Sepasang muda mudi tak mampu berjalan dengan benar, sudah terlalu banyak yang mereka minum hingga kesadaran mereka telah hilang setengahnya. Dua hari yang lalu mereka ribut dengan petugas karena menolak di periksa, padahal petugas hanya ingin melihat identitas mereka sebab wajah mereka asing di wilayah itu. Alhasil mereka harus menginap di kantor selama semalam, esok paginya mereka di bebaskan dan memulai pesta mereka kembali yang sempat tertunda.
Tak mampu melihat jalan dengan benar tanpa sadar mereka telah masuk ke dalam hutan, nuansa sepi begitu kentara dengan kicauan tak bermakna dari mulut mereka.
"Ah... ini dimana?" gumam si wanita melihat ke sekitar.
"Siapa peduli, dimana pun kita maka pesta akan terjadi di sana" jawab si pria.
Mereka tertawa cekikikan karena ucapan itu, kemudian si pria menghabiskan minuman di botolnya untuk memulai pesta yang lain. Di bawah pohon yang rindang dengan sengaja ia menghimpit kekasihnya, memulai pesta baru itu dengan kecupan ringan di bawah rahang.
Nampak si wanita menikmati setiap cumbuan itu sampai larut ke dalamnya, mereka telah jatuh ke atas dedaunan yang lembut dan siap memulai dengan yang lebih panas namun sesuatu mengusik telinga si wanita.
Sebuah suara yang sering ia dengar di film-film horor, ia mulai waspada untuk mendengarkan lebih jelas lagi sedang prianya masih asik dengan leher pacarnya.
"Kau dengar itu?" tanya si wanita.
Si pria tak menjawab, untuk saat ini ia hanya fokus pada apa yang akan membuatnya senang.
"Sial! hei! berhenti! apa kau tidak mendengarnya?" hardik si wanita sebab rasa takut mulai membuatnya tak nyaman.
"Apa sayang?" tanya si pria yang terpaksa menghentikan aksinya.
"Apa kau mendengarnya?"
"Apa?"
"Suara itu! seperti suara lolongan"
"Mungkin itu hanya anjing liar"
"Dimana kita? dimana kita? apa ini hutan? ah sial! kita masuk ke dalam hutan terlarang" ujar si wanita mulai bangkit dan melihat ke sekeliling dengan panik.
"Ada apa dengan mu? apanya yang hutan terlarang?" ujar si pria jengkel.
"Apa kau tidak tahu? beberapa waktu lalu seseorang di serang di dalam hutan, untuk itulah hutan ini di tutup"
"Ah.. kau terlalu penakut, tidak perlu khawatir sayang... aku akan membantumu agar rileks" ujar si pria mulai menyentuh lagi.
"Tidak! lepaskan aku, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum hal buruk terjadi" jawab si wanita menghindar.
Tanpa penerangan apa pun si wanita mulai berjalan meninggalkan kekasihnya, terus berjalan meski ia tak tahu kemana arahnya. Sedang si pria tetap berdiri di sana dengan perasaan jengkel, ia butuh beberapa waktu untuk menenangkan hasratnya yang sempat memuncak.
Aaaahhhhhh..........
"Kate!" panggil si pria saat mendengar teriakan seorang wanita.
Dengan cepat ia berlari mencari-cari keberadaan pacarnya itu, cukup panik karena teriakan itu tak berhenti di tengah hutan yang gelap.
"Ooohh... Kate.... " erang si pria melihat pacarnya terbaring di atas tumpukan dedaunan dengan perut yang robek.
"To..... long..... " ucapnya lirih.
Tapi si pria hanya terpaku menahan mual melihat usus yang muncul dari dalam perut itu, ia juga melihat organ dalam lainnya masih berlumuran darah dan nampak masih segar. Takut, bingung dan mual membuatnya hanya bisa diam mematung sampai sepasang cakar menyergapnya dari belakang.
Aaaaaaaahhhhh.....
Itu adalah teriakan kedua di malam itu, hanya dua tapi cukup menandai malam yang indah.
Chad kembali ke sungai dan mencuci bersih kuku-kukunya hingga tak ada satu pun daging yang menempel atau bercak darah yang tersisa, setelah ia selesai membersihkan diri ia pun kembali ke tempat dimana Jhon menunggunya.
Jhon memberinya seekor kelinci putih yang gemuk untuk makan malamnya saat itu, seperti biasa Chad mengambilnya tanpa komplain.
"Aku tak menyangka kalau kau pandai menerkam, sungguh lucu vampire seperti itu justru bertindak seperti coyote"
"Aku melakukan apa yang perlu aku lakukan" jawab Chad.
"Yah, orang-orang akan semakin takut lagi jika tahu itu adalah ulahmu. Kau membuat kesan kejam untuk bangsa vampire, ku kira kau akan menghisap habis darah mereka sampai kering"
"Itu terlalu beresiko, lagi pula darah mereka tidak enak untuk di nikmati"
"Ah... kau memang pilih-pilih jika soal makanan" gumam Jhon.
Esok harinya petugas menemukan jasad kedua orang itu dengan cepat sebab mereka melihat mobil terparkir di bar tanpa ada pemiliknya, dan jejak terakhir menunjukkan kedua orang itu pergi ke hutan.
Tragedi yang kedua kalinya ini masih di nyatakan akibat hewan buas karena di temukan pola yang sama pada tubuh korban, hal ini tentu membuat kekhawatiran penduduk memaksa para petugas untuk memulai penangkapan.
Setelah mendapat ijin dari komandan akhirnya di lakukanlah pemeriksaan TKP dan penyisiran hutan secara menyeluruh, namun hingga senja tiba mereka tidak menemukan keberadaan hewan buas tersebut atau pun tanda-tanda kehidupannya.
Untuk saat ini yang bisa mereka lakukan hanya tetap memperingatkan warga dan para pengunjung untuk menjauhi area hutan, peringatan ini sedikitnya membuat orang-orang sadar betapa berbahayanya hutan bahkan beberapa wisatawan tidak jadi berlibur di sana.
Chad yang mengetahui hal ini tentu sangat senang karena rencananya telah berhasil, tapi lagi-lagi ia belum merasa puas.
* * *
"Aku sudah membetulkannya, kali ini aku jamin tidak akan bocor lagi" ujar Shigima memberitahu Jack.
"Bagus kalau begitu, meski hanya suara air tapi jika di malam hari tamu yang penakut akan mengeluh dan tidak mau lagi menginap di hotel kita" jawab Jack tanpa melepas pandangannya dari koran.
"Apa ayah sudah mendengar berita pagi tadi?"
"Ada apa?"
"Dua mayat sepasang kekasih di temukan dalam keadaan terkoyak di dalam hutan, petugas sudah menyisir hutan tapi tidak menemukan apa pun"
"Malang sekali nasib mereka, yah namanya di hutan kita tidak pernah tahu ada makhluk apa di dalamnya"
"Tapi bukankah ini sedikit aneh?" ujar Shigima.
"Apanya?"
"Ku dengar dari penduduk asli sini kejadian seperti ini tidak pernah terjadi, ini adalah kali pertamanya"
"Begitu ya"
"Entah mengapa aku merasa ada sesuatu di balik teror hewan buas ini" ujar Shigima.
Jack memandang anaknya yang jelas tak tenang karena masalah ini, dia pun sebenarnya sama tidak tenangnya karena akibat teror itu jarang ada wisatawan yang datang sehingga hotelnya menjadi sepi.
"Baiklah nanti malam ayah akan berkeliling"
"Tapi... apa ayah sanggup? maksud ku ayah sudah tua, tidak baik berjalan malam itu akan merusak kesehatan ayah" ujar Shigima khawatir.
"Tidak perlu cemas, meski sudah tua tapi ayah adalah seorang jendral penyihir" jawab Jack dengan sedikit membusungkan dada.
Jack menunggu malam benar-benar larut sebelum pergi ke hutan, perasaannya akan mengatakan bahwa ia akan menemukan sesuatu di sana. Ia memulai dengan melihat TKP di mana mayat pertama di temukan, menurut pengalamannya sesuatu memang telah membunuh sang korban dengan cakar.
Ada bekas perlawanan sedikit tapi hal itu tak berarti, Jack menduga sesuatu itu dapat berlari dengan kencang. Setelah puas melihat-lihat ia pun pergi ke TKP kedua, bekasnya masih baru bahkan noda darahnya pun nampak jelas.
Yang membuat Jack bingung ia tidak menemukan bekas kaki, jika memang peristiwa itu perbuatan hewan buas harusnya ada bekas kaki hewan yang tertinggal meski tanah di penuhi dedaunan.
"Ini memang aneh, rasanya ini bukan perbuatan hewan buas. Lalu apa yang menyerang dengan cakar tapi tidak meninggalkan jejak?" gumamnya berfikir.
Makin penasaran Jack pun menyisir hutan itu, melihat-lihat dan mencari tahu makhluk apa yang telah menyerang para korban.
Cukup lama ia melihat-lihat sampai tiba-tiba tengkuknya merasakan angin dingin yang berembus.
Trang.....
Meski tak lagi muda tapi pengalaman yang membuatnya tetap waspada, ia berhasil menarik belati dengan tepat sehingga cakar itu tak berhasil melukainya.
Saat melihat sosok seorang pria yang berdiri di t
"Siapa kau? kenapa vampire seperti mu berada di sini?" tanya Jack.
Chad di untungkan dalam hal ini, karena dia tidak pernah menunjukkan wajahnya di publik jadi Jack tidak tahu identitasnya.
"Aku pikir kau adalah pelaku di balik penyerangan itu, sudah beberapa hari aku tidak bisa makan karena baik hewan maupun manusia di bunuh oleh makhluk itu" jawab Chad beralasan.
"Oh jadi kau juga sedang mencari makhluk itu, ini adalah wilayah ku jika kau mencari hewan untuk di makan itu tidak masalah tapi jika manusia maka kau akan berurusan dengan ku"
"Maaf tuan, aku adalah pengelana. Satu waktu aku akan tinggal di sebuah hutan dekat pedesaan selama beberapa minggu lagi berpindah lagi. Aku tidak tahu jika ini adalah wilayahmu"
"Yah, setelah perang usai banyak vampire yang menjadi pengelana aku tidak heran jika kau bisa sampai di sini. Baiklah kalau begitu aku pergi dulu" ujar Jack memutus obrolan.
Chad tersenyum menatap kepergian Jack, beruntung Joyi telah menceritakan semua rahasia keluarga Hermes termasuk keturunan murni yang selalu di banggakannya.
Memang benar ucapan Joyi bahwa meski Jack telah tua tapi jangan pernah menyepelekan kekuatannya, bagi Chad yang tidak pernah berperang atau berburu sekali pun jika bertarung dengan Jack sama saja dengan mengantarkan kematian.
"Sepertinya aku harus lebih berhati-hati" gumam Chad.
Dia pun pergi meninggalkan tempat itu dan memutuskan untuk rehat beberapa hari agar Jack merasa wilayahnya sudah aman, waktu senggang itu ia gunakan untuk belajar berperang dan berburu kepada Jhon.
"Niat mu untuk belajar adalah hal yang bagus, justru dalam kondisi ini kau memang harus bisa memegang senjata" ujar Jhon mendengar keinginan itu.
Selama empat hari lamanya Chad mempelajari semua tehnik yang ringan, dia juga mulai berburu kelinci sendirian untuk makannya. Karena mereka manusia setengah vampire jadi pada siang hari pun Chad masih bisa beraktivitas biasa sehingga waktunya bisa di gunakan dengan baik.
"Sudah waktunya makan, ayo cari kelinci gemuk!" ajak Jhon.
Mereka pergi menyisir hutan, kali ini rupanya cukup susah mungkin karena mereka terlalu sering memangsa kelinci sehingga kelinci-kelinci di sana menjadi penakut.
Chad dan Jhon pun memilih berpencar, karena kini Chad sudah bisa berburu sendiri maka bukan masalah baginya. Beberapa jam yang terasa begitu lama akhirnya terbayar setelah Chad menemukan induk kelinci yang tengah melompat-lompat di bebatuan.
"Akhirnya... " ujar Chad.
Seolah tahu akan di mangsa kelinci itu dengan cepat pergi dari tempat itu, meski telah hilang dari pandangan tapi bukan masalah bagi Chad. Ia pasti akan menemukan kelinci itu dari baunya yang khas.
Tapi saat Chad berlari mengejarnya yang ia dapatkan bukan hanya seekor kelinci yang gemuk, tapi juga seorang gadis yang cantik. Chad sedikit terpana karena di dalam hutan yang rimbun seorang gadis tengah berdiri memeluk kelinci adalah pemandangan yang menakjubkan
"Kak Agler? kapan kau datang dari kota?" tanya gadis itu sekonyong-konyong sambil berlari mendekati.
Chad tersadar dari lamunannya dan tak tahu harus berkata apa.
"Kau ini tega sekali, kenapa tidak memberi kabar dulu!" ujarnya lagi.
"Chad aku menemukan yang bagus!" teriak Jhon sambil menghampiri.
Tapi ia tiba-tiba berhenti melangkah saat melihat Chad tengah ditemani seorang gadis, perlahan ia pun mendekat dan bertanya.
"Siapa gadis itu?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu" jawab Chad.
Ima mundur beberapa langkah dan sadar bahwa ia salah orang, tapi wajah pria itu sangat mirip Agler kecuali rambutnya yang lebih pendek dan auranya yang lebih dingin.
"Kau... kau bukan kak Agler?" tanya Ima.
"Bukan, namaku Chad"
"Oh maafkan aku, aku pikir kau kakak ku sebab.... wajah kalian sangat mirip" ujar Ima cepat.
"Kau sendiri siapa? kenapa seorang gadis bisa berada di tengah hutan seperti ini?" tanya Jhon.
Ima sempat memperhatikan Jhon beberapa saat dan menyadari bahwa mereka adalah vampire juga karena auranya, terlebih aura Jhon lebih kuat seperti milik Nick.
"Aku Ima, aku tinggal di desa dekat sini"
"Oh kau penduduk desa rupanya" gumam Jhon.
"Paman ayo pergi dari sini" ajak Chad sambil membalikkan tubuh.
"Tunggu!" sergah Ima.
Perlahan Ima berjalan dan memberikan kelinci itu kepadanya, Chad cukup kaget karena ia tak menyangka Ima akan melakukan hal itu.
"Kau sedang berburu kan? ini pasti kelinci mu, kau tidak perlu sungkan sebab dulu guru ku juga sama seperti kalian. Jadi ini bukan pertama kalinya aku bertemu vampire pengelana, jika kalian kesusahan kalian bisa datang ke rumahku. Aku yakin ayah akan menerima kalian dengan senang hati" ujarnya.
"Tak kusangka ternyata ada vampire yang menetap di sini juga, bahkan memiliki keluarga yang utuh. Terimakasih atas tawaran mu, kami sangat menghargainya" jawab Jhon.
"Ayo paman" ajak Chad kembali.
"Baiklah kami permisi" ujar Jhon berpamitan.
Ima menatap kepergian mereka hingga hilang dari padangan, namun yang paling Ima perhatikan sudah jelas adalah Chad. Wajahnya benar-benar mirip, namun jika di perhatikan kepribadiannya sangat jauh berbeda. Meski sekilas tapi Ima sudah bisa mengetahui Chad berkepribadian dingin, tak banyak bicara mau pun bereskpresi.
"Tapi dia lebih tampan dari kak Agler, mungkin karena dia berkharisma bahkan dari tatapan matanya pun memperlihatkan jelas bahwa dia seorang vampire yang gagah" gumam Ima membandingkan.
* * *
Jack melaporkan apa yang terjadi saat dia berkeliling hutan kepada Shigima, untuk saat ini mereka masih belum menemukan jawaban. Tapi hati mereka agak lega karena untuk beberapa hari tak terdengar ada kabar di temukannya mayat lagi.
Namun justru Shigima menjadi curiga kepada vampire yang di temui oleh Jack, ada sesuatu yang menurutnya tidak singkron. Sampai di minggu pagi ia mendapat kabar dua mayat kembali di temukan namun bukan di hutan melainkan di pintu masuk area tempat wisata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments