Di suatu tempat yang jauh dari keramaian, sebuah rumah besar masih berdiri kokoh meski dengan keadaan yang berantakan. Semua orang yang tinggal di sekitarnya tak pernah berani mendekat apalagi masuk, sebab tersiar kabar rumah itu di huni oleh roh jahat.
Rumor itu tak sepenuhnya salah, di balik kondisinya yang terbengkalai isi di dalam rumah itu cukup rapi karena ada sesuatu yang menempati. Dia bukanlah roh jahat, melainkan makhluk malam yang berburu darah.
"Dingin, tidak bisakah kita mencari tempat yang lebih baik?" ujar seorang gadis yang duduk dengan mengangkat kedua kakinya di atas meja.
"Jangan mengeluh Tianna, ini adalah tempat yang paling bagus untuk bekerja" ujar seorang pria sambil menikmati segelas darah.
"Tapi Keenan, tempat ini sangat bau! kau bilang kita akan tinggal di istana" keluhnya.
"Bersabarlah, sebentar lagi kau pasti akan bisa tinggal di istana dan di layani oleh ribuan pelayan"
"Kau selalu mengatakan hal itu setiap saat" ujarnya ketus.
"Sudahlah, ayo pergi ke bawah! aku ingin tahu sejauh apa penelitian Alabama" ujarnya sambil menghabiskan minumannya.
Mereka beranjak dari tempat duduk masing-masing dan berjalan masuk ke sisi ruangan yang lain, dari luar nampak sebuah lemari besar yang di penuhi barang-barang. Dengan mudah Keenan menggeser lemari itu hingga nampaklah sebuah pintu di baliknya, ia membuka pintu tersebut dan masuk ke dalamnya di ikuti Tianna.
Bagi manusia mereka tidak akan bisa bernafas dengan baik sebab jalan di balik pintu rahasia cukup pengap, tapi mereka bukanlah manusia oleh sebab itu mereka dapat berjalan dengan baik meski tanpa cahaya sekali pun.
Beberapa menit berjalan sampailah mereka pada satu ruangan dimana seorang vampir tua tengah sibuk melihat cairan hijau di botol kaca, ia nampak asyik sendiri tanpa memperdulikan kedatangan dua vampir itu.
"Apa kau mendapatkan sesuatu yang baru?" tanya Keenan.
"Belum, sejauh ini masih sama" jawabnya.
"Harus berapa lama lagi aku menunggu?" tanya Keenan.
"Sampai kau bisa menemukan Anna, kau tahu itu!" jawab Alabama.
Keenan tak dapat bertanya lagi, ia tahu ucapan vampir tua itu benar. Ia pun ingin segera menemukan keberadaan Anna tapi sayang tak ada jejak sedikit pun yang mengarah pada keberadaannya, hampir ia putus asa padahal awalnya setelah menangkap Reinner ia kira bisa menemukan Anna dengan cepat.
"Apakah darah Reinner tidak cukup? bukankah dia sempat selamat dari maut berkat saudarinya?" tanya Tianna yang tidak begitu paham pada penelitian itu.
"Darahnya berbeda, meski dia seorang raja tapi pada dasarnya dia tetaplah seorang vampir setengah penyihir. Tak ada yang istimewa akan hal itu!" jawab Keenan.
"Lalu untuk apa kau terus memeliharanya?"
"Lalu apa yang harus aku lakukan padanya?" balas Keenan bertanya.
"Kenapa kau repot-repot mengurusinya? buang saja dia!"
"Tidak bisa! mau bagaimana pun Rei adalah saudara Anna, aku yakin suatu saat dia akan berguna" jawab Alabama.
Tianna mendengus dengan kasar, ia tidak bisa berkata lagi sebab Alabama adalah salah satu vampir yang ia hormati meski vampir tua itu sepanjang hidupnya di habiskan hanya untuk meneliti sesuatu yang menurutnya tidak berguna.
"Pergilah temui dia lagi, mungkin kau melewatkan sesuatu" perintah Alabama.
"Aku mengerti" jawab Keenan.
Sebelum pergi Tianna sempat melirik ke dalam sel yang berada di ruangan itu, tempat itu lebih gelap dari ruangan lainnya. Tiba-tiba hawa dingin yang lebih mencekam membuatnya merinding tatkala sepasang mata merah menatapnya dari balik jeruji besi, ia sangat tahu sesuatu berada di sana jauh lebih lama sebelum kedatangannya. Sesuatu yang menurutnya lebih mengerikan dari apa pun yang pernah ia temui, sesuatu yang membuatnya berfikir Keenan dan Alabama tidak waras karena memeliharanya.
"Keenan, bolehkah aku tinggal saja di rumah?" tanya Tianna.
"Kenapa?"
"Tempat Rei di tahan itu lebih bau dari rumah ini, kau tahu aku tidak suka tempat-tempat yang berbau seperti itu"
"Baiklah, terserah kau saja" jawab Keenan yang kemudian pergi.
Malam yang semakin larut itu nampak cerah dengan bulan purnama yang sempurna, Tianna memutuskan untuk menghabiskan waktu di atap menikmati hari yang membosankan.
Dari sana ia masih sempat melihat Keenan yang berjalan meninggalkan rumah sebelum akhirnya hilang diantara pepohonan, ia juga dapat melihat rumah-rumah warga di sisi lain yang nampak sunyi.
Beberapa tahun yang lalu saat berita tentang kekalahan Viktoria menjadi bahan gunjingan di setiap pelosok Keenan datang kepadanya dan mengajaknya untuk bekerja sama, sampai saat ini sejujurnya ia tidak tahu apa tujuan Keenan dan tak pernah mencari tahu juga.
Ia mau ikut karena Keenan menjanjikan kemewahan dan tahta kepadanya, tentu ia tahu bukan tahta raja yang ia maksud tapi setidaknya ia akan mendapatkan penghormatan dari kaum bangsawan.
Sebagai gadis vampire usianya terbilang masih muda dan sering kali dianggap bocah, sejak dulu ia sering melihat Viktoria digandrungi banyak bangsawan dan di perebutkan oleh setiap pemuda vampire. Hal itu cukup membuatnya iri terlebih Viktoria justru tidak tertarik akan hal itu, Viktoria juga diboyong ke istana untuk menjadi putri di sana padahal dirinyalah yang menginginkan hal itu.
Kematian Viktoria sedikit banyaknya telah merubah hidup kaum vampire, bagi dirinya sendiri kematian itu cukup menguntungkan karena ia akhirnya memiliki kesempatan untuk menjadi putri di istana.
Yang perlu ia lakukan sekarang hanya mengikuti perintah Keenan apa pun itu, meski hal itu termasuk tinggal di rumah tua yang bau.
"Ah membosankan! mungkin sebaiknya aku pergi jalan-jalan saja" gumamnya.
Tianna mulai bangkit dan loncat dari atap meski ketinggiannya cukup untuk membunuh manusia, tanpa terluka sedikit pun ia berhasil mendarat di atas kedua kakinya dengan sempurna.
Sedang di tempat lain Keenan sudah sampai, kedatangannya di sambut oleh penjaga setia yang telah mengabdi padanya sejak dulu.
Keenan terus masuk ke dalam ruangan tempat Reinner di tahan, nampaknya hari ini Reinner lebih bertenaga sebab ia mampu mengangkat wajah saat Keenan berjalan mendekatinya.
"Kau sudah makan?" tanya Keenan.
"Dimana?" tanya Rei pelan.
Keenan mengerutkan dahinya, ia tak mengerti apakah pertanyaan di tujukan padanya atau hanya gumaman belaka.
"Dimana istriku berada?" tanyanya yang membuat Keenan paham.
"Aku tidak tahu pasti, tapi aku akan memberikan mu petunjuk jika kau mau bekerja sama" jawab Keenan.
"Siapa kau sebenarnya? kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Rei lirih.
"Sudah ku katakan aku ingin saudarimu, jadi sebaiknya kau mulai bekerja sama dengan ku"
"Jika.... aku memiliki petunjuk apakah kau mau memberitahu dimana istriku?"
"Tentu saja"
"Kalau begitu katakan apa tujuanmu? kenapa kau sangat ingin tahu dimana Anna berada?" tanya Rei.
Keenan tersenyum tipis yang membuat wajahnya terlihat mengerikan, perlahan ia mendekati Reinner dan berbisik di telinganya.
"Kekuatan."
Hanya itu yang ia inginkan, Anna adalah satu-satunya makhluk yang ia puja selain dari Lord sang raja vampire. Desas desus mengenai sosok Anna yang misterius menarik perhatiannya hingga mau mengetahui perkembangan kerajaan, padahal selama ini ia selalu acuh dan sibuk dengan dunianya sendiri.
Apalagi ketika mendengar Anna yang membawa pulang batu keabadian membuat Keenan lebih terobsesi lagi kepadanya, ia ingin memiliki kekuatan yang sama dengan Anna. Kekuatan yang bisa membunuh saudarinya dan berjalan di bawah terik matahari tanpa khawatir akan terbakar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments