Segalanya telah hancur, hanya dengan beberapa pertanyaan dari media Hans menjadi kalap dan tak mampu menjawab. Akibatnya kualitas hotel di pertanyakan oleh masyarakat, kini mereka tidak mendapat kepercayaan lagi.
Dalam waktu singkat hotel menjadi sepi pengunjung yang mengakibatkan kebangkrutan secara perlahan, mau tak mau Jack menjual beberapa aset yang ia miliki demi menutupi semua hutangnya.
Tok Tok Tok
Kreeet
Pintu terbuka, Jack mengangkat kepalanya dan melihat salah satu putranya melangkah masuk ke dalam ruangan.
"Ryu, kapan kau kembali dari luar negri? kenapa tidak beritahu ayah dulu?" tanyanya.
"Apa kabar ayah?" sapanya.
"Ah ayah baik, bagaimana dengan mu dan istrimu?"
"Kami baik-baik saja"
"Silahkan duduk nak" ujar Jack.
Ryu menurut dan duduk tepat di hadapan Jack, dari raut wajahnya sudah jelas Ryu mengetahui apa yang terjadi pada perusahaan. Terlebih dia jauh-jauh datang dari luar negri tanpa memberi kabar.
"Bagaimana dengan Hans?"
"Dia terus mengurung diri di kamar, tanpa mau makan atau minum pekerjaannya hanya menyalahkan diri sendiri"
"Aku mengerti, jika aku berada di posisi Hans mungkin aku pun sudah putus asa"
"Ini bukan salahnya, setiap insiden yang terjadi adalah takdir yang tak bisa di rubah. Hans yang tidak punya pengalaman lalu terjun begitu saja menjadi CEO tentu tidak bisa menghadapi berbagai masalah ini, jika ada yang harus di salahkan maka itu adalah aku"
"Jangan bicara seperti itu ayah, selama bertahun-tahun Hermes grup berjaya mungkin ini adalah masa bagi Hermes grup untuk beristirahat. Bukankah ayah masih punya beberapa aset? lebih baik kita bangun semuanya dari nol lagi" saran Ryu.
"Kau memang putra ayah yang pintar, terimakasih sudah mau mengunjungi ayah."
Ryu tersenyum mendengar pujian itu.
"Ayah, jika diijinkan aku akan membawa Hans pergi dari sini"
"Kemana?"
"Kita akan diskusikan nanti dengan yang lain" jawab Ryu.
* * *
Ditengah gelapnya malam Chad berjalan seorang diri, ia masuk ke dalam rumah yang belum lama ini ia beli. Di malam itu rumah nampak gelap tanpa cahaya lampu, desiran angin yang lembut menyapu gorden seolah lengan yang melambai.
Chad terus masuk hingga sampailah dia sebuah ruangan yang diterangi cahaya lilin, nampak seorang pria berjubah hitam berdiri tepat di samping jendela sambil memandangi bulan yang sempurna.
"Rumah yang indah dan strategis, kau punya selera yang bagus" ujar pria itu.
"Apa paman membawa apa yang ku minta?" tanya Chad.
"Tentu saja" jawabnya.
Pria itu mengeluarkan sebuah botol dan menaruhnya di atas meja, Chad segera mengambilnya dan membuka tutup botol itu. Ia bisa mencium aroma yang enak namun menjijikkan bagi manusia dari botol tersebut, Chad mengambil sebuah gelas dan menuangkan isi botol itu kedalamnya.
Cairan berwarna merah memenuhi gelas itu, terlihat mengkilap saat Chad menerawangnya dengan cahaya bulan. Ada senyum tipis tersungging di bibir Chad yang membuatnya terlihat menyeramkan, ia pun meneguk cairan itu secara perlahan dan berkata.
"Kualitas terbaik, aku sangat menyukainya"
"Aku tidak akan pernah mengecewakan mu" ujar pria itu.
"Terimakasih paman, sebagai gantinya paman boleh memelihara beberapa manusia di ruangan bawah"
"Tidak perlu, aku punya tempat sendiri untuk itu"
"Lalu apa yang paman inginkan?"
"Tidak ada, aku melakukan semua ini karena nenek mu adalah teman baik ku. Lagi pula setelah putra ku mati aku tidak punya alasan lagi untuk tinggal dimana pun" jawabnya sambil menatap rembulan yang indah.
Chad bisa merasakan kesedihan dan kesepian yang ada di dalam pria itu, ia sudah mengenalnya sejak kecil. Namanya paman Jhon, orang yang selalu ada untuknya dan memberikan apa yang dia butuhkan. Chad tahu sedikit tentang Jhon dari neneknya, begitu pun cerita tentang Rocky mendiang putra Jhon yang mati mengenaskan.
Chad memang tidak punya ayah dan ibu, tapi dia punya nenek dan paman Jhon yang satu nasib dengannya.
* * *
Di ruang makan di kastil tua milik keluarga Hermes sudah berkumpul para anggota keluarga yang terdiri dari lima orang, mereka adalah Jack sang kepala keluarga, Amelia sang menantu, Ryu dan Shigima sang anak dan Hans sang cucu.
Duduknya mereka di sana bukan hanya untuk makan malam saja tapi juga berdiskusi masalah yang menyangkut kelangsungan Hermes grup, Jack sang kepala keluarga mulai angkat bicara.
"Seperti yang kalian ketahui kini Hermes grup sudah berada di nasib yang buruk, beberapa aset sudah di jual dan yang kita punya hanya sebuah hotel di pinggiran kota dan kastil ini beserta isinya."
Hans semakin menundukkan kepalanya saat mendengar hal itu, rasa bersalahnya semakin timbul kepermukaan yang membuatnya tak tahan meski hanya mendengarkan.
"Untuk memulihkan keadaan ini aku sudah mengambil keputusan, kita akan pindah ke pinggiran kota demi memulihkan keadaan. Kita hanya akan terfokus pada satu-satunya aset yang kita miliki yaitu hotel itu dan memulai semuanya dari awal lagi"
"Yang lain akan pindah kecuali Hans" sela Ryu.
"Apa maksud mu?" tanya Amelia.
"Saat ini yang genting bukan hanya masalah perusahaan kita saja, tapi Akademi juga sedang dalam keadaan genting itulah mengapa aku pulang"
"Apa yang terjadi di sana?" tanya Shigima penasaran.
"Para vampire semakin buas dan brutal, Nyonya memberitahu ku bahwa Akademi membutuhkan banyak penyihir untuk membasmi makhluk itu. Jika diijinkan aku ingin membawa Hans ke Akademi dan menjadikannya kesatria di sana."
Mereka terdiam, terlebih lagi Shigima. Semenjak perang itu usai ia tak pernah lagi berurusan dengan Akademi kecuali untuk pelatihan Hans yang hanya beberapa tahun saja.
"Aku mohon kakak mau mengijinkanku, ini demi kebaikan Hans juga. Di sana ia bisa belajar lagi dan melupakan semua masalah ini, bukankah sudah menjadi tradisi juga salah satu keluarga Hermes menduduki status yang tinggi di Akademi?" ujar Ryu lagi.
"Kau benar, sudah dua puluh tahun lebih ayah melepas gelar sebagai Jendral, andai Ken masih ada saat ini dia pasti sudah menggantikan posisi ayah" ucap Jack mengenang.
Akibat ucapan itu Shigima dan Ryu pun mengingat kembali saudara mereka yang telah lebih dulu pergi mendahului mereka, tak pernah ada yang menyangka hal itu dapat terjadi padahal Ken adalah harapan semua orang.
"Aku mengerti, bagaimana dengan mu Hans?" tanya Shigima.
"A-aku.... tidak tahu ayah" jawab Hans jujur.
"Pergilah nak, mungkin nasib mu di sana akan lebih beruntung. Seekor burung pinguin tidak pandai menjelajah langit meski ia punya sayap, tapi dia pandai menyelam di bawah permukaan es. Sebagai Hermes setidaknya kau bisa membuat ibu bangga di hal yang lain, bukan berarti kau gagal mengelola perusahaan tapi mungkin bakatmu berada di tempat yang lain" ujar Amelia.
"Ibu.... " panggil Hans haru.
"Baiklah, aku akan ikut paman Ryu ke Akademi" lanjutnya.
Keputusan telah di ambil, esok harinya Shigima dan Amelia mengantar kepergian Hans dan Ryu ke Akademi. Tepat di hadapan terowongan yang berlokasi di tepian hutan Shigima memarkir mobilnya, Hans keluar sambil membawa tasnya.
"Hans... apa pun tugas yang nanti akan kau jalankan jangan pernah menyerah, ibu yakin kau pasti bisa" ujar Amelia sebelum Hams masuk ke dalam terowongan itu.
"Aku pasti akan mengingat nasihat ibu" jawab Hans sambil memeluk.
"Ayah, maaf aku telah mengecewakan ayah" ujarnya berpaling pada Shigima.
"Kau tidak pernah membuat ayah kecewa, kau adalah kebanggaan ayah satu-satunya" jawab Shigima.
Setelah mengucapkan salam perpisahan Hans dan Ryu pun masuk ke dalam terowongan itu, ini bukan kali pertama Hans memasukinya tapi setelah sekian lama ia cukup gugup karena harus mengeluarkan energinya agar tidak tersesat di dimensi itu.
Beberapa menit kemudian ia keluar dari pintu dimensi dan menginjakkan kakinya di hamparan padang rumput yang luas, ada rasa rindu yang menyeruak saat ia melihat kemegahan Akademi yang tak pernah berubah.
"Ayo!" ajak Ryu.
"Oh baik" jawab Hans.
Segera ia pun melangkah kan kaki menuju Akademi, ia masih ingat saat pertama kali tahu bahwa keluarganya merupakan keturunan penyihir. Awalnya ia mengira semua itu hanya lelucon, tapi saat pamannya Ryu dapat membuat sebuah benda melayang saat itu juga ia kagum dan ingin mempelajarinya.
Pada usia lima belas tahun Shigima mengajaknya ke Akademi untuk mendapatkan pelatihan, di Akademi inilah mulai belajar tentang sihir dan dunia vampire, Hans sudah pernah membutuh vampire saat di ujian jadi ia sudah tak asing dengan tugas ksatria yang membasmi makhluk itu.
"Ryu!" panggil seseorang saat mereka hendak masuk ke dalam Akademi.
Mereka berhenti berjalan dan melihat seorang pria berlari menghampiri mereka.
"Oh guru Shishio apa kabar?" tanya Hans memberi hormat.
"Halo Hans, lama tak bertemu kini kau semakin tampan saja" jawab Shishio.
"Hei Shishio, meski sudah tidak muda lagi tapi kau tidak kehilangan ketampanan mu juga. Ku lihat kau malah semakin berkharisma" ujar Ryu.
"Ah kau terlalu berlebihan, apa Nyonya yang memintamu datang?"
"Ya, aku mendapat surat dari Nyonya untuk itulah aku kemari"
"Begitu ya, saat ini meski kita memenangkan perang tapi beberapa Vampire tak bertuan entah mengapa menjadi beringas. Makhluk itu tidak bisa di ajak berdiskusi dan anehnya mereka menghisap darah korban hingga habis, untuk itulah pekerjaan kita jadi bertambah banyak" jelas Shishio.
"Ciri-ciri vampire yang kau sebutkan entah mengapa mengingatkan ku pada Colt, bukankah dia pun pernah mengalami gejala serupa?"
"Kau benar! aku masih meneliti para vampire itu, tapi belum menemukan jawaban yang tepat"
"Begitu ya, baiklah kita bicarakan nanti! aku harus menghadap kepada Nyonya dulu" ujar Ryu.
"Baiklah sampai jumpa!" balas Shishio.
Hans kembali memberi hormat sebelum ia pergi, melewati berbagai ruangan akhirnya mereka tiba di depan pintu ruangan Nyonya. Ryu mengetuk pintu sebanyak tiga sebelum ada jawaban yang memperbolehkan mereka masuk, saat pintu di buka nampak seorang wanita yang sudah tua tengah duduk di kursinya.
"Nyonya, kami datang menghadap" ujar Ryu menundukkan kepalanya bersama dengan Hans.
"Akhirnya kau datang juga, kemarilah Ryu" jawab Nyonya.
Ryu mengangkat kepala dan berjalan mendekati Nyonya untuk menyalaminya, di bagian yang lain dalam ruangan itu mereka duduk dan mulai membahas alasan di panggilnya Ryu ke sana.
"Setiap saat aku selalu di buat khawatir oleh teror yang di buat kawanan vampire, setiap hari aku mendapatkan laporan adanya korban yang tewas karena ulah makhluk itu. Di sisi lain kau tahu sendiri kami kehilangan banyak Ksatria dan orang-orang hebat akibat perang waktu itu, kini bantuan sekecil apa pun kami sangat membutuhkannya" ujar Nyonya dengan wajah sedih.
"Anda tidak perlu khawatir, sejak awal ini adalah tugas kita. Aku membawa Hans ikut dengan ku untuk membantu, aku akan menempatkannya di barisan Ksatria agar sedikitnya dapat membasmi makhluk itu"
"Terimakasih Ryu, aku sangat berharap banyak kepada kalian" jawab Nyonya.
Setelah beberapa menit berlalu perbincangan mereka pun berakhir, Ryu membawa Hans ke kamarnya untuk menyimpan barang-barangnya. Dia di ijinkan beristirahat sebelum nanti malam bergabung dengan yang lain untuk makan malam, sedang Ryu pergi menemui teman lamanya di Akademi.
Tapi Hans tak dapat tidur, kenangan selama pelatihannya di sana terbayang kembali. Entah itu saat ia mengetahui bahwa dirinya adalah keturunan murni atau berhasil lulus dengan nilai sempurna.
Hans pun memilih untuk berjalan-jalan, melihat kembali setiap ruangan yang dulu ia masuki. Saat menjadi siswa ia cukup antusias belajar berbagai macam tehnik, ia juga sangat kagum melihat patung kakeknya di pajang di sebuah ruangan yang membuatnya terlihat gagah.
Saat itu ingin sekali ia mengikuti jejak sang kakek, menjadi orang yang di segani oleh semua orang. Di ruangan yang lain Hans kembali menatap barisan foto para pahlawan yang gugur di medan perang, salah satunya adalah pamannya Ken.
Ia tidak pernah bertemu dengan pamannya itu sebab Ken sudah meninggal saat ia masih dalam kandungan, tapi ayahnya dan kakeknya beberapa kali pernah menceritakan bagaimana keberanian Ken memasuki istana vampire sendirian.
Meski hanya sebatas cerita tapi kisah itu telah menginspirasinya juga, saat ini ada dua orang yang menjadi idolanya yaitu Jack sang kakek dan Ken sang paman.
"Mengenang?" tanya Shishio yang datang entah dari mana.
"Oh guru Shishio, aku tidak bisa tidur karena itu ku putuskan untuk berjalan-jalan" jawabnya.
"Dulu Ken adalah guru di Akademi ini, jika ku bilang dulu aku sangat gemuk dan berhasil kurus itu karena aku sangat mengidolakannya"
"Benarkah?"
"Perlu kau ketahui aku sangat menyukai keluarga mu, dulu aku begitu haus infomasi tentang keluarga Hermes karena mereka cukup tertutup. Tak ku sangka kini aku bisa berteman dengan Ryu bahkan Hans Hermes adalah mantan murid ku di Akademi"
"Aku juga mengidolakan paman ku Ken, mendengar kisahnya yang berani masuk ke istana vampire seorang diri adalah satu-satunya kisah yang paling aku suka darinya. Aku pikir dia sangat gila, hanya orang bodoh yang mengantarkan nyawanya kepada musuh tapi kegilaan itu memberiku semangat untuk pantang menyerah pada musuh sekali pun kau tahu tidak akan menang."
Shishio menatap mata Hans yang berbinar penuh semangat sambil mengatakan hal itu, bagi dirinya sendiri Ken memang bodoh tapi dia pun sama. Andai Hans mengetahui kisah yang sebenarnya panggilan bodoh itu tentu akan berubah menjadi pemberani.
Sayang, setelah perang usai Akademi secara sepakat dengan keluarga Hermes menghapus segala sesuatu tentang DIA. Termasuk tidak menceritakan kisah tentang-Nya kepada para murid ajaran baru atau siapa pun itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments