja. Kalau begitu ayo kita pergi berangkat" ajak Alisya.
Dengan menggunakan mobil yang cukup mewah manager San mengantarkan Alisya pergi ke Universitas, dia juga mengurus segala tentang pendaftaran dan segala macam yang di butuhkan Alisya.
Setelah semuanya beres sebelum pergi manager San memberikannya sebuah ponsel, hal itu bertujuan agar Alisya bisa menghubunginya jika butuh sesuatu atau minta di jemput pulang.
Alisya masuk ke kelasnya dan mulai mengikuti pelajaran yang di berikan dosen, ia cukup antusias sebab fakultas tempatnya kuliah termasuk ke dalam universitas terbaik.
Ia mencoba berkenalan dan berteman dengan sesama mahasiswa, tentu di kota asing itu ia butuh teman yang seusia dengannya.
Sampai tiba saatnya untuk pulang ia menelpon manager San agar bisa menjemputnya, manager San menyuruhnya menunggu sekitar lima belas menit sebab ada hal yang perlu ia selesaikan terlebih dahulu.
"Ah.... andai aku sudah tahu jalan di kota ini aku pasti akan pulang sendiri" gumamnya setelah menutup telpon.
Bruk
"Ah maaf" ujar seorang pria yang tak sengaja menabraknya dari belakang.
"Tidak.... kau.... " ucapan Alisya tak bisa ia selesaikan saat matanya menatap wajah Agler yang cukup dekat.
"Alisya? kau di sini?" tanya Agler yang sama terkejutnya.
"Wah.... hahaha... bukankah ini sebuah kebetulan yang menyenangkan?" lanjutnya dengan wajah riang seperti biasa.
"Kau... Agler?" tanya Alisya hati-hati.
"Ya ini aku, apa yang kau lakukan di sini?"
"Oh, um... aku kuliah di sini" jawab Alisya kikuk.
"Benarkah? aku juga kuliah di sini, tapi.... bukankah waktu itu kau bilang tidak bisa pergi ke kota?" tanya Agler yang masih ingat percakapan di malam perpisahan.
"Oh ya, sesuatu telah terjadi dan sekarang aku tinggal dengan nenek ku di sini"
"Begitu ya, oh maaf aku sedang buru-buru jika ada kesempatan kita bicara lain kali oke?"
"Baiklah... "
"Sampai jumpa!"
"Dah... " ujar Alisya membalas lambaian tangan Agler.
Ia menatap kepergian Agler dengan seksama, sungguh dunia ini rupanya begitu sempit. Pertama ia bertemu Chad yang sangat mirip Agler dan sekarang ia benar-benar bertemu dengan Agler.
Tapi setelah di perhatikan lebih seksama Chad dan Agler memiliki perbedaan, rambut Agler lebih panjang dan tubuhnya juga lebih berisi. Sedang dari segi wajah Chad terlihat lebih tua, mungkin itu karena Chad sering mengerutkan dahi dan marah-marah.
"Nona... maaf telah membuat anda menunggu lama" ujar manager San datang menjemput.
"Oh tidak apa-apa, ayo kita pulang" ajak Alisya yang tersadar dari lamunannya.
Namun bukannya pulang ke rumah manager San justru membawanya ke kantor, rupanya itu adalah perintah Joyi. Alisya baru datang dan belum memiliki pakaian yang pantas, oleh karena itu setelah menyelesaikan pekerjaannya Joyi membawa Alisya ke pusat perbelanjaan.
Joyi membelikannya banyak pakaian bagus dan mahal, tak hanya itu ia juga membelikan sepatu, tas dan aksesoris lainnya.
"Nenek, rasanya ini semua sudah cukup" ujar Alisya sebab dua tangan pelayan mereka di belakang sudah penuh dengan tas belanjaan.
"Tunggu dulu, kita belum membeli parfum dan kosmetik. Sebagai seorang gadis kau harus tampil cantik dan wangi, ingat sekarang kau adalah keluargaku" bantah Joyi.
Berjam-jam sudah mereka habiskan hanya untuk berbelanja, lelah berjalan ke sana kemari Joyi memutuskan untuk istirahat sebentar di sebuah kafe.
"Um.... nenek, boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Alisya ragu.
"Katakanlah"
"Aku.... sangat kasihan kepada manager San, dia sudah sibuk bekerja di kantor dan masih harus mengantar jemput aku"
"Kau benar, bagaimana jika kita cari supir pribadi untuk mu? atau kau ingin membawa mobil sendiri? mobil apa yang kau inginkan?" tanya Joyi.
"Ah itu.... " Alisya tidak tahu harus bicara apa sebab sebenarnya ia mau mengajukan diri untuk naik bis saja.
"Tapi terlalu berbahaya bagimu jika pergi sendirian" gumam Joyi khawatir.
Mendengar ucapan itu Alisya yakin Joyi tidak akan mengijinkannya berangkat sendiri menggunakan bis, meski ia senang bisa tinggal di kota dan hidup mewah tapi ia belum terbiasa dengan semua itu apalagi dengan sifat Joyi yang penuh khawatir.
"Kita cari orang saja untuk menjadi supirku" ujar Alisya akhirnya.
"Itu lebih baik, aku akan bicarakan hal ini dengan manager San nanti" ucap Joyi setuju.
Mereka kembali menikmati secangkir kopi sampai penat mereka hilang, baru kemudian mereka pun pulang untuk membereskan barang-barang Alisya yang sudah mereka beli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments