Sebuah nyanyian merdu membangunkannya di malam yang gelap itu, semilir angin membawa serta irama diantara celah. Penasaran ia pun bangkit untuk mencaritahu siapa pemilik suara yang indah itu, perlahan ia berjalan hingga sampai di taman belakang.
Seorang wanita dengan gaun panjang yang menjuntai hingga kebawah nampak asyik memetik bunga, terkuaklah bahwa sumber nyanyian itu berasal darinya.
Ah...
Nyanyian itu terhenti tiba-tiba oleh pekikan ringan, ia segera berjalan mendekati wanita itu dan melihat wajah cantik yang sedang meringis. Nampak jari telunjuknya berdarah akibat tertusuk duri yang tajam.
"Berikan tanganmu" ujarnya meminta.
Wanita itu menurut dan tersipu malu saat jarinya yang terluka di hisap lembut hingga darah itu tak berbekas.
"Lain kali hati-hati" ujarnya mengingatkan.
"Aku ingin menghias kamar kita dengan bunga-bunga yang indah" ucap wanita itu.
"Catherine.. apakah dulu kamarmu juga selalu di hias oleh bunga-bunga?" tanyanya.
"Mm, ada banyak sekali bunga di pekarangan rumah kami. Aku selalu memetiknya setiap hari dan memajangnya di kamarku" jawabnya.
"Baiklah.. biar ku petikkan untukmu."
Catherine mengangguk sambil tersenyum, ia begitu bahagia melihat suaminya mau memetikkan bunga untuknya. Meski dengan wajah dingin dan jarang tersenyum tapi sebagai suami Reinner selalu memberikan perhatian kecil yang justru berarti baginya.
"Catherine" panggilnya.
"Ya... "
"Bisakah... kau nyanyikan lagu tadi untuk ku?"
"Tentu saja... "
Catherine menarik nafas panjang dan mulai menyanyi.
"Bila langit menunjukkan cahayanya maka itu adalah saatnya untuk terpejam
Kunci semua pintu dan jendela kalau tidak dia akan datang
Tanpa mengetuk menghembuskan nafasnya di lehermu
Serigala akan melolong
Dan kau pun tertidur"
"Mengapa... liriknya seakan memiliki arti tersembunyi" tanya Reinner.
"Ini adalah lagu pengantar tidur yang selalu ibuku nyanyikan untukku saat aku masih kecil, sebelumnya beliau akan menceritakan sebuah dongeng untuk ku"
"Kau mau menceritakan dongeng itu kepadaku?"
"Tentu!" jawab Catherine dengan senang hati.
"Ada seorang anak kecil yang selalu bermain di pinggiran hutan seorang diri, dia akan menangkap kunang-kunang atau bermain kejar-kejaran dengan bayangannya. Suatu hari, dia bermain terlalu jauh hingga masuk ke dalam hutan. Dia lupa jalan pulang dan tersesat, dalam keadaan ketakutan ia di selamatkan oleh seorang pak tua. Dia pun dibawa pulang ke rumah pak tua itu yang ternyata memiliki anak yang sebaya dengannya, rasa takutnya hilang sebab ia memiliki teman untuk bermain. Tapi lama kelamaan ia sedih karena rindu pada orangtuanya, si pak tua pun mengantarkan anak itu pulang.
Betapa bahagianya ia setelah kembali ke rumah, namun ia juga sedih karena harus berpisah dengan temannya. Karena tak tega melihat anaknya sedih kedua orangtuanya pun memberikan hadiah di hari ulangtahunnya, yaitu si pak tua dan temannya akan tinggal bersamanya untuk selamanya."
"Itu dongeng yang cukup menarik" komentar Reinner.
"Ya... "
"Aku sudah selesai memetiknya, ayo kembali ke kamar!" ajak Reinner.
Catherine tersenyum dan berjalan tepat di samping Reinner.
* * *
Di sebuah ruangan yang penuh debu kayu Reinner duduk sendirian dengan tangan yang tak berhenti mengukir, pintu tiba-tiba terbuka dan nampak lah Catherine masuk kedalam sambil membawakan segelas cairan merah.
"Kau sedang apa?" tanya Catherine.
"Membuat patung bajak laut"
"Kau senang benda semacam itu?"
"Dulu aku mengoleksinya, bersama saudariku kami sering bertengkar memperebutkannya" jawab Reinner yang tiba-tiba terkenang masa lalu.
"Apakah dia Anna?" tanya Catherine penasaran.
"Ya, Anna yang beberapa waktu lalu namanya sering di sebut-sebut karena berbagai kontroversi"
"Kalian sepertinya sangat dekat"
"Kami memang dekat, saking dekatnya kami tidak boleh bertemu sebab jika bertemu pasti akan bertengkar"
"Hmm, namanya saudara memang seperti itu. Jika dekat bertengkar tapi jika jauh saling rindu" ujar Catherine sambil tersenyum.
Ah...
Erang Reinner tiba-tiba sambil mengucek matanya.
"Ada apa?" tanya Catherine cemas.
"Mataku... sepertinya kemasukan debu"
"Biar aku lihat!" ujar Catherine menempelkan kedua tangannya di pipi Reinner.
Ia melihat dengan teliti namun tak menemukan apa pun kecuali pantulan wajahnya, ditiupnyalah mata Reinner agar tidak perih lagi. Namun beberapa detik kemudian ia sadar mata Reinner tengah terpaku padanya, ia merasakan kehangatan di balik tatapan itu dan sesuatu yang lebih menarik lagi.
Perlahan Catherine melepaskan tangannya tapi justru kini Reinner yang menyentuh mulai dari pinggang hingga ke punggung, membelai lembut sampai menariknya agar lebih mendekat lagi.
Mereka saling menatap, saling tersenyum kemudian saling mendekat satu sama lain. Gelora mulai membakar hati mereka, menimbulkan hawa panas yang mereka keluarkan lewat hidung dan mulut.
"Catherine.... " panggil Reinner dengan suara lembut.
"Aku mencintaimu... " ujarnya tanpa keraguan sedikit pun.
* * *
"Reinner! dengan ini kunyatakan bahwasanya kau telah resmi menjadi Raja, mulai detik ini seluruh kaum vampire akan setia kepada mu dan patuh pada perintahmu" umum seorang petinggi yang selesai memakaikan mahkota di atas kepalanya.
Dengan bangga Reinner bangkit dari sujudnya dan berbalik untuk menatap kaumnya.
"Hidup Yang Mulia Reinner!" seru salah seorang vampire.
"Hidup Yang Mulia Reinner!" balas yang lain dengan kompak.
Pesta penobatan resmi di gelar, musik mengalun memeriahkan suasana dengan anggur kualitas terbaik di setiap gelas. Ada juga cairan merah yang menjadi minuman pokok untuk mereka yang tak kuat minum anggur.
Reinner berjalan gagah mendekati Catherine, dengan sedikit membungkukkan badan tangan Reinner terulur yang di sambut baik oleh Catherine.
Mereka maju ke lantai dansa dan mulai menari bersama yang lain, di hari bahagia itu Catherine nampak lebih senang dengan wajahnya yang merona.
"Kau pasti sangat bangga menyandang status sebagai permaisuri" bisik Reinner.
"Tentu saja, suamiku mendapatkan kehormatan yang sulit di dapatkan oleh bangsawan mana pun"
"Begitukah? jadi jika aku hanya seorang vampir biasa maka kau tidak puas?"
"Tidak seperti itu, ada hal lain yang membuatku sangat senang"
"Apa itu?" tanya Reinner penasaran.
"Sejak pertama bertemu aku pikir aku akan menikahi seorang pria dingin yang kasar, tapi setelah kepulangan mu dari medan pertempuran ternyata kau sangat usil dan pandai menggoda"
"Hei! aku hanya melakukan itu pada istriku"
"Aku tahu, karena itu aku sangat senang. Kedepannya meski kau akan sibuk dengan urusan kerajaan tetaplah bersikap seperti ini padaku, aku pun akan menjadi istri yang penurut untukmu"
"Kalau begitu aku akan memberi perintah pertamaku kepadamu"
"Benarkah? apa itu?"
"Permaisuri ku, sebagai seorang Raja aku perintahkan kau untuk memberiku keturunan"
"Jika aku tidak mau?" goda Catherine.
"Maka aku akan mengambil cuti selama setahun untuk membawamu pulang, di kediaman ibumu setiap hari kita akan berusaha terus hingga berhasil"
"Rei!" panggil Catherine sambil mencubit pinggang.
Mereka pun tertawa dan kembali menikmati sisa pesta dengan damai.
* * *
Reinner bangun dari tidurnya dan menemukan sarapannya sudah siap di atas meja, hari itu saat badannya kurang sehat Catherine sengaja menyiapkan sarapan di dalam kamar agar Reinner bisa beristirahat.
"Selamat pagi Yang Mulia" sapa Catherine.
"Pagi"
"Sarapan anda sudah siap, sebaiknya Yang Mulia cepat makan sebelum semuanya menjadi dingin"
"Bagaimana dengan permaisuriku?"
"Aku akan sarapan setelah Anda selesai makan"
"Mana bisa begitu!" ujar Reinner sambil menarik tangan Catherine hingga ia duduk di sampingnya.
"Kau pun harus sarapan, jadi mari kita makan bersama."
Reinner mulai menyendok sup, meniupnya beberapa kali dan memberikan suapan pertama itu kepada Catherine. Dengan senang hati Catherine mau memakannya, mereka bergantian saling menyuapi sampai makanan itu telah habis.
"Rei... sudah lama kita tidak mengunjungi keluargamu, apakah mereka sehat-sehat saja?" tanya Catherine.
"Ah kau benar, terakhir kali kita berkunjung saat pesta ulang tahun Hans"
"Kapan kau akan pergi berkunjung lagi?"
"Saat ini aku masih sibuk dengan urusan di istana, mungkin setelah beberapa urusanku selesai. Kenapa?"
"Tidak, aku hanya bosan berada di istana terus. Tapi sangat tidak pantas jika kita bepergian di situasi yang sedang kacau ini"
"Ya... bersabarlah istriku, aku pasti akan membawamu jalan-jalan keluar istana" ujar Reinner berjanji.
Byur....
Arrhhhhh... hhhhh.... hhhhh.. hhhh
"Bangun!" teriak seseorang kepadanya.
Srek
Rantai yang di ikat di tangannya ikut terbawa saat ia memegang kepalanya yang pening, samar-samar dilihatnya seseorang dengan tubuh besar penuh otot masih memegang ember berdiri tepat di depannya.
"Ini! cepat habiskan makanan mu!" teriaknya sambil menendang sebuah piringan berisi roti dan sup yang telah tumpah.
Dengan cepat ia mengambil roti itu dan memakannya dengan suapan yang besar, meski roti itu rasanya tidak enak dan cukup keras tapi lebih baik dari pada mati kelaparan.
Sebagai penutup diseruputnya kuah sup yang hanya tinggal beberapa tetes itu.
Hahaha Hahaha Hahaha
"Siapa yang dapat mengira? Raja para vampir berbadan kotor dan bau menyeruput sup hingga menjilati piringan karena tak tahan kelaparan" ujar orang itu sambil menunjuk.
Jika ia adalah Reinner yang dulu sudah bisa di pastikan ia akan bangkit untuk menyerang orang yang telah menghinanya, tapi kini dia hanyalah seorang budak tak bertuan yang hidupnya tak lebih berarti dari serangga.
Dihembuskannya nafas panjang, mengingat kembali kenangan indah yang sejak tadi menjadi bunga dalam mimpinya. Ia termenung, meratapi nasib yang buruk dalam hidupnya.
Ia mencoba berfikir dimana letak kesalahan yang ia buat hingga berakhir mengenaskan seperti ini, tapi ia tak mendapatkan jawabannya.
Reinner kembali menutup mata, teringin tidur lagi sebab hanya pada saat itu ia bisa merasa senang dengan memimpikan istrinya tercinta.
Bukan hal mudah bagi Reinner untuk sampai ke tahta, ia harus melawan adat yang telah berlangsung ribuan tahun lamanya. Beberapa waktu sempat ia ingin menyerah tapi bayangan Anna memberinya semangat kembali, Anna telah berkorban banyak untuk perdamaian karena itulah kini tugasnya untuk tetap menjaga perdamaian itu.
Hingga ia akhirnya berhasil menduduki tahta Raja, rupanya masih ada saja segelintir orang yang tak senang akan hal itu. Terlebih para petinggi yang notabene para tetua dengan pikiran kolotnya, mereka sering kali membuat Reinner kewalahan hingga jatuh sakit.
Tapi bukanlah seberapa di bandingkan dengan fitnah yang membuatnya berakhir di tempat itu, sebuah ruangan gelap dengan tangan dan kaki yang dirantai.
Yang ia tak mengerti mengapa ia masih di berikan hidup? padahal jelas jika seseorang ingin menggulingkannya dari tahta mengapa harus repot pula mengurung dan memberikannya hidup setelah dia bukanlah lagi siapa-siapa.
"Tu-tuan!" panggil orang itu gugup.
Sikap kurang ajarnya tiba-tiba berubah menjadi patuh saat seorang pria masuk ke dalam ruangan itu, tanpa daya Reinner menatap perlahan.
"Apa dia sudah di beri makan?" tanya pria itu.
"Su-sudah tuan"
"Bagus" jawabnya.
Ia jongkok dan melihat wajah Reinner lebih dekat lagi, seolah memastikan bahwa Reinner adalah orang yang benar.
"Si-siapa kau... " tanya Reinner pelan.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku, anggap saja aku malaikat mu yang akan menyelamatkan hidupmu tapi siap merenggut nyawamu secara bersamaan" jawabnya.
"Pastikan dia selalu mendapatkan makanannya, jangan terlalu sakiti dia aku tidak mau dia cacat" ujarnya pada penjaga itu.
"Baik Tuan, saya mengerti"
Pria itu menepuk pundak penjaga dan mulai beranjak pergi namun Reinner dengan kekuatannya mencoba menghentikan pria itu meski hanya dengan teriakan yang tak lebih kencang.
"Tunggu! katakan apa maumu? kenapa kau mengurung ku seperti ini? aku sudah tidak punya keluarga atau pun tahta"
Hehehe hahaha hahaha hahah
Tawa pria itu menggelegar di ruangan yang sempit, menggema di setiap juru dan cukup memekakkan telinga.
"Aku tidak tertarik pada tahta mu, tapi.... ya! aku tertarik pada keluarga mu. Bukankah kau masih punya saudari? seorang gadis yang sempat menggegerkan karena darah kebangsawanannya, jika kau mau memberitahu aku dimana keberadaannya maka aku akan memberikan mu hadiah" ujar pria itu.
"Maksudmu.... kau mencari Anna?" tanya Reinner.
"Tentu! siapa lagi? aku hanya tertarik padanya, lebih tepatnya pada kekuatannya. Jadi.... bagaimana?"
"Aku... tidak tahu... Anna hilang begitu saja, tidak ada yang tahu dimana dia berada"
"Arhhhh.... sayang sekali, padahal jika kau mau memberitahuku maka aku akan memberitahumu tentang kematian istrimu" ujarnya tersenyum licik.
"Apa maksud mu?" tanya Reinner cepat.
"Yah... aku hanya bisa bilang bagaimana jika istrimu tidak mati dalam kejadian itu, mungkin saja dia selamat."
Reinner terpaku, teringat bagaimana kejadian tragis itu menimpa keluarga kecilnya. Di satu malam saat fitnah telah membuatnya kehilangan tahta ia pun mengungsi untuk menghindari serangan amukan masa, tapi tetap saja ia di buru bagai hewan.
Seorang diri, dia mencoba menyelamatkan keluarga kecilnya dengan mengorbankan diri. Setengah mati ia melawan para prajurit vampire hingga lelah dan yang lebih mengenaskan adalah saat ia melihat Catherine jatuh tersungkur, badannya yang terluka dan tangannya terulur padanya seolah meminta bantuan dalam beberapa detik kemudian.
Kyaaaaaa.......
Sebuah pedang menghujam jantungnya, air mata mengalir membasahi dedaunan kering. Beberapa detik setelahnya terdengar sebuah teriakan memilukan, ia pikir itu adalah suara serigala di tengah hutan tapi semua orang bilang dia yang berteriak.
Masih dengan kesadaran yang tinggal setengah ia genggam erat tangan Catherine yang sudah memejamkan mata, tapi beberapa prajurit mencoba memisahkan mereka hingga pada akhirnya seseorang memukul kepalanya hingga tak sadarkan diri.
Saat terbangun ia sudah berada di ruangan ini, dengan kaki dan tangan yang terikat rantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
insos
bru awal aja udah waaahh 🥰🥰🥰
2022-05-09
0
🎶WSD🎶 jangan bicara.....
panjang banget👆
2022-04-05
1